Pada Tafakur Semediku

Oleh : Anang Prasetyo

Pada tafakur semediku
Ada hening merindu
Pada kepak sayap merpati
Menebar hening
Pada kecipak ikan ditelaga sunyi itu
Ia menaruh harapan tinggi
Menjulang dan melangit biru
Ada kedalaman rasa
Yang sungguh membiru
Diantara kisah sejarah
Merekah diatas bongkahan batu
Terpatrikan relief diam membisu
Untuk bersuara pada para sejarawan
Cerdik pandai elok rupawan
Malam ini tiba – tiba aku rindu
Pada mas Dwi Cahyono
Yang tahun lalu bernyanyi
Diatas Candi Mirigambar
Suaranya bertalu meneropong sejarah masa lalu
Atau pada Sang Maha Guru
Yang baru saja ditahbiskan
Jadi profesor seni rupa yang mengharu biru

Pada tafakur semediku
Ada rasa haru mendalam
Pada murid- muridku yang telah berjibaku
Di 73 desa dan wilayah baru
Menebar pesona bahagia di atas rupa dan warna
Sungguh salam kedamaian
Kuhaturkan pada Tuhan
Agar Dia membersamai mereka dalam diam
Sebab tak sanggup aku
Mendengar kisah gembira yang jadi sedih dan haru
Air mata itu tumpah
Dalam tangis dan bahagia

Pada tafakur semediku
Ada jalan sunyi dalam diam
Sepi tak terkatakan
Tercekat dikerongkongan
Sebab Guru Kebudayaan itu
Menjelma dalam gua kesunyian
Sebab sahabatnya mengembara ke seluruh dunia
Menyalakan kejayaan Nusantara
Yang membuat dunia adidaya terdiam
Tunduk terantuk dan patuh pada Sang Komandan
Sebab hidupnya adalah penuh perjuangan
Tangis dalam diam tak ternyatakan
Untuk meraih siklus seratus tahunan
1830 lahirlah Sang Pangeran
Menggenggam Eru Cakra Dunia
Atau tatkala Sang Guru Bangsa
Raja tanpa Mahkota pada 1930an
Hingga lahirlah Sang Timur
Menyalakan api kemerdekaan
Maka kini
Era 2030
Adalah asa kerinduan yang ternyatakan
Kejayaaan Nusantara menjelang
Hanya tujuh tumpeng yang kami bisa
Untuk sebagai penanda
Masa Tak Sengguh Kemanten Anyar
Setelah tahun kemarin tak ijo royo- royo
Kini aku genggam tangan tua dalam diam
Yang pernah pegang Gada Gajah Mada
Yang ia pegang keris Rakryan Wijaya
Dalam raga yang telah hilang
Namun hidup bersama sukma Sang Pengembara
Yang menjejakkan 33 hari dalam.laku lampahnya
Bersama sang Kekasih yang telah paripurna

Pada tafakur semediku
Hanyalah sukma dalam raga
Yang rapuh terjaga
Menjelang 53 masa berlalu
Dalam syukur sederhana
Sebab hanya itu yang ia bisa
Sebab hanya itu yang ia mampu
Tetap bergerak
walau sekadar menapak
dalam diam
dalam sunyi
hingga biarlah Tuhan saja yang menemani
kerinduan pada era tak sengguh kemanten anyar
beberapa tahun lagi
Setelah kegelapan yang lalu
Terbit mentari pagi
Menyinari jagat dunia seisinya
Setidaknya
kami telah mangayubagya
Kehadirannya
sebentar lagi
Sesaat lagi
Membersamai dalam diri anak – anak negeri

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️
Joglo Sendang Kamulyan
Sabtu dinihari 01.35
16 Nopember 2024