Catatan : Musthofa Zuhri.
Saya terkadang geleng geleng kepala jika menyaksikan aksi massa yang menggunakan TAKBIR sebagai upaya melegitimasi pola tindakanya.
Takbir seakan hilang sisi makna subtansinya .
Contoh aksi massa yang merobohkan pagar pemda, pagar betis aparat dengan lantang mengungkapkan pekik ” allahu akbar”.
Setiap sang korlap mengungkapkan kata ALLAHU Akbar lalu roboh;ah gedung tersebut, terbakarlah seluruh gedung, pecahlah kaca-kaca sebuah bangunan, terlukalah aparat yang menjaga dan mengamankan aksi massa.
LAfal takbir seakan menjurus kearah anarkhis, kerusuhan dan kebrutalan.
Pada hal takbir adalah pengagungan nama Allah dengan berbagai esensi varianya. Jikalau lafal takbir kemudian di tujukan untuk merusak gedung dan lain sebagainya, masyarakat awam akan menganggap bahwa Tuhan kita ( Allah SWT ) menyetujui dengan kekerasan, dan Allah yang rahman dan yang Maha rahim seakan hilang dari nafas kita.
Seakan berganti dengan Alllah yang menghendaki kekacauan dan kebrutalan.
Kita perlu merenungkan bersama, kapan harus bertakbir dan kapan harus menghentikan takbir disetiap aksi agar kita tidak dianggap sebagai umat yang jahiliyah di tahun ini.
Demikianlah kira kira…