Kebhinekaan dan Toleransi di Pulau Bali

Kebhinekaan dan Toleransi di Pulau Dewata

Bali-menara madinah.com-Mempunyai sikap acuh dan tidak peduli di lingkungan sosial termasuk sikap yang tidak baik dan tidak dianjurkan dalam penggunaan komunikasi dengan sekitar. Sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan di bumi ini dengan berpredikat makhluk sosial sebaiknya memberikan manfaat terhadap sekitar bukan menjadi acuh dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar.

Manusia yang dilahirkan sebagai makhluk sosial merupakan nilai penting. Oleh sebab itu, agar penciptaan kita sebagai makhluk sosial tidak sia-sia di bumi ini sebaiknya mulai menciptakan keselarasan sosial di lingkungan sekitar. Tetapi tugas manusia sebagai makhluk sosial tidaklah semudah yang dibayangkan, karena manusia adalah makhluk yang dituntut agar bisa hidup diantara perbedaan.

Namun faktanya tidak semua orang bisa hidup di tengah perbedaan. Terlebih lagi bila berkehidupan di negara Indonesia yang berbhineka sehingga terdapat banyak perbedaan, mulai dari agama, budaya, bahasa, suku dan lainnya. Tidak dapat dipungkiri lagi apabila perbedaan itu sudah ada, kemungkinan besar ada masalah lainnya yang akan muncul, contohnya: konflik.

Konflik-konflik mengenai perbedaan suku, budaya, agama dan lainnya sering muncul di negara Indonesia, seperti konflik yang pernah hangat diperbincangkan yaitu mengenai konflik bernuansa SARA kembali terjadi di kota Tanjung Balai provinsi Sumatera Utara.

Penyebab mengenai konflik ini awalnya masih simpang siur, sebagian sumber mengatakan bahwa konflik ini bersumber dari ketidaknyamanan agama lain terhadap pengeras panggilan adzan milik agama islam sehingga berlanjut ke perusakan fasilitas agama lain yaitu beberapa vihara terbakar, kerugian dan trauma. Konflik terjadi disebabkan oleh masih banyak individu yang belum dapat menerima perbedaan dari individu lain atau kelompok.

Oleh sebab itu, agar konflik yang berunsur SARA ini tidak terulang lagi, maka bisa dihindari dengan menanamkan rasa toleransi. Tujuan dari menanamkan rasa toleransi ini ialah agar tercipta kondisi yang aman, damai, tentram dan sejahtera. Walaupun kenyataannya tidak mudah, namun setidaknya sudah lebih baik untuk mencegah konflik di negara Indonesia.

Konsep Pokok

Solusi dari konflik-konflik yang terjadi di Indonesia atas berbagai perbedaan ini bisa dilakukan dengan menanamkan rasa toleransi antar agama dan sesama. Indahnya toleransi dalam berbagai perbedaan bisa dijumpai di provinsi Bali. Provinsi Bali yang telah terkenal di dunia ini sudah bertahun-tahun sukses menerapkan toleransi antarwarganya.

Tidak bisa dibohongi lagi rasa toleransi yang tinggi ini sudah tertanamkan di seluruh tempat di Bali. Mulai dari desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi di Bali semua tempat bisa dijadikan panutan dalam pengaplikasian toleransi di antar warga, antar agama dan antar sesama.

Penanaman rasa toleransi di Bali ini menunjukkan bahwa perbedaan agama, suku dan bahasa bisa disatukan. Terlihat dari hasil yang membuahkan kedamaian, kenyamanan dan ketentraman hidup sudah banyak dirasakan.

Perbedaaan agama, suku dan bahasa sudah tidak menjadi permasalahan yang berat di kota ini. Kota Bali yang terkenal dengan seribu pura, mempunyai jumlah warga yang dominan beragama hindu. Mayoritas agama hindu di pulau Bali sudah dikenal se-Indonesia.

Hal ini yang menjadikan pulau Bali sebagai pulau yang memiliki berbagai keunikan di dalamnya. Dari tahun ke tahun pulau Bali telah menjadi pulau favorit wisatawan untuk liburan. Namun tidak hanya itu saja, pulau Bali juga menjadi salah satu pulau yang banyak disenangi dan difavoritkan oleh para perantau-perantau di Indonesia. Sehingga pulau Bali ini menjadi primadona bagi para pencari kerja.

Dari hal-hal diatas menandakan bahwa pulau Bali merupakan pulau yang indah dengan berbagai suku, budaya, bahasa, agama dan lainnya. Keadaan tersebut telah menyatu selama bertahun-tahun dengan kebudayaan masyarakat Bali. Seperti yang diketahui bersama, sebagian masyarakat Bali menganut agama hindu, dan lainnya beragama islam, kristen dan budha.

Oleh sebab itu, masyarakat Bali sudah tidak heran lagi dengan kehadiran agama lain. Rasa solidaritas antar agama di pulau Bali sudah tidak lagi diragukan, terlihat dari berbagai acara yang juga selalu mengikutsertakan agama lain. Keikutsertaan agama lain merupakan wujud rasa keterbukaan dari warga Bali, sehingga warganya dapat hidup rukun walaupun dengan pemeluk agama yang berbeda. Mereka hidup berdampingan menciptakan keharmonisan.

Toleransi antar umat beragama di pulau Bali sangatlah tinggi dan tidak mendiskriminasi pemeluk agama lain meskipun agama hindu mendominasi. Yang menarik adalah beberapa tempat di pulau Bali, pendirian tempat peribadatan masing-masing agama letaknya sangat berdekatan.

Contoh lain sikap toleransi yang telah ada yaitu mengenai cara peribadatan, di beberapa tahun yang lalu pernah terjadi pelaksanaan hari raya nyepi yang juga bersamaan dengan umat muslim yang melakukan pelaksanaan sholat jumat berjamaah di masjid. Namun tidak ada satupun yang beda. Masing-masing agama melakukan ibadahnya sesuai ajarannya secara damai dan tentram tanpa ada gangguan.

Masyarakat Bali sangat menghargai kerukunan dalam perbedaan budaya serta toleransi antarumat beragama di sini sangatlah tinggi. Toleransi antar umat agama di pulau Bali bisa terjadi dikarenakan peran warga, pemerintah, serta tokoh-tokoh agama sangatlah penting untuk menumbuhkan rasa toleransi agama yang tinggi. Budaya juga berperan penting untuk menjaga toleransi umat beragama.

Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila melihat orang-orang Bali (hindu) bersilaturahim (baca: berkunjung) ke orang-orang pendatang. Kegiatan berkunjung ke antar agama telah banyak dilakukan, contoh kegiatan yang sering dilakukan ialah mendatangi tetangga yang menggelar acara pernikahan dan ketika ada tetangga yang meninggal.

Semua bersatu dalam perbedaan, mulai dari agama, daerah, bahasa, dan budaya dapat disatukan bersama di segala aspek. Pada dasarnya untuk menciptakan persatuan dapat diwujudkan dengan mengedepankan pemahaman rasa toleransi yang tinggi dan tidak menciptakan suatu pemisah diantara perbedaan di segala aspek.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com.