Seni Hadrah Al Khoir Nyebal Tradisi Lahirkan Aliran Baru

 

Jember, Menara Madinah.com-Paguyuban seni hadrah Al Khoir didukung kalangan anak muda di Jember ini, berhasil memperkaya aliran musik seni hadrah di Indonesia.

Kehadirannya di belantika musik religi bukan sekedar coba coba, tetapi berangkat dari keseriusan serta kesadaran untuk berseni, berbudaya hingga beribadah.

Eksperimen seni hadrah yang menggabungkan dua aliran selama ini telah ada dan membumi di tangah masyarakat Indonesia. Maka lahirlah aliran baru sebagai pilihan.

Paguyuban seni hadrah bernama Al Khoir, yang berkarya lewat “Perpaduan Musik dan Musisi” ini telah berhasil memadukan dua aliran seni hadrah yang selama ini menjadi pilihan. Diantaranya seni Hadrah Al Jiduri dan Al Banjari.

Dengan cara menggabungkan dua aliran tersebut, maka lahirlah aliran atau pilihan baru disebut seni hadrah Banjiduri.

Berangkat dari tradisi yang telah ada. Dengan gaya ekspresinya anak muda tersebut berhasil melahirkan aliran baru dalam seni hadrah diberinama Banjiduri.

Dengan gayanya yang dinamis, tegas, kadang menghentak hentak dan kadang pula mengayun pilu, paguyuban seni hadrah ini pantas berhasil memberikan pilihan aliran baru dalam seni hadrah di tanah air.

Gabungan
Dedek Gondrong, seniman hadrah yang dikenal sebagai penabuh dengan “Tangan Malaikat” ini, mengaku grup dibangun dari berbagai seniman hadrah yang ada di Kabupaten Jember.

Maka grup seni musik hadrah yang dia pimpin menggunakan nama “Paguyuban Hadrah Al Khoir”.

“Sebenarnya, kami membuat grup hadrah ini ingin menyatukan para seniman hadrah yang ada di kota Jember, dari berbagai latar belakang, dan dari berbagai pengalaman. Maka kami pun sepakat, membuat eksperimen bermusik hadrah dengan cara menggabungkan dua aliran yang telah ada. Disamping kami memperkaya dengan perangkat instrumen memadukan seni rebana dengan perangkat musik etnis Jawa,” tutur Dedek Gondrong di sela sela dia menghibur dalam acara tausiyah ramadhan di masjid Nurul Iman Kec. Sukorambi – Jember beberapa waktu lalu.

Dedek Gondrong seniman musik hadrah ini memiliki kepiawaian luar biasa di dalam memain alat musik khas hadrah.

Karena kepiawaiannya itu maka Ki Anom Maulana Ishak pengasuh pondok pesantren Asyadali – Kedawung Jember, menyebutnya sebagau “Pemukul Tangan Malaikat”.

Sebutan itu bukan hal yang mengada ada. Dedek memang luar biasa di dalam memainkan alat musik rebana, gendang dan berbagai alat musik lainnya.

Kolaborasi
Dalam kesempatan itu, aksi pentas di masjid Nurul Iman saat itu nampak Achmad Suadi pemenang vokal terbaik dalam vestifal musik hadrah yang digelar oleh Institut Agama Islam Negri (IAIN) Jember, tahun 2016.

Maka pentas kecil kecilan tersebut mirip sebuah konser. Grup musik Al Khoir dengan Achmad Suadi bersautan memadukan syair dengan aransemen musik.

Achmad Suadi yang dikenal mampu menyanyikan lagu Hadrah dengan berbagai aliran musik ini, juga dikenal mahir membuat lagu karya orang lain, ketika dia nyanyikan seolah lagu tersebut miliknya sendiri. Bahkan warna musik pemiliknya tidak nampak sama sekali.

Maka dengan kelebihan ini pula , Ki Anom Maulana Ishak pun memberinya gelar Achmad Kumbara.

“Saya tidak merasa memiliki suara seperti kata orang baik atau sebagainya. Saya hanya merasa bisa bernyanyi. Dan setiap lagu yang saya nyanyikan itu bisa saya lantunkan menurut selera dan gaya saya,” tutur Achmad Kumbara.
(udik) .