Waspada Bahaya Guru Toxic di Sekolah dan Solusi Antisipasinya

 

Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.
(Guru SMPN 3 Sindang Indramayu)

Fenomena guru toxic (Teacher Toxic) kini semakin menggejala dan menjadi fenomena di dunia pendidikan, khususnya di sekolah. Hal ini tentu sangat berbahaya perlu diwaspadai karena sangat membahayakan kondusifitas lingkungan sekolah dan pengaruhnya dalam perkembangan psikologis dan tumbuh kembang peserta didik di sekolah.

A. Fenomena Guru Toxic

Guru Toxic (Teacher toxic) adalah guru yang menjadi racun penghancur bagi motivasi yang dimiliki oleh lingkungannya. Guru yang toxic adalah guru yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, Tidak konsisten antara ucapan dan tindakan, Selalu memaksakan kehendaknya saja tanpa mau memahami orang lain.

Guru toxic juga adalah guru yang selalu iri dan tidak suka melihat guru lain berhasil. Jika siswanya berhasil dalam suatu prestasi ataupun guru lain mendapatkan penghargaan, maka ia susah untuk tersenyum melihat kebahagiaan orang lain. Dan meski ia seorang pemimpin, guru toxic enggan bila dipimpin oleh orang lain, suka menyebarkan gossip dan pencipta drama, senang mengkritik namun tanpa memberikan Solusi, dan jika ia membuat kesalahan, maka ia enggan mengakui kesalahan apalagi untuk meminta maaf.

Guru toxic adalah guru yang selalu menolak tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Apabila dalam mengajar, guru toxic adalah guru yang pemalas. Guru toxic hanya menyuruh siswa menjawab soal-soal dan lembar kerja maupun menyalin buku siswa dan presentasi guru ke buku catatan.

Sebagai antitesa dari guru toxic adalah guru belajar. Guru belajar adalah guru yang Rajin membaca buku, mengikuti diklat/ seminar/ webinar dan membaca jurnal ilmiah serta mencoba hal-hal baru untuk meng up grade ilmu.

Sebagai  guru sudah seharusnya untuk terus belajar dan mengikuti perkembangan dunia Pendidikan. Agar terus mengalami kemajuan, maka seorang guru belajar terus meningkatkan materi yang diajarkan, metode pengajaran, hingga pendukung proses belajar mengajar.

Selain itu, guru belajar selalu memperhatikan dan melihat guru lain mengajar sebagai refleksi diri dan menambah ilmu. Guru belajar juga guru yang senang berorganisasi dan berkomunitas. Guru belajar senang berdiskusi, menyapa dengan warga sekolah, dan mengobrol dengan teman kerja di lingkungannya.

B. Ciri-ciri Guru Toxic (Teacher Toxic)

Guru yang seperti apa yang termasuk dalam kategori guru toksik. Maka berikut ini tanda-tanda utama guru toxic, seperti dilansir dari laman ISM (Independent School Management) dan lainnya.

1.Guru toksik adalah mereka yang sudah tidak bergairah

Seorang guru yang tidak lagi bersemangat bekerja dengan siswanya termasuk toksik. Bagi mereka, mengajar telah menjadi keputusan bisnis dan bukan keputusan yang berfokus pada siswa dan misi.

2.Guru toksik adalah mereka yang tidak berpihak pada siswa

Tidak dapat disangkal, bahwa mengajar apalagi mendidik adalah kerja keras yang membutuhkan banyak waktu dan usaha. Maka guru yang tidak bersedia memberikan apa yang menjadi kebutuhan siswanya, hanya menikmati jika siswa berprestasi, sehingga mereka akan terlihat baik, mamun ketika gagal selalu ada alasan menyalahkan siswa, termasuk guru toksik.

3.Guru toksik adalah mereka yang suka menjadi sumber gosip.

