Keren ini Kol Dr. Lutfi Adin SE MSi, staf ahli Panglima Armada. ALUMNI Unej Tampil di Acara Hitam Putih Trans TV

Malam ini tampil di acara Hitam Putih Trans TV.
JENDRAL TNI AU BAMBANG EKO HARYANTO/KLUWEK.
Bambang Eko Suhariyanto lahir di Jember 1 Nopember 1961. Saat ini menjabat staf ahli bidang sosial Kemhan. Jenjang pendidikan dilalui SD di Sempolan lulus 1973. SMP Negeri 1 Jember lulus 1976. SMA Negeri 1 Jember lulus 1980. Sarjana S1 Fakultas Hukum UNEJ jurusan hukum pidana lulus 1986. pasca Sarjana S2 Ilmu Hukum Universitas Indonesia lulus 2003. Pasca Sarjana S3 doktor ilmu hukum Universitas Brawijaya lulus 2018.
Setelah lulus dari Fakultas Hukum UNEJ masuk Milsuk Angkatan Udara pangkat Lettu tahun 1987. Pangkat Kapten tahun 1992. Pangkat Mayor tahun 1998. Pangkat Letkol tahun 2003. Pangkat Kolonel tahun 2007. Pangkat Marsma jendral bintang 1 tahun 2014.Pangkat Marsda jendral bintang 2 tahun 2018.
Mendapat berbagai pendidikan tambahan mulai dari Sepamilwa 1987, SEKKAU 1996, Law Operasional Course (USA) 1999. Sesko AU 2002. Legal Adviser Course (Australia) 2003. Ilomo Course (USA) 2006. Internasional Humanitarian Law Course 2007. Sus OPS Gab IV 2007. OPS Law Course For Senior Officer (Hawai) 2007. Sesko TNI 2010. Workshop Maritime Security 2015.
Menjalankan berbagai penugasan di luar negeri mulai dari Bosnia Herzegovina, Australia, Korea Selatan, Timor Timur, China, Jerman, USA, Inggris, Perancis, BRazil, Beijing, Hungaria berturut-turut dari tahun 2011 hingga rentang waktu tahun 2018.
Mendapatkan berbagai tanda jasa mulai Satya Lancana Kesetiaan VIII Tahun 1996. Satya Lancana Sharma 1998. Penghargaan United Nation Medal dari PBB 1998. Satya Lancana Kesetiaan XVII Tahun 2003. Satya Lancana Kesetiaan XXIV Tahun 2012.
Bambang bercita-cita ingin masuk tentara memang dari kecil. Dari kelas 4 SD. Dia punya paman seorng tentara. Pangkatnya waktu itu kopral. Saat SD, dia tinggala di Sempolan Jember. Ibunya jualan di pasar. Selalu beli kertas koran untuk bungkus. Saat itu dia sempat membaca koran itu, didalamnya ada berita seorang pejabat Ali Said SH. Nama itu ditulis lengkap Moyor Jendral Haji Ali Said SH. Ada lagi nama pejabat Moyor Jendral Doktor Subroto yang waktu itu menjabat Menteri Pertambangan.
Dari membaca itu Bambng iseng-iseng dalam bukunya dia tulis nama dirinya Moyor Jendral Doktor Haji Bambang Eko Suharianto SH,. Ibunya sempat membaca tulisan nama Bambang. Kemudian berkata kamu mau jadi jendral atau mau jadi dokter atau mau jadi haji atau jadi SH. Kamu harus milih yang mana ini, tidak bisa semuanya. Ibunya bilang kamu itu terlalu jauh. Apalagi keluarga kita tidak ada tradisi keluarga tentara. Ada keluarga jadi tentara pangkatnya hanya kopral. Jadi kamu jangan mimipi. Jendral itu orang besar, di Jakart sana, jangan terlalu tinggilah cita-cita itu. Biasa saja. Yang penting gantikan bapakmu saja disini.
