*Respon Sabar dan/atau Syukur*

بسم الله الرحمن الرحيم

*Respon Sabar dan/atau Syukur*

Prof. Mahmud Mustain, Guru Besar Teknik Kelautan ITS

Ada doa yang sangat kental di telinga kita ketika mendatangi resepsi pernikahan. Doa tersebut adalah *BarokaAllahu laka wa baroka alaika wa jama’a bainakuma fi khoirin.* Semoga Allah memberi barokah padamu seorang laki-laki (laka), dan memberi barokah padamu seorang laki-laki (alaika), dan mengumpulkan antara kamu berdua dalam kebaikan.

Artikel ini mengkritisi lafal laka dan alaika. Biasanya dalam terjemahan dibuat sama yakni memberkahi dan memberi berkah atas kamu. Lafal laka diperuntukkan barokah ketika senang (manfaat), sedangkan alaika barokah ketika susah (madlorot). Baik ketika senang maupun susah sama-sama semoga mendapatkan barokah Allah SWT. Menjadi point penting khususnya untuk penganten baru adalah bagaimana cara merespon keduanya ketika senang dan ketika susah, juga untuk penganten lama.

Ada tips syukur dalam merespon keadaan senang dan sabar untuk merespon keadaan susah. Bahkan bisa dibarengkan antara syukur dan sabar untuk merespon keadaan senang atau susah. Hakekatnya syukur dan sabar selalu berjalan bersama sesuai dengan levelnya masing-masing. Apabila seseorang memiliki tingkat kesabaran tinggi, maka level kemampuan bersyukur juga tinggi. Diakui atau tidak, bila suatu saat kita bisa sabar, maka dasar kesabarannya yang utama adalah sebab masih banyak yang bisa disyukuri. Demikian juga sebaliknya, apabila kita bisa bersyukur maka dasarnya diantaranya karena kita diberi kemampuan untuk bersabar. Sabar dan syukur ibarat keping uang koin yang bermuka/sisi dua, masing-masing dua karakter akhlaq mulya syukur dan sabar tersebut. Hal ini artinya, syukur dan sabar tidak bisa dipisahkan. Juga dipandang dari sisi manapun yang tampak adalah akhlaq mulya syukur atau sabar.

Sebesar apapun susahnya keadaan, maka kita seharusnya tetap berbaik sangka (husnudldlon) kepada Allah SWT bahwa keadaan tersebut pasti ada hikmah yang tersimpan. Seperti pepatah ada mutiara dalam lumpur. Hal ini bukan tidak ada dasarnya, bahwa semua yang ada pada hidup dan kehidupan ini berbasis karena rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Dengan demikian, pada semua titik dalam dimensi ruang dan semua detik dalam dimensi waktu pasti keberadaanya berbasis rahmat dan kasih sayang Allah SWT, bagaimanapun keadaannya. Tetapi memang ketika kondisi teruji itu terkadang tidak mudah untuk mengingat dasar pemikiran seperti ini. Semoga kita selalu kuat dalam berpegang teguh tentang prinsip ini, yakni hidup dan kehidupan ini dasarnya adalah rahmat dan kasih sayang Allah SWT ini.

Semoga manfaat barokah slamet aamiin.
🤲🤲🤲

Surabaya, 22 Dzulhijjah 1446 / 19 Juni 2025
m.mustain