H. Abdillah Nasikh tokoh politik di.Kab Sidoarjo yang juga  Ketua PC PKB ini punya kepedulian dengan Desa Bungirasih. Seperti apakah kepeduliannya. Berikut ini laporan Pemred menaramadinah.com:

Beliau yang juga ketua DPRD Sidoarjo menyempatkan diri hadir diacara Bedah Buku  “Bungurasih Desa Kuno” karya Henri Nurcahyo yang diterbitkan oleh Komunitas Seni Budaya BrangWetan.

Dengan mengenakan songkok dan duduk didepan bersama narasumber. Saat diberikan kesempatan bicara berharap buku tersebut dapat menjadi khasanah keilmuan dan daya tarik tersendiri bagi anak muda Sidoarjo menjadi bahan literasi. Mengingat sudah lama bagaimana Desa Bungurasih bisa dibuktikan.

“Saya juga ingin kehidupan literasi di Sidoarjo ini bangkit, terutama untuk anak-anak muda. Saya yakin Sidoarjo mampu,” tegas ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Sidoarjo ini. di aula Munali Patah Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda), Minggu, 26 Januari 2025 lalu.

H. Abdillah Nasikh merasa bangga  berada disamping  Goenawan Sambodo (epigraf, ahli prasasti), dan Dokter Sudi Haryanto, ketua Komunitas Sidoardjo Masa Kuno, dengan moderator Ribut Wijoto, ketua Dekesda.

Apalagi yang menyelenggarakan  Komunitas Seni Budaya BrangWetan bekerjasama dengan Dewan Kesenian Sidoarjo dan Pemerintah Desa Bungurasih, Kecamatan Waru, Sidoarjo, yang dalam acara tersebut diwakili oleh Kaur Keuangan, M. Aly. Hal tersebut terlihat dari raut wajahnya yang ceria.

Abdillah Nasikh memang sangat bangga setelah Desa Bungurasih dibukukan.  Karena dirinya  merupakan warga Desa Bungurasih yang tahu tentang sejarah desanya.

Bahkan beliau tahu tentang makam keramat di Desa Bungurasih. Seperti makam keramat  Mbah Jenggot yang ada  hubungannya dengan punjere desa Bungurasih.  Juga adanya Sumur Sumbing dibelakang rumahnya.  Karena posisinya miring. Konon katanya ditendang kudanya Majapahit.  Batu batanya  terlihat melengkung. Dan sampai sekarang sumurnya tidak pernah sat.

Dalam buku ini juga disebutkan bahwa ternyata Bungurasih adalah salah satu desa tertua di Jawa Timur, yaitu sudah berusia 1.165 tahun. Sedangkan Sidoarjo baru berusia 166 tahun. Jadi selisih hampir seribu tahun. Bungurasih bukan satu-satunya, karena juga disebutkan dalam buku ini ada beberapa desa yang berbarengan munculnya.