“Itu Cita-cita yang selalu ada di pikiran saya’, kata Bambang. Orang bilang saat itu adalah dream. Tapi dia dari dulu tidak pernah bilang itu mimpi.Dia selalu percaya kalau apa yang dia inginkan itu adalah plan itu adalah rencana Beda dengan dream, ketika bangun tidur mimpi itu hilang. Tapi kalau plan maka bahasa saat ini harus bikin road map. Sebuah rencana kalau kita ingin menuju kesana harus melakukan apa?
Bambang lulus dari SD di Sempolan langsung melanjutkan ke Jember sekolah SMP I Jember. Dari situ kemudian dia baru tahu bahwa untuk menjadi tentara itu, atau kalau mau jadi Jendral harus masuk AKBRI. Hanya saja lama-lama untuk masuk AKABRI itu dia merasa makin jauh. Kenapa? Kebetulan waktu itu mungkin namanya cultural shock dari kampung ke Jember kemudian mulai bergaul , mulai geng gengan. Sudah mulai merokok, mulai begadang dan sebagaimanya. Dia yakin bahwa dirinya tidak bisa masuk AKABRI. Karena masuk AKBRI itu harus dari awal sudah dipersiapankan. Ya sehat ya olahragawan, ya pintar dan rajin.
Akhirnya Bambang berfikir kalau masuk ABRI, makaakanya cita-cita yang harus di raih duluan itu adalah gelar sarjana hukum. Cita-cita dia tidak lupa yakni jadi Mayor Jendral Doktor Haji dan SH.
Begitu Bambang masuk kuliah fakultas hukum, dia sudah mulai cari informasi dari para senior dan beberapa orang, dari orang tua teman-teman yang kebetulan tentara, maka diantara mereka bilang bahwa untuk menjadi perwira itu tidak harus masuk AKABRI. Bisa masuk lewat Wamil (Wijib Militer.Red). Wawil ini bisa daftar bisa dipanggil. Itu yang kemudian dia berfikir harus masuk melalui jalur itu. Setelah lulus kuliah menjadi Sarjana Hukum itu.
Pada waktu Bambang sebelum lulus sarjana hukum, waktu itu sudah diberi tahu adanya kerja sama antara ABRI dengan fakultas. ABRI membutuh beberapa lulusan fakultas hukum. Bambang langsung mendaftar datang ke Malang bagian rekruitmen. Melalui serangkaian tes dinyatakan lulus. Dari tes itu Bambang sudah diarahkan masuk angkatan udara. “Saya sempat kecewa, inginnya masuk Angkatan Darat”, ujarnya.
Tapi Bambang berfikir positip, tidak apa-apa masuk aAngkatan Udara. Ini mungkin sudah jalannya. Apalagi saat Bambang kemudian bertemu beberapa orang yang berhasil saat latihan tenes. Kemudian dia diingatkan bahwa sesuatu itu tidak begitu saja jatuh dari langit, harus kamu rebut. Caranya kamu harus persiapan dari sekarang. Karena apa, ini jalurmu nanti kamu harus sekolah ke luar negeri. Dinasehati kamu harus begini begitu dan sebagainya. Sehingga untuk kesana, selain modal kecerdaasam adlah bahasa Ingris. Tanpa itu akan sulit menuju cita-cita.
Bambang bertugas pertama di tempatkan di Jakarta di pangkalan Halim Perdana Kusuma. Mumpung di Jakarta kesempatan luas mau kursus apa saja ada. Akhirnya dia kursus bahasa Ingris sampai lulus intermediate . Ketika ada test pertama kali untuk sekolah ke luar negeri, maka dirinya langsung lulus
Jadi apa yang pernah dinasehatkan oleh pejabat di lapangan tenes itu sudah ada buktinya. Bergitu Bambang keluar negeri pertama kali ke Amerika, pulang dari Amerika orang-orang itu sudah bilang, orang-orang personil menemukan calon pertama keluar negeri. Maka setelah ketemu, maka yang berangkat ya orang-orang itu juga. Benar juga kesempatan kedua, ketika dan seterusnya itu Bambang yang berangkat.
