Wewarah Leluhur Nusantara

Catatan Dr.Ir. HADI PRAJOKO SH, MH Ketum PP HPK

Telah memasuki era Kalabendu, ketika alam memudar untuk menjaga rasa manusia, kehormatan sejati telah langka, kata “Tan Hana Satya Wise” menjadi pengingat tegas tentang perilaku para panglima winasis. Kesadaran adalah kebajikan yang bersarang di hati, dalam menghadapi kebenaran tanpa menghiraukan dan menghindari kepastian dharma.

Kesadaran murni adalah tanda kebijaksanaan, pengiling ,pengingat dan ke- waspadaan, menegakkan perintah Hyang Esa dan alam dengan kedamaian dan kasih sayang.

Dalam perjalanan hidup, ada boneka yang melakukan kehendak dalang, orang kadang lupa bahwa kesetiaan bukan hanya kata-kata yang bisa diucapkan, tetapi harus dipermainkan dalam perkataan, dibentuk dalam perbuatan. Tapi, ketika pemimpin dan penguasa berbohong, kesadaran berhenti dan hanya menunggu kesabaran berharap tumbuh cinta, sehingga kebenaran hanyalah terhenti dalam kotak diam serta menunggu sampai ada perubahan kasih sayang dan mengharmoni.

Tan hana setia bijaksana, artinya: tidak ada lagi orang-orang yang setia dan bijaksana yang sejati. Tandanya hamil akan bencana dengan penglihatan dan pengindra rasa yang dalam, dipenuhi dengan air mata dan tangisan sedih.

Di zaman kebingungan, orang bijak mengharapkan untuk hadir dan hidup itulah harapan yg dimiliki, serta setia dan tumbuh nya kembali kesadaran agar angin seakan tak terlalu kencang, Biar terasa tak tersentuh tetapi mampu membuai lembut.

Namun, kesatuan kebijaksanaan yang setia dan sejati adalah bentuk kapitayan, cahaya yang mengusir kegelapan. Kesetiaan memelihara kerendahan hati dan menjaga kerendahan hati dg tuhu dan tumaknina, ; kehati-hatian memberikan kekuatan yg luas dan kebijaksanaan sebagai fondasi kesadaran oleh karena itu Mereka yang kuat mengagumi keindahan semesta, memang seperti orang yang berjalan di ketinggian pegunungan yang sepi,tentram, mencari kehidupan yang jernih dan damai.

Oleh karena itu, janganlah kita kehilangan kesadaran murni dan kebijaksanaan. Meskipun dunia semakin jatuh cinta kepada manusia yg kesetanan dan orang-orang jahat, terjerumus Angkara murka serta masuk dalam jurang kemunafikan tetapi kita harus kuatkan kesadaran karena masih
ada jiwa-jiwa suci yang memelihara dharma. Dalam setetes rasa, jiwa’ kita bisa menjadi jernih dan benih kejayaan akan hidup walaupun hanya setetes, yg telah tersisa sebiji merica, akan bisa melahirkan ke- jernih@n lautan pengalihan jiwa’,

Kesetiaan adalah tindakan; kebijaksanaan adalah perbuatan , Tanpa kesetiaan, orang bijak akan berkeliaran. Tanpa kebijaksanaan, sehingga kesetiaan akan kehilangan kepercayaan diri, Tetapi jika keduanya kita tinggalkan akibatnya semua digulingkan oleh waktu, dunia yang kita tinggali hanya akan menjadi perjalanan yang gelap, oleh karena itu tetaplah teguh memegang kesadaran murni, itulah perjalanan untuk manusia winasis yg akan menjadi memberikan kedewasaan dan’ kesejatian murni.

Tan hana setia itu bijak: bukan kata tertulis, tapi kepastian yang harus dilakukan dan diperbuat , Oleh karena itu, kemakmuran suatu bangsa, walaupun perubahan tergantung pada orang orang kaya yang menghadapi kegelapan, dan rakus tetapi pasti ketemu jalan kebenaran dengan tindakan belajar, mengamati, dan berbuat serta terus menambah wawasan literasi sains Kita AGAR BISA menuju kemuliaan sejati.

Wewarah agung leluhur Nusantara satu mysteri

Rahayu
Pohon jangan dipaksa berbuah, supaya tidak rusak metabolisme tubuh nya, Sama seperti manusia Kita ikuti perkembangan nya dan biarkan Dia memperkuat jiwa’ nya, memperkuat raganya, memperkuat cakrawala intelektual nya, memperbesar wacana literasi nya dan memperkuat bathin nya agar pengindra nya lebih tajam untuk menakar kemampuan jati diri nya…. sehingga tidak kehilangan kesadaran murni nya sebagai penerus generasi leluhur bangsa Nusantara.

Rahasia dibalik misteri Nusantara