Gosip-gosip panas tentang sekolah selalu berputar di sekitar guru toksik. Walau cukup sulit membuktikan bahwa guru toksik itu sendiri lah sumber gosip tersebut. Namun ada satu petunjuk kuat. Yakni, gosip-gosip yang beredar selalu membuat guru toksik ini terlihat baik sendirian, sementara yang lainnya buruk.

4.Guru toksik adalah mereka yang tidak terbuka dengan ide-ide baru.

Guru toksik akan seperti menerima masukan-masukan, kritik dan saran. Namun pada saat eksekusi, tetap praktik lama yang dijalankan. Ide-ide baru yang dianggap mengganggu akan disingkirkan dan catatan.

5.Guru toksik adalah mereka yang usahanya paling minimal

Guru toksik akan sekadar mengikuti apa yang tertulis dalam kontraknya, tidak lebih. Lupakan menjadi sukarelawan atau bekerja ekstra ketika siswa atau rekan kerja membutuhkannya.

6.Guru toksik adalah mereka yang tidak percaya kalau harus melakukan peningkatan kualitas diri

Guru toksik tidak melihat adanya manfaat dalam pengembangan profesional atau mempelajari metode baru dalam pengajaran di kelas. Apa yang dilakukannya sekarang hanya berpegang pada di masa lalu. Tidak ada ambisi untuk berubah.

7.Suka Mengkritik Tanpa Solusi

Pernah ditemui guru yang hanya melarang dan mengkritik ini dan itu tanpa memberikan solusi terbaik. Hal ini malah menjurus ke perundungan. Terkadang kekerasan verbal terjadi pada sikap toxic guru yang satu ini bahkan tanpa disadarinya. Mengatakan bahwa siswa itu pemalas karena tidak mengerjakan PR, tanpa gurunya merefleksi ada apa dengan siswa, ada apa dengan caranya mengejar dan ada apa dengan PR itu sendiri sampai tidak dikerjakan siswa.

Biasanya guru yang seperti ini akan sangat suka memaksakan kehendaknya. Siswa harus mampu melakukan apa yang guru kehendaki tanpa memberikan solusi dari permasalahan-permasalahan yang siswa hadapi.

8.Tidak Suka Melihat Guru Lain Berprestasi

Sekarang bukan lagi zamannya berkompetisi, tetapi ini adalah saatnya berkolaborasi. Di sekolah bukan ajang unjuk gigi siapa guru paling berprestasi tetapi manfaatkan teman yang berprestasi untuk berkolaborasi dan menjadi guru inovatif.

Namun nyatanya masih ada pribadi julid di hati oknum guru tertentu yang tidak menyukai guru lain berprestasi. Menyepelekan dan tidak mau mendengar usulan guru lain dan hanya menjadikan buah pikirnya sendiri yang dianggap terbaik.

9.Suka Mengkritik Tanpa Solusi

Pernah ditemui guru yang hanya melarang dan mengkritik ini dan itu tanpa memberikan solusi terbaik. Hal ini malah menjurus ke perundungan. Terkadang kekerasan verbal terjadi pada sikap toxic guru yang satu ini bahkan tanpa disadarinya. Mengatakan bahwa siswa itu pemalas karena tidak mengerjakan PR, tanpa gurunya merefleksi ada apa dengan siswa, ada apa dengan caranya mengejar dan ada apa dengan PR itu sendiri sampai tidak dikerjakan siswa.

Biasanya guru yang seperti ini akan sangat suka memaksakan kehendaknya. Siswa harus mampu melakukan apa yang guru kehendaki tanpa memberikan solusi dari permasalahan-permasalahan yang siswa hadapi.

10.Tidak Suka Melihat Guru Lain Berprestasi

Sekarang bukan lagi zamannya berkompetisi, tetapi ini adalah saatnya berkolaborasi. Di sekolah bukan ajang unjuk gigi siapa guru paling berprestasi tetapi manfaatkan teman yang berprestasi untuk berkolaborasi dan menjadi guru inovatif.

Namun nyatanya masih ada pribadi julid di hati oknum guru tertentu yang tidak menyukai guru lain berprestasi. Menyepelekan dan tidak mau mendengar usulan guru lain dan hanya menjadikan buah pikirnya sendiri yang dianggap terbaik.