Dari mulai berangkat mulai bergaul dengan orang luar negeri sana, akhirnya terbuka bahwa untuk mencapai cita-cita harus menggunakan road map. Maka untuk berhasil itu maka selain diperlukan pendidikan umum , juga pendidikan militer. Supaya berhasil di pendidikan militer, maka harus hidup sehat karena setiap tes sekolah apapapun maka yang disyaratkan adalah fisikmental kejiwaan, selain juga kecerdasan. Jadi harus sehat. Maka dari situ Bambang mulai hidup teratur.
Maka cita-cita saya yang saya ucapkan dari kelas 4 SD itu mulai terbuka lebar. Rapmap kearah kesana sudah mulai saya bikin. Kemudian dari situ, saya ketemu dengan orang Jember pangkatnya Mayor Jendral namanya J Soedarsono yang kebetuan bapaknya teman saya. Beliau bilang tentara itu yang maju, selain dia matang di lapangan, dia harus tunjukkan ketika sekolah. Jadi ketika pendidikan apapun itu, minimal dia itu masuk 10 besar. Maksimal dia tiga besar. Kalau sudah masuk ke jalur itu, maka itu kemudian itu sama dengan jalur tol. Jadi selain kamu juga baik, yang kedua maka disampaikan oleh beliau bahwa sistem kepangkatan, jabatan di TNI itu adalah lebih banyak ha yang subyektif. Karena ada yang namanya Wanjak yakni dewan jabatan dan kepangkatan. Itu adalah rapat yang dipimpin oleh orang paling tinggi pangkatnya, baru kemudian dibahas. Si A ini gimana, kira-kira dia biasa nggak sekolah kesana, atau memangku jabatan tertentu. Jadi kalau kita tidak maentent atau memelihara hubungan baik dengan orang, kita cacat dengan orang, maka ketika orang itu berucap tidak baik terhadap kita, maka habislah kita. Yang kedua, selalu dipaparkan dia selama ini seperti apa, pengalaman dia, sekolah dia, apa yang pernah ditugaskan kepada dia, dari situ kemudian, sudah mulai maka record itu masuk. Makanya saya punya kesempatan sekolah karena itu tadi. Misalnya sudah pernah sekolah ke luar negeri. Kemudian dengan orang juga berusaha baik karena unsur subyektivitas itu tadi. Akibatnya saya dapat kesempatan di sekolah-sekolah tersebut.
Ketika saya sekolah maka apa nasehat pak Mayor Jendral Soedarsono yang orang Jember itu saya pegang betul. Minimal masuk sepuluh besar, maksimal tiga besar. Kalau bisa juara. Tanpa itu kamu tidak akan jadi apa-apa. Karena jalur untuk menjadi jendral itu sebenarnya jalurnya yang lulusan AKABRI. Jadi kalau mereka nilainya tujuh atau delapan, kamu harus sembilan. Kalau mereka nilai 10 maka kalau ada kamu harus nilainya 12. Jadi gak bis kamu sama, kalau sama kamu dilibas. Jadi harus diatas.
Alhamdulliah ketika saya Sekolah Suslapa saya juara. Saya Sesko juara. Ketika Sesko TNI saya masuk tiga besar. Dari modal itu tadi, maka penugasan saya sudah lengkap. Karena kalau penugasan dianggap tidak pernah berhasil, maka kesempatan sekolah tidak pernah diberikan. Ketika tugas saya juara dan kemudian pendidikan lain penunjang, juga pengalaman yang paling berharga lagi ketika saya berpangkat kapten saya dapat kesempatan, saya mampu secara baik bahasa Ingris dan tahu hukum internasional, saya jadi observer militer di Bosnia. Selama setahun. Pulang dari situ saya dapat bintang veteran untuk perdamaian. Saya masuk daftar nama yang nama-namanya itu harus dikawal. Saya masuk dalam kelompak itu. Sehingga ketika ada kesempatan, kemudian jadi jendral, maka saya bersama-sama dengan lulusan AKABRI yang 87. Karena saya masuk ABRI 87.
