Peran KH. Mahrus Ali Mempertahankan Kedaulatan NKRI

Oleh : Yahya Aziz.


Hampir semua para Kyai di pesantren berkontribusi besar terhadap perjuangan, merebut dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Selama kami belajar sejarah di SD 1979-1985 yang sering diterangkan di kelas hanya pahlawan pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nya Din, Jenderal Sudirman dan RA. Kartini dll. Belum pernah guru menerangkan peran para kyai pesantren dalam berjuang merebut kemerdekaan dan kontribusi nya mempertahankan kedaulatan NKRI.
Pesantren merupakan salah satu unsur penting dalam dinamika historis bangsa Indonesia. Secara historis pesantren telah mendokumentasikan berbagai peristiwa penting bangsa Indonesia, baik sejarah sosial, budaya, ekonomi maupun politik bangsa Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan, peran utama kehadiran pesantren tentu saja menyelenggarakan pendidikan keislaman kepada para santri.
Tiga pesantren besar Jawa Timur ( Gontor, Tebuireng, Lirboyo) ikut andil besar dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Trimurti ( KH.Ahmad Sahal, KH. Z.Fanani, KH.Imam Zarkasyi) pendiri pondok Gontor konsisten dengan pendidikan dan pengajaran mendidik santri. KH. Hasyim Asy’ari pendiri pondok pesantren Tebuireng, disamping mendidik santri, berkontribusi mengeluarkan fatwa RESOLUSI JIHAD melawan penjajah Belanda 1945. Dan putranya KH.Wahid Hasyim tercatat sebagai anggota BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), juga terpilih menjadi salah satu PANITIA SEMBILAN yang bertugas merumuskan PIAGAM JAKARTA dan PANCASILA. ( Lihat tulisan kami kemarin di menara madinah.com KH Wahid Hasyim Tim Perumus Lahirnya Pancasila )
Pendiri pondok pesantren Lirboyo Kediri ( KH.Abdul Karim, KH. Mahrus Ali dan KH
Marzuqi) disamping mengajar santri juga berperan aktif berjuang dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
Peran KH Mahrus Ali Dalam Mempertahankan Kedaulatan NKRI.
KH. Mahrus Ali lahir di dusun gedongan kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Jawa Barat tahun 1906, putra dari pasangan KH. Ali bin Abdul Aziz dan Bu nyai Hasanah binti Kyai Said.
Sejak usia muda 18 tahun sudah berkelana menuntut ilmu ke pesantren Panggung Tegal Jawa Tengah. Di tahun 1929 melanjutkan ke pesantren kasingan Rembang Jawa Tengah asuhan KH.KHolil dan sekitar tahun 1936 beliau pindah menuntut ilmu di Lirboyo Kediri.
Selama mondok di Lirboyo, ia diangkat jadi pengurus pondok dan ikut mengajar. Dia terkenal sebagai santri yang tak pernah letih dalam mengaji dan mengajar.
Jika waktu libur, dia TABARUKAN mengaji di Tebuireng asuhan KH. Hasyim Asy’ari, dan Pondok Pesantren watucongol Muntilan Magelang asuhan KH. Dalhar, juga ke pondok langitan Tuban, Sarang dan Lasem Rembang.
KH. Mahrus Ali mondok di Lirboyo hanya 3 tahun, karena kealimannya, beliau diambil mantu oleh KH.Abdul Karim dijodohkan dengan salah satu putri nya bernama Zainab pada tahun 1938.
Dibawah kepemimpinan beliau, Lirboyo mengalami perkembangan pesat :
1. Para santri datang berduyun-duyun dari Sabang sampai Merauke.
2. Dengan barokah KH.Marzuqi, KH. Mahrus Ali pada tahun 1966 lahir lah sebuah perguruan tinggi IAIT ( Institut Agama Islam Tribhakti).
Selama menjadi pengasuh pondok pesantren Lirboyo, KH. Mahrus Ali juga berperan aktif dalam Berjuang bersama santri dan rakyat melawan penjajah. Diantaranya adalah :
1. Memimpin para santri dan tentara menyerbu markas Jepang, dibawah komando KH. mahrus Ali dan Mayor .H. Mahfud. Dalam penyerbuan ini gema takbir ALLAHU AKBAR bergema dan berkumandang menambah semangat juang santri.
2. Pada perang 10 Nopember Surabaya 1945 terjadi pertempuran melawan BELANDA, KH. Mahrus Ali mengikuti fatwa KH.Hasyimasyari, memimpin santri santri Lirboyo tangguh, sebanyak 97 santri pilihan ikut bertempur melawan penjajah Belanda di Surabaya.
3. KH. Mahrus Ali bersama Gus Maksum juga ikut berperan menumpas PKI wilayah Kediri Jawa Timur pada tahun 1948 dan 1965.
Bagi Kyai Mahrus, hubungan antara Islam dan negara Indonesia yang termaktub dalam dokumen pancasila adalah final. Tidak ada alasan apapun untuk pembenar yang ingin mau merubah dasar negara republik Indonesia yaitu PANCASILA.
Ada ungkapan beliau yang sangat masyhur :
” Haram Hukumnya mendirikan negara dalam negara, dan tak ada kamus BERONTAK dalam NU” اللهم صل على سيدنا محمد
Dengan demikian sangat lah jelas, KH Mahrus Ali berperan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjaga kedaulatan NKRI.
Pada tanggal 18 Mei 1985 beliau opname di rumah sakit Dr Soetomo dan tepat tanggal 6 Romadon 1405 H / 26 Mei 1985 hari Ahad malam Senin, beliau menghembuskan nafas terakhir…. INNALILAHI WA INNA ILAIHI RAJI’UN…. Lahul faatihah…
Y A, penulis tetap menaramadinah.com, buku Para Kyai Pejuang Kemerdekaan dan . Wali Santri Lirboyo & Gontor.