11.Suka Mengkritik Tanpa Solusi

Pernah ditemui guru yang hanya melarang dan mengkritik ini dan itu tanpa memberikan solusi terbaik. Hal ini malah menjurus ke perundungan. Terkadang kekerasan verbal terjadi pada sikap toxic guru yang satu ini bahkan tanpa disadarinya. Mengatakan bahwa siswa itu pemalas karena tidak mengerjakan PR, tanpa gurunya merefleksi ada apa dengan siswa, ada apa dengan caranya mengejar dan ada apa dengan PR itu sendiri sampai tidak dikerjakan siswa.

Biasanya guru yang seperti ini akan sangat suka memaksakan kehendaknya. Siswa harus mampu melakukan apa yang guru kehendaki tanpa memberikan solusi dari permasalahan-permasalahan yang siswa hadapi.

12.Tidak Suka Melihat Guru Lain Berprestasi

Sekarang bukan lagi zamannya berkompetisi, tetapi ini adalah saatnya berkolaborasi. Di sekolah bukan ajang unjuk gigi siapa guru paling berprestasi tetapi manfaatkan teman yang berprestasi untuk berkolaborasi dan menjadi guru inovatif.

Namun nyatanya masih ada pribadi julid di hati oknum guru tertentu yang tidak menyukai guru lain berprestasi. Menyepelekan dan tidak mau mendengar usulan guru lain dan hanya menjadikan buah pikirnya sendiri yang dianggap terbaik.

13.Sering Menghina Siswa

Seringkali menggunakan bahasa yang merendahkan atau menghina siswa. Mereka mungkin mengkritik siswa secara berlebihan di depan teman-teman sekelasnya, yang dapat merusak rasa percaya diri siswa. Hal ini tentu saja tidak baik buat perkembangan karakter siswa.

14.Kurangnya Empati:

Mereka tidak menunjukkan perhatian atau pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan siswa. Ketidakpedulian ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak mendukung.

15.Favoritisme

Guru toxic cenderung memiliki siswa favorit dan memberi perlakuan yang berbeda kepada siswa lainnya. Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak adil dan kecemburuan di antara siswa. Hal ini tentu saja kurang baik untuk perkembangan siswa yang sedang belajar di sekolah.

16.Kekuasaan Berlebihan

Mereka seringkali menyalahgunakan otoritasnya, membuat siswa merasa tertekan dan tidak nyaman. Ini dapat menciptakan suasana kelas yang menakutkan sekaligus juga menegangkan. Siswa tidak merasa menyenangkan berada di sekolah.

17.Menolak Masukan

Guru toxic umumnya tidak menerima kritik atau masukan dari siswa maupun rekan kerja. Mereka cenderung mempertahankan pandangan mereka tanpa bersedia untuk mendengarkan perspektif orang lain. Kalau hal ini dibiarkan akan membawa citra sekolah menjadi kurang baik di mata masyarakat

18.Sikap Acuh Tak Acuh (Difference)

Salah satu perilaku toksik yang dapat merugikan kemajuan lembaga pendidikan adalah sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh sebagian pendidik.

Pendidik yang hanya peduli pada urusannya sendiri dan tidak memperhatikan masalah yang dihadapi oleh kolega pendidik lainnya, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang tidak harmonis.

