BLITAR–Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia dilarang mengolok-olok sesamanya. Larangan ini termaktub dalam surat Al Hujurat ayat 11, berikut bunyinya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hal itu diungkapkan oleh KH. Syaikuddin Rohman Ketua MUI Kabupaten Blitar saat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al Musthofa Bakung Udanawu Blitar 25 September 2024.
Menurut Kiai Cikut panggilan akrabnya,
Padahal ayat tersebut berisi larangan untuk membenci, meremehkan dan mengolok-olok orang lain. Sebab, mereka yang dibenci bisa jadi lebih baik daripada yang membenci.
“Kejadian saat ini kan begitu saling hujat. Lihat di medsos dan You Tube.Meraka saling hujat. Antara Habib dengan Habib.Antara Habib dengan ulama. Juga antar ulama dengan ulama. Semua mengaku paling tinggi derajat dan mulianya. Pahal belum tentu dihariban Allah SW,” ungkapnya dihadanpan anggota jama’ah Masjid Al- Musthofa
“Allah SWT jelas melarang kaum mukmin untuk mencela kaum mereka sendiri. Selain itu, Allah juga juga melarang mereka untuk memanggil dengan panggilan yang buruk,” tambahnya.
Mungkin manusia ada yang menyangka bahwa yang paling mulia adalah yang kaya harta, dari golongan konglomerat, yang cantik rupawan, yang punya jabatan tinggi, berasal dari keturunan Arab atau bangsawan.
Namun, Allah sendiri menegaskan yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.
Sosok orang yang paling mulia di sisi Allah SWT dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an hingga beberapa hadits Rasulullah SAW. Orang-orang yang mulia ini mendapat ganjaran yang setimpal di akhirat kelak.
Tentang sosok orang yang paling mulia tersebut termaktub dalam surah Al Hujurat ayat 13. Allah SWT berfirman yang
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hal yang membedakan di antara manusia ciptaan Allah SWT adalah ketakwaannya. Orang yang paling bertakwa merupakan yang paling mulia di sisi Allah SWT.
“Allah SWT tidak melihat kemuliaan seorang manusia berdasarkan keturunannya. “Hanya saja kemudian mereka itu bertingkat-tingkat jika dilihat dari sisi-sisi keagamaan, yaitu ketaatan kepada Allah Ta’ala dan kepatuhan mereka kepada rasul-Nya,” jelasnya.
Kiai Cikut juga menjelaskan bahwa Keterangan tersebut disandarkan pula dari hadits Abu Dzar RA Rasulullah SAW pernah menuturkan kepadanya, “Lihatlah, sesungguhnya engkau tidaklah lebih baik dari (orang kulit) merah dan hitam kecuali jika engkau melebihkan diri dengan ketakwaan kepada Allah.” (HR Ahmad)
Juga Diriwayatkan Abu Hurairah RA. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian.” (HR Muslim)
Dalam hadits lainnya juga disebutkan, yang
artinya: Dari Abu Hurairah RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia?”
“Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka,” jawab Rasul.
Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan.”
“Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya,” jawab beliau.
Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan.”
“Apa dari keturunan Arab?” tanya beliau.
Mereka menjawab, “Iya betul.”
Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama).” (HR Bukhari)
“Islam mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan antara suku, bangsa hingga warna kulit. Hal ini sebagaimana kisah Bilal bin Rabah yang merupakan hamba sahaya berkulit hitam, namun menjadi seseorang yang pertama kali mengumandangkan azan.” pungkas Kiai Syaikuddin *imam kusnin Ahmad*