KEDIRI-Innalillahi Wainna Ilaihi Roji’un.
Kabar duka datang dari Pondok Pesantren Assa’idiyyah Kediri. Kiai kharismatik yang juga salah satu pengasuh pondok tersebut KH Douglas Toha Yahya ( Gus Lik) wafat setelah sempat dirawat di rumah sakit Bhayangkara Kota Kediri.pada Sabtu (21/9) sekitar pukul 22.40 WIB.
Gus Lik yang masih famili dengan Ketua Umum MUI Pusat dan tokoh NU KH Anwar Iskandar ( Gus War) memang sempat dirawat di rumah sakit tersebut selama beberapa hari terakhir.
Seusai tiba dari rumah sakit, jenazah almarhum disemayamkan di salah satu ruangan di dalam pondok. Kabar kepergian Gus Lik memantik duka di kalangan jemaah
Gus Lik lahir dari pasangan KH Said dan Nyai Maemunah di Banjar Mlati. Latar belakang ini menjadikan hubungan eratnya dengan sejumlah pesantren besar di Kediri tidak mengherankan.
Gus Lik dikenal sebagai sosok kyai kharismatik dan nyentrik dari Kelurahan Jamsaren, Kota Kediri, Jawa Timur.
Selama ini, Gus Lik selalu menjadi panutan bagi puluhan ribu, jamaah yang menantikan pengajiannya. Banyak jamaah merasakan keberkahan dari pengajian yang diadakannya, sehingga mereka terus berbondong-bondong menghadiri acara tersebut.
Rendah hati menjadi salah satu alasan mengapa pengajian selalu ramai, baik oleh jamaah dari Kediri maupun luar daerah.
Penampilannya yang sederhana, tanpa barang mewah atau pakaian glamour, sering membuat para ulama lain terkesan. Gus Lik biasanya mengenakan kemeja berwarna gelap dan celana panjang, menunjukkan fokusnya pada misi dakwah, bukan pada penampilan fisik.
Walaupun tubuhnya semakin kurus dan wajahnya dipenuhi keriput, semangatnya dalam berdakwah tidak pudar. Ia tetap aktif mengisi undangan pengajian di berbagai daerah sekitar Kediri, termasuk pengajian rutin pada malam Rabu dan Jumat.
Dalam setiap ceramahnya, Gus Lik menghadirkan pembawaan yang ringan, namun tetap disertai wibawa dan kharisma yang mengesankan para jamaah.
Keistimewaan yang dimiliki Gus Lik sangat terasa bagi para jamaahnya. Mereka terpesona dan tergerak untuk lebih khusyuk dalam berdoa.
Tak jarang, air mata mengalir di wajah para pengikutnya sebagai ungkapan rasa syukur dan haru atas nasihat serta doa yang disampaikan oleh sosok ulama besar ini.
Meskipun Gus Lik telah tiada, kenangan dan pengaruh positif yang ditinggalkannya akan terus hidup di hati para jamaahnya.
Beliau biasa rutinan dengan jama’ah Rijalul Ansor Kabupaten Kediri dan sekitarnya.
” Belum ada sebulan Gus Lik mengaji di desa saya. Wonodadi Blitar. Saat dihadiri ribuan jamaah,” ujar Mohammad Arif. *Imam Kusnin Ahmad*