
Oleh Prof. Mahmud Mustain
Sudah tidak asing lagi bahwa aktivitas keseharian nelayan adalah perkutat dengan pencarian ikan dan yang lain baik nelayan tangkap maupun nelayan budidaya. Keberadaan fenomena pasang-surut air laut adalah sangat akrab dengan kehidupan nelayan. Problematika nelayan dengan fenomena ini adalah bagaimana mensikapi dengan target perolehan ikan dan lainnya yang efektif (perolehan sebanyak mungkin) dan efisien (secepat mungkin).
Ada dalil yang relevan bagi aktivitas nelayan dalam mencari ikan, yakni QS An-Nahl 16:14:
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُواْ مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُواْ مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُواْ مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Dialah yang menundukkan laut untukmu agar kamu dapat memakan daging yang segar darinya, dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu melihat kapal-kapal berlayar di lautan, dan Dia menundukkan (laut) itu untuk mencari sebagian dari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur.”
Keterkaitan pasang-surut air laut dengan nelayan yang menimbulkan permasalahan besar adalah ketika terjadi sedimentasi atau pendangkalan pada lokasi pendaratan hasil tangkapan ikan. Pada saat surut kapal atau perahu nelayan tidak bisa merapat ke bibir pantai lantaran alur sudah menjadi daratan. Sehingga pendaratan ikan bila harus ke bibir pantai harus menunggu kondisi pasang. Hal ini bisa makan waktu berjam-jam, atau harus mengangkat hasil tangkapan dari posisi kapal berhenti sampai bibir pantai.
Begitu sebaliknya, ketika posisi kapal pada saat surut berada pada lokasi di dalam range pasang-surut (jarak antara bibir pantai dan keberadaan air saat pasang tertinggi dan surut terendah), maka apabila kapal akan melaut juga harus menunggu pasang. Sungguh kedua hal tersebut, momen ingin mendaratkan hasil tangkapan dan momen ingin melaut, menjadi masalah besar bagi nelayan.
Setidaknya ada dua alternatif solusi, yakni pertama dibuatkan alur pendaratan dengan kesediaan pengerukan dalam periode waktu tertentu. Kedua pembuatan Jetty (struktur/jembatan) sepanjang jarak dari bibir pantai sampai posisi terjauh yang bisa dilewati kapal pada saat surut terendah. Secara kasar sekilas lebih ekonomis alternatif kedua yakni pembuatan jetty sebab tanpa resiko biaya pengerukan tiap periode waktu tertentu.
Sungguh bagi wilayah pantai yang memiliki masalah tersebut sangat menggembirakan nelayan bila mendapatkan solusi tersebut seperti nelayan di pantai Kenjeran Surabaya. Bisa meningkatkan efektivitas tangkapan dan efisiensi lantaran pendaratan hasil tangkapan dan waktu melaut tidak harus nunggu saat pasang air. Lebih-lebih bagi wilayah pantai yang tipe pasang-surutnya diurnal yakni sehari hanya terjadi sekali pasang dan sekali turut.
Semoga manfaat barokah dan selamat aamiin.
🤲🤲🤲
Surabaya, 03 Dzul-Qo’dah 1446 / 01 Mei 2025
m.mustain
