Prodi Agribisnis FAPERTA UNEJ Gelar Workshop “Agrosociopreneur: Membangun Jaringan dan Peluang pada Sektor Pertanian Berkelanjutan”

 

Jember, 2 November 2024
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember (FAPERTA UNEJ) menyelenggarakan workshop bertajuk “Agrosociopreneur: Membangun Jaringan dan Peluang pada Sektor Pertanian Berkelanjutan” yang diadakan di Hall Agribisnis (02/11/2024). Workshop ini dirancang untuk membekali mahasiswa dan dosen dalam memahami strategi kewirausahaan di sektor pertanian yang berkelanjutan, sejalan dengan visi Universitas Jember dalam pengembangan pertanian industrial yang berwawasan lingkungan.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Pertanian, Prof. M. Rondhi, SP, MP, Ph.D. Dalam sambutannya, ia menekankan, workshop ini adalah salah satu agenda penting dalam pengembangan program studi. Ia juga mengungkapkan pentingnya membentuk jiwa entrepreneur bagi mahasiswa sebagai “jalan ninja” untuk meraih kesuksesan di masa depan. “Jika kita bergerak secara masif, dampaknya akan sangat luar biasa. Saat ini, yang penting adalah bekerja dalam superteam, bukan hanya menjadi superman,” ujarnya. Ia juga menyoroti bahwa dalam kurikulum Agribisnis, terdapat profil lulusan sebagai entrepreneur yang diimplementasikan melalui mata kuliah di bawah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Sementara itu, Ketua Jurusan Agribisnis, Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M., mengungkapkan pentingnya konsep agrosociopreneurship dalam membangun sektor pertanian berkelanjutan. Dirinya menyampaikan bahwa tema workshop ini sejalan dengan visi UNEJ untuk mengembangkan pertanian yang menekankan pada nilai-nilai lingkungan. “Sebagai negara dengan sumber daya melimpah, kita memerlukan entrepreneurial leadership untuk mengembangkan masyarakat yang mampu memberikan nilai tambah, tetapi tetap berwawasan lingkungan,” tegasnya. Ia berharap agar mahasiswa Agribisnis dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar dan mengembangkan jiwa wirausaha mereka.

Ditempat terpisah, dalam wawancaranya, Koordinator Program Studi S1 Agribisnis Fakultas Pertanian UNEJ menyatakan, workshop ini sangat penting untuk membangun kesadaran dan pemahaman mahasiswa mengenai pentingnya agrosociopreneurship. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat mengasah soft skills mereka, memperluas jaringan, dan menciptakan peluang usaha yang sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan.

Ia berharap dalam Workshop ini, dapat menjadi masukan untuk memperbarui kurikulum Program Studi Agribisnis sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). “Harapan utamanya adalah menghasilkan lulusan yang berjiwa entrepreneur serta mampu berkontribusi dalam membangun sektor pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,”katanya.

Dengan adanya workshop ini, Program Studi Agribisnis UNEJ ingin memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga mampu menerapkan konsep agrosociopreneurship dalam praktik nyata. Ini menjadi langkah awal dalam mencetak generasi petani milenial yang siap menghadapi tantangan dan peluang di era modern.

Workshop ini menghadirkan dua pemateri, yakni Moh. Ali, S.S., Direktur Indonesia Berkah Mandiri Sidoarjo dan pionir pesantrenpreneur, serta Moh. Hafidi, A.Md., seorang agrosociopreneur dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep.

Pada Materi Agrosociopreneurship oleh Moh. Ali, S.S.: Menginspirasi Pesantrenpreneur, dia dikenal sebagai pionir pesantrenpreneur, berbagi pengalaman bisnisnya. Ia memulai usahanya dengan berjualan menggunakan gerobak dan kemudian mengembangkan jaringan bisnisnya hingga memiliki 40 cabang. “Dunia usaha dan dunia kampus tidak bisa dipisahkan. Pengalaman saya menunjukkan bahwa modal bukanlah hambatan; yang terpenting adalah keberanian untuk mengambil risiko dan beraksi,” ujarnya. Ia juga menyoroti pentingnya berbagi manfaat bagi orang lain dalam dunia bisnis.

Lalu ia menjelaskan, untuk menjadi pengusaha yang sukses, seseorang harus berani, memiliki ide, dan menjalankan ide tersebut dengan tekad. Salah satu strateginya adalah sistem profit-sharing, yang memungkinkan kerjasama usaha berbasis kemitraan. Menurutnya, peluang usaha di sektor agribisnis sangat luas, termasuk rencana ekspor produk pertanian seperti ikan asap. “Yang penting, setelah memiliki ide dan keberanian, kita harus melakukan aksi nyata,” tegasnya.

Pemateri kedua, Moh. Hafidi, A.Md., seorang agrosociopreneur, membahas pentingnya regenerasi petani dan peluang dalam sektor pertanian bagi generasi muda. Hafidi menekankan bahwa sektor pertanian memiliki potensi besar dalam menyediakan lapangan kerja baru dan membantu mengatasi kemiskinan. “Generasi muda harus melihat pertanian sebagai sektor yang prospektif dan memiliki peluang besar untuk berkembang,” ujarnya.

Menurutnya, tantangan regenerasi petani terletak pada rendahnya minat generasi muda untuk terjun ke sektor ini. Namun, dengan pendekatan agrosociopreneurship, generasi muda bisa menjadi agen perubahan yang mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Ia menyebutkan bahwa petani muda harus berani mengambil risiko, berinovasi, dan memiliki strategi bisnis yang jelas. “Saat ini, generasi muda memiliki pemikiran terbuka dan energi lebih untuk membawa perubahan,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya konsep bisnis yang terus berinovasi dan mengedepankan pembelajaran yang berkelanjutan. Ia mengakui bahwa kendala dalam mengakses teknologi masih menjadi tantangan bagi banyak masyarakat pedesaan. Namun, ia optimis bahwa dengan pengembangan jiwa entrepreneur, generasi muda dapat menjadikan sektor pertanian sebagai lahan bisnis yang menjanjikan.(is)