Upaya Bupati Blitar H.Rijanto, Menciptakan Kesejahteraan Petani Padi Blitar.

BLITAR– Mulai 20 Februari 2025 lalu,setelah dilantik Presiden Prabowo Subianto,H.Rijanto baru saja kembali menjabat sebagai Bupati Blitar periode 2025-2030.

Pada awal kepemimpinannya, pria kelahiran 28 Januari 1953 itu fokus di bidang ketahanan pangan.

Beberapa kali Pak Rijanto pangilan akrabnya turun ke petani-petani untuk memantau hasil panen.

Meski berstatus sebagai orang nomor satu di Blitar, namun penasehat Pengcab IPSI Kab.Blitar ini ingin melihat langsung realita petani padi di lapangan.

Selain ingin memastikan ketersedian bahan pokok, Rijanto juga ingin memastikan bahwa semua petani di Blitar sejahtera. Ketua DPC PDIP Kabupaten Blitar itu ingin hasil panen petani di Bumi Penataran dibeli dengan harga standar.

“Kami ingin memastikan petani mendapatkan harga yang layak. Rp6.500 per kilogram adalah harga dasar dari Bulog, tetapi jika ada pihak yang membeli dengan harga lebih tinggi, itu tetap diperbolehkan. Yang terpenting adalah kesejahteraan petani tetap terjaga,” kata mantan Ketua PSBI Blitar ini.

Untuk memberikan kepastian hukum, Bupati Rijanto pun menindaklanjuti hal itu dengan mengeluarkan surat edaran. Bupati Blitar, itu pun menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor: B/662.09/52/409.18.4/2025 terkait Pengadaan Gabah Dalam Negeri oleh Bulog Tahun 2025. Kebijakan ini menindaklanjuti Surat Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) Nomor: 24/TS.03.03/K/1/2025, tertanggal 24 Januari 2025, yang menugaskan Perum Bulog untuk mempercepat swasembada pangan melalui pengadaan gabah dan beras dalam negeri.

Dalam kebijakan ini, pemerintah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.500 per kilogram. Ketetapan ini mengacu pada Keputusan Kepala BPN Nomor 14 Tahun 2025 yang merupakan revisi dari Keputusan Kepala BPN Nomor 2 Tahun 2025 terkait perubahan HPP serta rafaksi harga gabah dan beras.

Mantan Komandan Satpol PP ini pun menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menjamin stabilitas harga gabah di tingkat petani serta memastikan ketersediaan stok beras nasional. Ia juga berharap seluruh pihak terkait dapat turut serta dalam mensosialisasikan kebijakan ini kepada masyarakat, khususnya petani.

“Saya meminta kepada seluruh pihak, baik masyarakat, media, maupun dinas terkait, untuk menyebarluaskan informasi ini kepada Kepala Desa, Lurah, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Kelompok Tani (Poktan), serta para petani. Pengadaan dan pembelian gabah akan dilakukan melalui tim jemput gabah Bulog Kantor Cabang Tulungagung yang berkoordinasi dengan penyuluh pertanian dan Babinsa setempat,”ungkap mantan Camat Wlingi,Kademangan dan Ngkegok ini.

Bupati Blitar yang jugan eks Kepala Diknas Kab.Blitar itu pun menekankan bahwa kebijakan ini juga bertujuan untuk melindungi petani dari tengkulak nakal, fluktuasi harga pasar yang seringkali merugikan petani, terutama saat panen raya.

Dengan adanya kepastian harga melalui HPP yang telah ditetapkan, petani diharapkan tidak mengalami kerugian akibat anjloknya harga gabah di pasar bebas.

“Kami ingin memastikan bahwa petani mendapatkan harga yang layak dan tidak dirugikan oleh permainan harga di pasaran. Oleh karena itu, peran Bulog hadir dalam menyerap gabah petani menjadi sangat penting agar stok beras nasional tetap aman dan petani tetap sejahtera,” jelasnya.

Selain harga dan ketersedian padi, Rijanto juga menyerap permasalahan petani. Selama ini petani selalu mengeluhkan soal problematika pupuk. Para petani di Blitar selama ini memang selalu kesulitan mendapatkan pupuk kimia yang mencukupi.

Mendengar keluhan petani tersebut Bupati Rijanto pun langsung mengeluarkan ide gilanya. Ide itu adalah mengajak semua petani di Blitar untuk beralih menggunakan pupuk bersubsidi.Bukan hanya sekedar ajakan, Rijanto berjanji akan memberikan anggaran khusus untuk pelatihan-pelatihan pembuatan pupuk organik. Langkah ini akan ditempuh agar petani tidak bergantung pada pupuk kimia bersubsidi.

Rijanto-Beky akan konsentrasi pada proses pembuatan pupuk organik artinya nanti akan ada pelatihan-pelatihan pembuatan pupuk organik dari bahan-bahan sederhana,”

Kabupaten Blitar sendiri menjadi salah satu lumbung padi di Jawa Timur. Produktivitas gabah kering di Kabupaten Blitar sendiri mencapai 212 ribu ton per tahun. Sedangkan hasil berasnya mencapai 136 ribu ton per tahun.

Kini pasan Rijanto dan Becki terus berusaha meningkatkan produktivitas gabah tersebut.

Pengembangan teknologi dan penggunaan pupuk organik pun diharapkan bisa mendongkrak produktivitas petani di Blitar.*Imam Kusnin Ahmad*