Pesan Maulid Nabi di Graha Al Qur’an Madani Sidoarjo, Jangan Jadi Anak Yolo Pomo Notomo

Menaramadinah.com, Sidoarjo – Semarak perayaan memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w., berlangsung di Pondok Tahfidz Graha Qur’an Madani, di Graha Kota, Suko, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat malam (27/9).

Berbagai penampilan aksi panggung kreativitas anak – anak santri Graha Al Qur’an santri penghafal Qur’an mulai PAUD, KB-TK hingga tingkat SMP dengan didampingi para orang tuanya, menghiasi semarak Maulid Nabi.

Acara ini menghadirkan Al Ustadz Dr. Muhammad Shofwil Widad alias Gus Widad, akademisi Institut Al Khozini, yang juga pengasuh Ponpes (Pondok Pesantren) Al Khozini, Buduran, Sidoarjo, untuk memberikan tausiyah Maulid Nabi.

Acara ini juga dihadiri Dewan Pembina dan Pengembangan Wakaf Yayasan Graha Qur’sn Madani PIES (Proaktif Interaktif Empati dan Sistemik) Mega Mahendra, ST., serta para kepala beserta pendidik dari PAUD hingga SMP Graha Al Qur’an Madani.

Di sesi sambutan, Pendiri yang juga pimpinan Yayasan Graha Qur’an Madani PIES, Ust. Dr. Didik Madani,S.Sos., M.Med.Kom. mengingatkan kepada para orang tua santri untuk lebih perhatian lagi dalam membesarkan dan mendidik anak, di zaman generasi anak saat ini yakni yang disebut Gen Z dan Generasi Alfa.

“Tugas kita hanya satu, yaitu belajar untuk berinovasi tanpa henti di tengah konten – konten gadget yang membingungkan orang tua dan anak – anak kita,” ujar Ustadz Didik Madani.

Ia mengungkapkan, bahwa saat ini ada sekitar 10 juta anak Gen Z yang usia sekolahnya kelas enam SD sampai umur 26 tahun. Dimana kecenderungannya malas bekerja dengan gaji yang sedikit dan memilih bermalasan di rumah, mudah sakit hati dan mentalnya lemah.

“Belum lagi usia anak yang sekolahnya kelas lima ke bawah yang namanya Gen Alfa, yang diprediksi lebih unik dari Gen Z, sementara orang tuanya mengaku sudah tidak mampu mengasuhnya, serta membiarkan pasrah terhadap anaknya, ” tambahnya.

“Gen Alfa itu terkenalnya Yolo, Pomo, dan Notomo. Yolo kepanjangannya You Only One (hanya aku ada disini), Pomo yang ketakutan akan ketertinggalan, dan yang terahir Notomo No Tomorrow (tidak ada hari esok). Yang artinya anak – anak sekarang itu kecenderungannya tidak memikirkan masa depan,” imbuh sang motivator ini.

Dijelaskannya, anak – anak semacam itu takut ketinggalan apa saja yang ada di gedget atau HP, takut tidak bisa eksis di HP, dan tidak perduli memikirkan masa depannya.

Dengan hadirnya Pondok Tahfidz Graha Al Qur’an ini menjadi sebuah kewajibannya untuk mengurusi anak – anak Gen Z dan Alfa, di saat orang tuanya sedang sibuk dengan pekerjaannya, dan orang tua yang pasrah tidak sanggup mendidik anaknya.

Dengan hadirnya TPQ berbasis “Cintai Al Qur’an Kenali Potensi Diri” ini, para orang tua sangat terbantu dan di respon positif, karena anaknya memperoleh bekal kuat urusan akhiratnya sebagai anak yang mencintai Allaah dan penghafal Qur’an, sebagai tunas bangsa yang sangat kuat.

Menariknya, Yayasan Griya Al Qur’an Madani ini merupakan penggabungan konsep Pondok Modern Darussalam Gontor, MBI Manatul Ummah, dan Thursina, sebagai hasil desertasi Didik Madani meraih gelar doktor.

Pungkas Ketua Yayasan Pondok Tahfidz Graha Al Qur’an Madani bahwa yayasan ini sudah diwakafkan dengan dikuatkan di notaris, dn yang meneruskan nantinya tidak harus anak cucu keturunan keluarga besarnya Dr. Didik Madani, melainkan diserahkan pada badan wakaf dalam struktur organisasinya, untuk memilih penerus pimpinan terbaik yayasan ini.

Hal senada disampaikan Mega Mahendra, selaku Dewan Pembina Yayasan Graha Al Qur’an Madani, bahwa didirikannya lembaga ini sebenarnya merespon atas prilaku anak – anak zaman sekarang Gen Z dan Alfa untuk disiapkan memiliki fondasi – fondasi Al Qur’an.

“Karena gempuran – gempuran dari gadget, media komunikasi digital, dan media sosial di internet sangat luar biasa, yang dapat merusak karakter anak itu sendiri. Harapannya anak – anak di lembaga ini memiliki fondasi Al Qur’an yang menghasilkan karakter yang diharapkan Rasulullaah s.a.w.,” ujar Mahendra.

Tambah harapannya, sejak 4 tahun Graha Al Qur’an ini didirikan, para orang tua santri juga terlibat aktif untuk ikut membimbing dan mendidik anaknya di rumah sebagai kesinambungan dari pendidikan yang diperoleh di sekolah anaknya.

“Diharapkan para orang tua atau wali santri disini lebih aware terhadap perkembangan anaknya. Jangan hanya diserahkan ke pihak lembaga pendidikan saja, karena mungkin kesibukan orang tua atau orang tua tidak mampu untuk mendidik anaknya, yang akhirnya melepaskan semuanya kepada lembaga pendidikan,” pinta Mahendra.

“Seharusnya lembaga pendidikan ini adalah patner dari orang tua santri, sehingga bisa berjalan sinergi untuk mendidik snak – anak kita sebagai generasi selanjutnya,” imbuh pengusaha kontraktor ini. **** IDN