Kejayaan Kebudayaan dan Peradaban

Bali-menaramadinah.com-Kepada yang terhormat rekan-rekan “Masyarakat Pelestari Budaya dan Sejarah di Mandala Utama Wilwatikta”. Bahwa kebudayaan dan peradaban mempunyai kekayaan isi kandungan kehidupan yang cukup luas.

Selain itu juga mencakup waktu atau era tanpa batas (sejak era purba hingga era modern saat ini). Maka data yang disajikan tidak harus dari masa lalu, kesenian atau kerajinan yang ada saat inipun layak diperkenalkan kepada segenap keluarga besar bangsa.

Ketika kita membicarakan sejarah, sering kita terpaku kebelakang. Berusaha mencari tokoh-tokoh masa lalu yang dianggap hebat. Tetapi justru melupakan tokoh-tokoh saat ini yang sebenarnya turut berperan besar bagi bangsa dan negara.

Kita contohkan : saya pribadi ketika ditanya tentang 14 raja Majapahit akan lancar menjelaskan kepada anda, tapi ketika ditanya siapa gubernur Jawa Timur dari awal sampai saat ini … mungkin harus garuk-garuk kepala dan mesti browsing internet dahulu. Maka peran informasi kesejarahan LOKAL tetaplah harus kita kedepankan sebagai bekal informasi bagi anak keturunan berikutnya.

Bagi saya, seniman lokal itu bagian dari roh peradaban. Karena karya merekalah yang mewarnai perjalanan panjang peradaban bangsa ini. Tari-Kesenian-Kerajinan-Kriya adalah elemen ekspresi suatu komunitas kepada lingkungannya. Yang luar biasa adalah kehancuran seni itu sendiri dalam bangsa ini akibat proses panjang penjajahan, perang, pembodohan dan banyak lagi lainnya.

Kita contohkan dari SENI TARI, ada 3 strata tari di suku bangsa kita ini : Tari Pemujaan (bernuansa keagamaan atau kepercayaan adat); Tari Adi Luhung (citarasa tinggi yang hidup di pusat peradaban atau keraton/kerajaan) dan Tari Rakyat (bersifat cair dan bisa dimainkan tanpa ketatnya aturan).

Ternyata saat ini hanya KESENIAN RAKYAT itu yang mampu bertahan apapun alasannya, misal : reog, kuda lumping / jaranan, dan lainnya.

Gilanya lagi yang bertahan itu diberi sentuhan mistis (kekuatan supranatural multidimensi) sebagai bumbu penyedapnya. Ini bak buah simalakama, dengan timbulnya tuduhan kesenian tradisional itu klenik ataupun kesenian tradisional itu kasar jauh dari tata krama.

Maka kembali kepada kita semua dalam suatu tugas besar guna mencari kembali akar budaya untuk melahirkan kesenian baru yang ADI LUHUNG (bernilai seni dan citarasa tinggi) sebagai cermin kepribadian bangsa mendampingi kesenian rakyat maupun kesenian pemujaan.

Selamat menjelajahi masa lalu, masa kini dan masa depan. Lahirkan karya terbaik bagi negeri ini agar bisa jadi kebanggaan anak turun sepanjang masa.

Tapak Kuntul Anglayang

Koresponden MM.com