Dari cita-cita itu tadi, saat sekolah rapmap kan sudah saya bikin. Untuk menjadi jendral harus sekolah, maka ketika saya dapat, saya punya cita-cita lain, yaitu harus haji. Kemudian pendidikan umum terus saya lanjutkan. Artiny apa, di cita-cita saya itu ada doktornya. Tidak mungkin dari SH langsung jadi doktor, jadi harus S2. Dan S2 nya itupun kalau menurut saya tidak mau turun dari standart saya, standart saya Unej itu negeri, jadi kalau saya masuk yang swasta atau yang biasa-biasa saya gak mau, harus diatasnya. Makanya saya dapat tugas belajar di UI selama dua tahun saya mengambil S2. Pembinbing saya waktu itu Prof Jimly Asyidiqi. Kemudian S3 nya saya mengambil negeri Universitas Brawijaya. Jadi Alhamdullilah saya belum pernah sekolah di swasta.
Sangat bersyukur dari sisi kepangkatan lancar. Apalagi sudah sampai pangkat bintang 2 dari non AKABRI sudah sangat disyukuri.
Tantangan terberat dari pangkal Kolonel ke jendral bintang 1 itu apa?
Sebetulnya tantangan terberat bukat dari Kolone ke Jendral Binang 1. Tapi justru tantangan terberat ketika Letkol ke Kolonel. Yang paling berat sebetulnya maintent. Misalnya kalau naik motor dari awal kecepatan 70, maka jangan sampai kecepatan menjadi kurang dari 70. Sebab kalau itu terjadi maka orang lain akan bilang kok sudah mulai melemah ini. Kecepatan itu maksud saya adalah saya harus menjaga atitut , saya harus menjaga integritas, saya jangan sampai dirasani orang jelek. Saya jangan sampai gaga menjalankan tugas. Saya harus menjaga kesehatan saya pada standar seperti apa, karena kalau tentara setiap enam bulan cek up. Setiap enam bulan ada tes psikologi. Ada juga tes tentang kejiwaan. Semuanya itu harus saya jaga terus.
Dari Wamil kebayakan mentoknya di Kolonel, untuk sampai tahap jendral sangat jarang? Gambarannya seperti apa?
Kalau itu saya tadi sudah bilang, kalau saya ketika pangkat saya Letkol maka saya termasuk masuk jalur yang dikawal. Artinya dikawal yang ini harus jadi. Untuk masuk jalur itu yang berat. Karena saya kan juara saat Sesko, saat Selapa, makanya dari situ saya harus dikawal. Demikian tugas ke luar negeri juga lumayan banyak.
Kalau dari bintang 1 ke bintang 2 ?
Kalau dari bintang 1 ke bintang 2 sebenarnya hanya menunggu kesempatan. Jadi yang perlu adalah mantaint. Mungkin banyak orang yang tidak menyadari ketika saat jadi kolonel ke jendral , apapun yang kita tampikan adalah show of the star. Jadi cara kita ngomong sama orang, cara berjalan dan sebagainaya yang melekat pada diri kita itu semua adala the show the star, show nya jendral itu seperti apa, harus kita tampilkan. Jadi saat kita diusulkan jadi bintang 2 maka orang akan bilang pantas dia. Sebab kalau tidak ini jendral koq ingah ingih. Jadi kita kalau di kantor kita harus menunjukkan performen seorang jendral, seorang yang pegang prinsip show of the star. Bagaimana kita menyampaikan sesuatu, menyampaikan ide, gagasan, saat membahas sesuatu, soal bicara efektif, efisien, dan seterusnya.
Setelah bintang 2 kini mendekati pensiun, kemudian langkah berikutnya?
Sudah ada beberapa jabatan yang sebetulnya sudah disiapkan oleh TNI, ini yang mungkin akan saya laksanakan. Panglima TNI sudah menyiapkan nanti yang akan mewakili TNI, mungkin kita akan berkarir di luar lingkungan TNI tapi masih sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Yang memungkinkan kita kesana.
Kesiapannya secara pribadi bagaimana?
Saya sudah siap. Mungkin minggu-minggu depan ini saya sudah mengikuti test kearah sana. Penugasan dari TNI.
Kalau untuk obses guru besar, bukankan sekarang sudah doktor?
Kalau untuk guru besar mungkin tidak. Yang pertama memang itu tidak masuk dari bagian cita-cita awal saya. Mungkin waktu itu saya salah, kenapa saya tidak menulis Moyor Jendral Profesor doktor. Kalau saat itu terjadi waktu itu, mungkin sekarang beda. Itu kesalahan saya. Saya sebetulnya sekarang saya juga mengajar di Unhan (Universitas Pertahanan).
