Sangsi Sosial Dalam Kasus Pasien Covid19 menjadi Ambiguitas Masyarakat

JEMBER – menaramadinah.com- Dinamika maraknya sangsi sosial terhadap kasus pasien Covid19 yang ada di masyarakat menjadi ambiguitas Negara dan Masyarakat.

Hery Prasetyo Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bidang Ahli Sociology Universitas Jember mengungkapkan persebaran informasi atas status seseorang atau sekelompok orang yang menjadi terbuka untuk ditafsirkan, berkonsekuensi pada artikulasi tindakan-tindakan social dan dari itulah muncul sangsi social.

“Meskipun dalam hal ini tidak ada satupun informasi yang luput diintepretasikan dan tidak ada intpretasi yang berjalan sendiri tanpa dibentuk oleh tindakan social yang lain. Tetapi dalam kasus covid tampak bagaimana posisi negara yang idealnya mampu mengatur dan mengelola persebaran pengetahuan warga negaranya untuk menciptakan kesejahtraan dan ketertiban social sedang mengalami krisis,” katanya.

Seperti halnya pasien meninggal dunia di desa klatakan kecamatan Tanggul, dinyatakan positif virus corona hasil dua kali tes Swap oleh RS Rujukan Covid-19 di Kabupaten Jember.

Hamid keluarga pasien covid19 mengatakan, pasca dinyatakan salah satu anggota keluarga Positif covid19, dirinya mengakui ada sangsi sosial yang dirasakan ditengah masyarakat. padahal hasil repid tes seluruh keluarganya dinyatakan negatif dan prosesi pemakamannya menggunakan protokol covid19.

Lantas Hery mengatakan beragam silang sengkartut informasi acapkali diikuti dengan mengamini berita dari orang terpercaya. Dimana idealnya negara lah yang dapat dipercaya.

“Tetapi saat ini layers kekuasaan pemerintah sedang diambil alih oleh banyak hal, termasuk yang memanfaatkan covid sebagai bagian untuk menyuarkan kekecewaanya pada system birokrasi pemerintahan hingga penolakannya pada kekuasaan negara,” katanya.

Lalu Hery mencontohkan kasus dari laporan tenaga medis atas account media social yang mendiskriditkan mereka sebagai pihak yang mencari keuntungan dari test covid adalah bentuk nyata dari persoala ini.

Dengan kata lain menurut Hery, negara belum mampu memunjukan pengelolaan informasi dan pengetahuan sementara masyarakat bertindak untuk menjaga kebutuhan dasarnya.

“Hal menarik lain, pernyataan sebagian masyarakat bahwa kasus covid hanya urusan pemerintah sementara kami masyarakat mengurusi asap dapur adalah pernyataan yang menandai kegagalan negara. Dan sangsi social yang dilakukan adalah cara masyarakat untuk membatasi diri dari ancaman yang terbentuk dari persepsi bahwa negara tidak hadir untuk masyarakat.” Pungkasnya.(is)