*Gejolak Dinamika Atmosfir: Ekses Negatif Era Industri*

Oleh Prof. Machmud Mustain Guru Besar ITS Surabaya

Ekses negatif era industri berupa tercemarnya atmosfir bumi memberikan perubahan pola hidrodinamika atmosfir dan air laut. Residu mesin industri dan transportasi berupa sulfur dioksida (SO2), karbon dioksida (CO2), debu dll membuat temperatur atmosfir menjadi naik. Kenaikan temperatur ini yang membuat pola hidrodinamika atmosfir dan air laut berubah. Meskipun perubahan pola itu sedikit tetapi menghasilkan efek domino yang besar seperti munculnya cuaca ekstrim.

Secara umum, dinamika atmosfir dan air laut memiliki kesamaan. Kedua material udara dan laut ini bersifat fluida, yakni bila ada gaya yang menggerakkan maka akan mengalir. Pola umum gerakan adalah dari tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah. Sekecil apapun beda tekanan yang ada akan menjadi penyebab bergerak. Gerakan tersebut apabila di medium air laut maka disebut arus laut, apabila di medium udara maka disebut angin.
Ilustrasi contoh, apabila kita ikut naik prahu kecil Pak Nelayan kita sedikit ke tengah sekitar 15 meter dari garis pantai, dan bila tangan kita dimasukkan ke dalam air laut maka akan terasa ada aliran air yang lebih dingin nah yang ini disebut arus laut. Beda halnya di udara, tidak perlu jauh-jauh dari rumah cukup depan pintu bila terasa ada angin (arus udara) yang hampir selalu sejuk segar dan itu tentu lebih dingin. Baik di laut maupun udara selalu terasa lebih dingin sebab secara umum, udara atau air dingin memiliki tekanan yang lebih besar dibanding udara atau air yang lebih panas. Dengan demikian baik air maupun udara selalu bergerak dari yang lebih dingin menuju yang lebih panas.

Sekarang kita alihkan perhatian kita pada skala yang besar yakni bumi yang memiliki garis lintang (utara-selatan) dan bujur (barat-timur). Apabila berpikir pada perbedaan lintang tempat tanpa memperhatikan bujur, maka kita bisa membayangkan ada bumi belahan utara dan belahan selatan. Bumi belahan utara dan selatan ini bersifat simetris, lintang tempat nol derajat berada di tengan yg disebut equator. Dari lintang tempat bila masing-masing bergerak ke utara dan selatan menuju lintang tempat 90 derajat, yakni kutup utara dan selatan.

Kita tahu bahwa dalam satu tahun matahari seakan bergerak, 6 bulan dari equator ke 23 derajat lintang utara dan 6 bulan yang lain ke 23 derajat lintang selatan. Kondisi ini mengakibatkan udara dan air pada jarak antara 23 derajat lintang selatan sampai dengan 23 derajat lintang utara memiliki temperatur yang lebih panas bila dibanding dengan lintang yang lebih besar. Sehingga secara umum udara baik dari kutub utara maupun selatan akan bergerak menuju ekuator. Fenomeno ini merupakan pola hidrodinamika umum dan global di muka bumi baik udara di atmosfir maupun air di laut. Kemudian ada gaya koriolis akibat rotasi bumi yang berkarakter membelokkan gerakan air dan udara, menjadi embrio terjadinya siklon, tornado, dll.

Pola hidrodinamika tersebut ketika temperatur atmosfir secara umum konstan atau tetap, maka pola periodikal hidrodinamika akan relatitif tetap. Maksudnya misalkan cuaca bulan januari tahun kemarin sekarang dan tahun depan tidak akan banyak perubahan. Nah kenyataan yang ada temperatur atmosfir kita naik akibat pencemaran era industri, maka pola hidrodinamika udara di atmosfir dan air di laut juga menjadi berubah.

Satu hal yang menjadi kendala untuk estimasi/prakiraan cuaca ke depan adalah kenaikan temperatur ini dalam sekitar 200 tahun yang lalu tidak terjadi, sehingga belum ada contoh tentang apa dan bagaimana yang akan terjadi. Dengan demikian keberadaan cuaca ekstrim misalkan badai, siklon, typon, atau di kita puting beliung yang tiba-tiba terjadi itu tanpa bisa diperkiraan secara detail lokasi waktu dan kapasitasnya.

Semoga manfaat barokah slamet aamiin.
🤲🤲🤲

Mekkah 25 Romadlon 1446 / 25 Maret 2025

m.mustain