*Tingkat Melek Huruf Masyarakat dan Literasi Siswa Indonesia serta Solusinya*

 

Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Pembina DPP Asosiasi Wartawan Internasional – ASWIN)

*A. Realitas Melek Huruf dan Literasi Siswa Indonesia*

Berdasarkan laporan World Population Review tahun 2024, Indonesia menempati peringkat ke-86 dari 184 negara dalam hal tingkat literasi atas melek huruf dengan persentase sebesar 96%.

Posisi tersebut masih di bawah beberapa negara tetangga seperti Filipina (peringkat 85), Singapura (peringkat 75), dan Brunei (peringkat 73).

Sementara itu, menurut data dari Institut Statistik UNESCO (UIS), Indonesia berada di peringkat ke-100 dari 208 negara dengan tingkat literasi sebesar 95,44%.

Meskipun tingkat melek huruf cukup tinggi, tantangan utama Indonesia adalah rendahnya literasi dan minat baca, di mana hanya 1 dari 1.000 orang yang memiliki kebiasaan membaca. Hal ini menunjukkan bahwa selain meningkatkan tingkat literasi, perlu ada upaya lebih lanjut dalam membangun budaya membaca di masyarakat.

Berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang dirilis oleh OECD, literasi membaca siswa Indonesia mengalami penurunan signifikan. Skor literasi membaca Indonesia pada 2022 hanya mencapai 359 poin, turun dari 371 pada 2018, dan merupakan yang terendah sejak pertama kali Indonesia mengikuti PISA pada tahun 2000.

Selain itu, dalam penilaian kemampuan berpikir kreatif yang juga diuji dalam PISA 2022, siswa Indonesia memperoleh skor rata-rata 19 dari 60 poin, jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 33 poin. Hanya 31% siswa Indonesia yang mencapai tingkat kompetensi dasar dalam berpikir kreatif, dibandingkan dengan rata-rata 78% di negara OECD.

Di sisi lain, laporan terbaru menyebutkan bahwa peringkat literasi Indonesia naik 5 tingkat secara global. Namun, tantangan utama masih terletak pada rendahnya minat baca di kalangan siswa, yang disebabkan oleh kurangnya akses ke bahan bacaan berkualitas, kurangnya kebiasaan membaca di rumah, dan rendahnya keterampilan literasi dasar.

*B. Sebuah Perbandingan*

Penilaian literasi bisa diukur dengan berbagai faktor termasuk tingkat melek huruf seperti kemampuan membaca dan menulis. Di Asia, beberapa negara ternyata memiliki tingkat literasi yang sangat rendah. Ada negara mana saja?
Menurut laporan UNESCO pada 2024, yang dikutip dari World Population Review, secara keseluruhan di tingkat dunia, tingkat melek huruf sangat tinggi. Angka rata-rata global mencapai 86,81%.

Dalam hal ini, tingkat melek huruf yang rendah berkaitan dengan faktor kemiskinan di beberapa wilayah. Alih-alih bersekolah, anak-anak justru dikirim untuk bekerja guna membantu perekonomian keluarga.

Maka dari itu, secara garis besar, tingkat melek huruf yang rendah biasanya dimiliki oleh negara-negara miskin. Sebab, akses pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin sangat rendah.

Sementara di Asia, negara dengan tingkat melek huruf terendah ada di wilayah sebagian Asia Barat dan mayoritas di Asia Selatan. Di sisi lain, ada juga negara wilayah Asia Tenggara, yakni negara tetangga Indonesia.

Berikut ini daftar negara dengan tingkat literasi atau tingkat melek huruf terendah di Asia pada 2024.

6 Negara dengan Tingkat Literasi Terendah di Asia :
1.Afghanistan, Asia Tengah-Selatan
Tingkat melek huruf: 37.27%
2.Yaman, Asia Barat Daya
Tingkat melek huruf: 54.10%
3.Pakistan, Asia Selatan
Tingkat melek huruf: 58.00%
4.Timor Timur (Timor Leste), Asia Tenggara
Tingkat melek huruf: 69,90%
5.Bhutan, Asia Selatan
Tingkat melek huruf: 70,95%
6.Nepal, Asia Selatan
Tingkat melek huruf: 71.15%

*C. Solusi untuk Meningkatkan Literasi dan Minat Baca Siswa Indonesia**

1.Penguatan Akses ke Buku dan Sumber Bacaan Digital

Pemanfaatan teknologi seperti buku digital dan aplikasi pendidikan dapat meningkatkan keterjangkauan bahan bacaan. Contohnya, platform seperti Kipin menyediakan buku berjenjang, komik edukatif, dan bacaan literasi numerasi yang dapat diakses tanpa biaya cetak dan distribusi.

2.Peningkatan Metode Pembelajaran yang Interaktif

Menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek, diskusi, dan eksplorasi kreatif dapat meningkatkan minat siswa dalam membaca dan berpikir kritis.

3.Mendorong Kebiasaan Membaca Sejak Dini

Keluarga dan sekolah perlu menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca dengan menyediakan buku yang menarik, membiasakan membaca bersama anak, serta menjadikan literasi sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari.

4.Meningkatkan Kualitas dan Pelatihan Guru

Guru yang kompeten dalam mengajarkan literasi sangat penting. Pelatihan berkelanjutan untuk guru dapat membantu mereka mengembangkan teknik mengajar yang lebih menarik dan efektif.

5.Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

Pemerintah, sekolah, komunitas, dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam menyediakan akses bahan bacaan, program literasi, dan insentif bagi siswa untuk membaca lebih banyak.

Untuk meningkatkan literasi dan mengatasi rendahnya minat baca di Indonesia, beberapa solusi dapat diterapkan:

6.Kampanye Nasional dan Peran Pemerintah

Mengadakan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca.
Memberikan insentif bagi masyarakat yang aktif dalam program literasi.
Meningkatkan kualitas pendidikan dengan kurikulum yang menekankan pemahaman bacaan dan berpikir kritis.

Dengan solusi ini, diharapkan literasi akan meningkat, tidak hanya dalam aspek melek huruf tetapi juga dalam membangun kebiasaan membaca yang kuat di masyarakat.

Indramayu. 27/3/2025