*Resolusi Melawan Korupsi*

 

Prof. Mahmud Mustain, Guru besar Teknik Kelautan ITS

Biang kerok masalah Bangsa dan Negara ini apa to ya? Seperti di kulit kita ini kok sering terasa gatal terus, apa betul hanya penyakit kulit yang cukup dibelikan saleb atau obat kulit yang lain. Contoh bisul (bahasa jawa udun), masak hanya cukup diobati di permukaan kulit saja. Tentu mayoritas orang mengatakan harus diobati dalamannya. Sedangkan terapi di permukaan kulit hanya bersifat membersihkan saja.

Ini adalah kontek mendiagnosa kelainan, penyakit, atau masalah yang mendasar dari Bangsa dan Negara yang tercinta ini. Perihal penyakit kulit dari Bangsa dan Negara ini misalkan; korupsi, gratifikasi, pungli dll. Sungguh penyakit ini menjadikan bangsa dan negara sulit untuk mencapai tujuan mulia berupa kehidupan yang makmur damai sejahtera. Bagaimana tidak sulit mencapai tujuan, segala target kegiatan untuk mencapai tujuan mengalami hambatan bahkan kemacetan akibat korupsi.

Ada dua aspek dalam membedah permasalahan penyakit bangsa dan negara ini, internal dan eksternal manusia selaku koruptor. Kekuatan internal dalam membentengi perilaku korupsi masih rapuh. Hal ini tidak cukup bisa dikuatkan dengan pemahaman ilmu agama, tetapi berikut pengamalan yang berbasis ilmu agama juga harus kuat dan terbukti. Ilustrasi, internal seseorang dikwalifikasi kuat membentengi ujian korupsi, secara pasti adalah hanya bisa diukur oleh dirinya sendiri. Pernah memiliki pengalaman ujian kesempatan korupsi tetapi lulus tidak terjerumus.

Ide solusi untuk perihal ini adalah penguatan konsistensi atau istiqomah dalam menjalankan ibadah dan menjauhi maksiat. Karena korupsi mayoritas tertuju pada penyelenggara negara, maka dibuatkan kegiatan nyata untuk itu misalkan jamaah sholat maktubah, untuk jam kantor ya sholat dzuhur. Selebihnya diberikan reward untuk testcase sosial kejujuran atau empati yang berhasil baik. Selebihnya lagi dibuatkan atau peningkatan kegiatan rutin kajian-kajian agama, dalam kerangka membentengi ujian korupsi. Target akhir kondisi ideal masing-masing personal memiliki sistem pengawasan internal yang kuat, yakni tidak berani melakukan korupsi lantaran takut tanggung jawab pada hari pembalasan nanti.

Aspek eksternal, harus dibuatkan atau diupayakan menjadi kondisi yang tidak membuka peluang berbuat korupsi dan bahkan semakin membuat tidak mungkin berani melakukan. Selebihnya kondisi idealnya adalah sistem pengawasan dan monitoring yang sangat memadai. Kata kunci pengawasan menjadi fokus dan ide besar dalam artikel ini.

Sistem pengawasan yang ideal adalah dari masyarakat yang bersifat non-formal, sedangkan formal tetap harus diperkuat baik dari pemerintah maupun swasta yakni lembaga independen. Sistem pengawasan non-formal yang bisa menjadi basis yang kokoh bisa berperan sebagai pengawas meskipun tanpa berbuat apa-apa adalah peran serta keberadaan masyarakat yang berkwalitas.

Masyarakat yang berkwalitas adalah masyarakat yang berlevel pendidikan menengah ke atas. Kita menjadi sadar sesadar-sadarnya bahwa level pendidikan masyarakat yang menjadi pembentuk bangsa ini masih terlalu rendah. Data terakhir Kemendagri 2024 menunjukan bahwa penduduk yang pernah duduk di Perguruan tinggi termasuk Diploma 1 adalah kurang dari 7 %. Data ini belum termasuk alumni pondok pesantren, yang berkisar hanya 1,2 % (Meta AI). Kita bisa ilustrasikan apabila suatu rumah tangga yang berpenghuni 12 orang maka hanya satu orang yang pernah kuliah. Jadi satu orang ini seakan-akan bisa berbuat semaunya tanpa ada kontrol dan pengawasan dari 11 orang yang lain lantaran dianggap tidak ngerti (maaf, dianggap bodoh).

Alhasil biang kerok masalah korupsi yang mendasar adalah rendahnya level pendidikan bangsa. Temuan ini adalah bentuk resolusi melawan korupsi negara kita. Rendahnya level pendidikan bangsa ini yang membuat permasalahan bangsa apa saja termasuk korupsi menjadi susah diselesaikan. Apabila dianalogkan dengan bisul-bisul di kulit kita, maka biangnya adalah tidak sehatnya darah. Tidak cukup hanya terapi obat kulit seperti salep. Tentang korupsi tidak cukup hanya ditangani kasus demi kasus, meskipun ini juga penting. Semoga analisa ini memberikan manfaat, menambah perhatian pada semua pihak utamanya pemerintah untuk menggenjot lagi wajib belajar untuk menyelesaian biang masalah. Inilah obat generik untuk bangsa kita yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah besar seperti korupsi.

Semoga manfaat barokah slamet aamiin.
🤲🤲🤲

Surabaya, 17 Dzulhijjah 1446 / 13 Juni 2025
m.mustain