19.Guru Pemarah

Setiap pertanyaan yang dilontarkan siswa merupakan cerminan tingginya motivasi belajar dan rasa ingin tahu. Jika ada siswa yang bertanya, guru yang baik akan menghargai pertanyaan tersebut dan menjelaskannya dengan sebaik mungkin. Pada toxic teacher, pertanyaan dari siswa bisa dianggap sebagai hambatan dalam proses belajar mengajar di kelas. Siswa dianggap tidak paham, dan toxic teacher tidak melakukan upaya untuk membantu. Bahkan rasa ingin tahu siswa yang suka bertanya justru dibungkam oleh guru untuk tidak banyak bertanya

20.Mengabaikan kesulitan siswa

Dalam kelas, guru menghadapi berbagai siswa dengan karakteristik bervariasi.  Guru harus sabar dan teliti menghadapi kesulitan-kesulitan siswa dan problematika dalam pembelajaran, karena setiap siswa memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap pelajaran. Toxic teacher biasanya mengabaikan siswa yang memiliki masalah belajar. Baginya, kesulitan yang dialami murid bukanlah tanggung jawab guru sehingga guru tidak perlu turun tangan dalam membantu permasalahan belajar siswa.

21.Mengabaikan kesulitan siswa

Dalam kelas, guru menghadapi berbagai siswa dengan karakteristik bervariasi.  Guru harus sabar dan teliti menghadapi kesulitan-kesulitan siswa dan problematika dalam pembelajaran, karena setiap siswa memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap pelajaran. Toxic teacher biasanya mengabaikan siswa yang memiliki masalah belajar. Baginya, kesulitan yang dialami murid bukanlah tanggung jawab guru sehingga guru tidak perlu turun tangan dalam membantu permasalahan belajar siswa.

22.Cenderung Galak dan Suka Menghukum

Pasti perasaan takut akan muncul pada siswa ketika berhadapan dengan guru yang terkenal galak di sekolah. Hal ini membuat siswa menjadi was-was dan belajar di tengah rasa takut. Misalnya, guru masuk kelas dengan marah-marah hanya karena pintu kelas tidak sengaja tertutup. Guru yang terlalu galak cocok jadi sipir penjara atau prajurit saja. Mungkin sebagian guru akan senang jika disebut guru killer, karena menganggap bahwa siswa akan lebih mendengarkan perkataan seorang guru killer. Namun yang terjadi justru pelajaran akan sulit diterima atau tidak diminati oleh siswa.

23.Sering Menghukum Siswa Berlebihan

Selain belajar akademis, siswa juga perlu belajar mengenai kehidupan sosial. Salah satunya adalah sistem penghargaan dan pujian. Jika siswa berhasil berprestasi, maka dia berhak menerima pujian. Namun sebaliknya, jika melakukan kesalahan maka perlu mendapat hukuman. Sayangnya, toxic teacher sering memberi hukuman berlebihan. Untuk kesalahan kecil saja toxic teacher bisa memberinya hukuman berat seolah-olah siswa baru saja melakukan kesalahan besar.

C. Dampak Buruk Guru Toxic

1.Mengganggu Psikologi Siswa

Lingkungan belajar yang toxic dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi pada siswa. Mereka yang mengalami perlakuan negatif secara terus-menerus mungkin merasa putus asa. Hal ini harus segera diketahui oleh guru lainnya di sekolah. Khususnya guru bimbingan dan konseling.

2.Penurunan Prestasi Akademik

Ketidaknyamanan di dalam kelas dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi siswa, yang pada akhirnya berdampak pada prestasi akademik mereka.

3.Hubungan Sosial yang Buruk

Lingkungan kelas yang tidak sehat dapat menciptakan konflik di antara siswa, serta mengurangi kemampuan mereka untuk bekerja sama dan berinteraksi secara positif.

D. Solusi Mengatasi Guru Toxic

1.Komunikasi Terbuka:

Siswa dan orang tua perlu memiliki saluran komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Melaporkan perilaku guru yang tidak pantas dapat membantu menciptakan perubahan.

2.Dukungan dari Rekan Kerja:

Guru lain di sekolah juga perlu bersolidaritas dan mendukung satu sama lain untuk menciptakan lingkungan yang positif. Mereka bisa saling berbagi pengalaman dan strategi untuk mengatasi situasi yang sulit.

3.Pelatihan untuk Guru

Hindari sikap toxic untuk membentuk pribadi siswa yang berkarakter. Guru toxic hanya akan ditakuti bahkan tak akan pernah dinanti kehadirannya.