Bukankan kalau status guru besar masa atau usia pensiunnya lebih panjang?
Iya itu kalau dosen tetap. Dan itu pensiun dosennya, tapi kalau usia pensiun tentaranya tetap 58.
Kalau bergeser status?
Kalau misalnya bergeser status betdasarkan undang-undang No 34 Tahun 2004 tentang TNI , itu ada sepuluh kementrian dan lembaga yang bisa men jadi penugasan untuk TNI aktif, misalnya di Mahkamah Agung . Misalnya kalau saya masuk dalam lingkungan Mahkamah Agung karena saya seorang sarjana hukum, maka kalau saya jadi hakim agung , maka saya bisa sampai umur 65, kalau saya jadi staf di Mahkamah Agung, maka sesuai dengan kepangkatan saya maka saya bisa sampai umur 60. Tapi tentaranya tetap usia 58.
Dari perjalanan anda selama in mana yang sudah tercapai mana yang belum?
Kalau saya sebetulnya semuanya sudah tercapai. Jadi apa yang dulu saya bilang plan, bukan dream itu, sudah tercapai.
Kalau pergulatan saat mahasiswa dulu bisa diceritakan seperti apa?
Kalau mahasiswa waktu itu saya ini masuk dalam katagori preman. Jadi kalau diceritakan sebetulnya gak baik. Jadi dalam bahasa Ingris itu gampang dibedakan, antara fames dengan glories. Kalau fames itu orang terkenal . Misalnya Yona ini fames karena dia terkenal pintar, tapi kalau saya glories, karena saya saat mahasiswa itu terkenal untuk hal-hal yang negatif.
Dulu itu kalau ada dosen akan main tenis maka dia harus ijin saya. Karena lapangan tenis itu saya kuasai. Setiap hari saya ada di lapangan tenis, saya yang mengatur perjudian melalui lapangan tenis. Jadi taruhan itu saya yang ngatur disitu. Tidak ada dosen yang masuk kesitu tanpa seijin saya.
Dan yang kedua, saya itu meski punya motor, tapi motor itu hampir tidak pernah saya pakai, karena setiap saya berdiri di jalan dimanapun itu, pasti ada orang yang kenal saya, mau kemana diantar.
Prestasi akademisnya?
Saya biasa-biasa. Karena saya sebetulnya banyak urusan hal yang diluar kampus. Terlalu banyak main. Saya kuliah sistem kebut semalam. Ada karunia dari Allah, kalau saya sekali baca buku itu langsung paham.
Target lulus berapa tahun?
Saya tidak pernah target lulus. Saya pernah menempuh kredit semester yang paling rendah waktu itu yaitu 12 SKS. Saat itu semester 2. Kuliahnya seminggu Cuma dua hari. Dari 12 SKS itu baru saya lulus semua dengan IP tinggi hingga semester berikutnya bisa ambil 24 SKS.
Keaktifan diorganisasi intra maupun ekstra kampus? Kalau intra di Senat saya masuk. Tapi kalau ekstra tidak aktif. Tapi saya dekat dengan teman-teman HMI, PMII maupun GMNI. Waktu itu teman-teman memanggil saya Totok Kluwek.
Terus kenapa dipanggil Totok Kluwek?
Itu sebuatan waktu SMP , gara-gara salah seorang guru, waktu itu dikelas sedang ngobrol ada guru ilmu ukur marah, tapi waktu itu marahnya menghina. Saya waktu itu bilang pak jangan gitu, itu namanya menghina itu. Saya bilang begitu guru itu marah panggil saya, langsung menempeleng, trus guru itu ke saya bilang dasar kamu kluwek. Sejak itu teman-teman memanggil saya dengan sebutan Kluwek itu. Kalau Totoknya karena dari nama Bambang Eko Suhariyanto. Dari kata belakang jadi Totok Kluwek.
[10/9 11:20] Singgih: Keren ini Kol Dr. Lutfi Adin SE MSi, staf ahli Panglima Armada.