Sejatinya Wanita Jawa dan Sunda

Catatan Dt. Hadi Prajoko, SH, MH Ketua PP HIMPUNAN PENGHAYAT KEPERCAYAAN.

Saat ini memang telah terjadi pergeseran kedudukan dan relasi gender masyarakat Jawa..

Modernisasi, emansipasi perempuan, dan masuknya pengaruh budaya luar telah menggeser pola relasi gender mengarah kepada persamaan derajat dan kedudukan.

Sebelum mengupas filosofi tentang perempuan atau gadis Jawa pada tulisan berikutnya nanti, ada baiknya kita kenal dulu apa arti kata perempuan atau wanita. Setidaknya ada empat terminologi Jawa yang digunakan untuk menyebut perempuan.

Perempuan berasal dari bahasa Jawa – Sunda, PE – Embu – An.
Empu artinya awal, Dasar, fondasi, PE artinya menyatakan sifat dasar, An artinya lebih dari satu

– Wadon
Berasal dari bahasa Kawi Wadu yang artinyakawula atau abdi. Secara istilah diartikan bahwa perempuan dititahkan di dunia ini sebagai abdi laki-laki.

– Wanita
Kata wanita tebentuk dari dua kata bahasa Jawa (kerata basa) Wani yang berarti berani dan Tata yang berarti teratur.Kerata basa ini mengandung dua pengertian yang berbeda. Pertama,Wani ditata yang artinya berani (mau) diatur dan yang kedua,Wani nata yang artinya berani mengatur. Pengertian kedua ini mengindikasikan bahwa perempuan juga perlu pendidikan yang tinggi untuk bisa memerankan dengan baik peran ini.

– Estri
Berasal dari bahasa Kawi Estren yang berartipanjurung (pendorong). Seperti pepatah yang terkenal, Selalu ada wanita yang hebat di samping laki-laki yang hebat

– Putri
Dalam peradaban tradisional Jawa, kata ini sering dibeberkan sebagai akronim dari kata-kata Putus tri perkawis, yang menunjuk kepada purna karya perempuan dalam kedudukannya sebagai putri. Perempuan dituntut untuk merealisasikan tiga kewajiban tiga kewajiban perempuan (tri perkawis). Baik kedudukannya sebagai wadon, wanita, maupun estri..

Rahayu Kamulyaning Jagad!

* Diolah dari berbagai sumber

……