Kota Malang : Setiap tahunnya, ospek mahasiswa baru (maba) di Universitas Brawijaya (UB) selalu menjadi momen yang dinantikan oleh banyak pedagang pernak-pernik. Mereka biasanya meraup keuntungan besar dari penjualan berbagai atribut ospek seperti kaos, topi, gantungan kunci, hingga pin. Namun, tahun ini, situasi tampaknya berbeda.
Meskipun jumlah maba yang mengikuti ospek di UB masih ribuan seperti tahun-tahun sebelumnya, para pedagang pada hari ke 2, selasa (13/ 08/ 2024) mengeluhkan penurunan pendapatan yang cukup signifikan. Beberapa pedagang bahkan menyebutkan bahwa penjualan mereka menurun hingga 50% dibandingkan tahun lalu.
Faktor utama yang diduga menjadi penyebabnya adalah pergeseran pola konsumsi maba. Generasi maba tahun ini lebih cenderung berbelanja secara online, memilih produk yang bisa dipesan dan dikirim langsung ke rumah mereka. Hal ini membuat pedagang pernak-pernik yang biasanya mengandalkan penjualan di lokasi ospek menjadi kehilangan pelanggan potensial.
Selain itu, peningkatan harga bahan baku dan ongkos produksi juga menjadi tantangan tersendiri bagi pedagang. Harga yang harus mereka tawarkan untuk pernak-pernik ospek menjadi lebih tinggi, yang pada akhirnya mengurangi daya tarik produk di mata maba yang semakin selektif dalam memilih barang.
Meski demikian, beberapa pedagang masih optimis bahwa penjualan akan meningkat seiring dengan berjalannya ospek dan semakin banyaknya maba yang hadir di kampus. Mereka juga berusaha beradaptasi dengan tren yang ada, seperti membuka toko online dan menawarkan diskon menarik untuk menarik minat maba.
Situasi ini menjadi pengingat bahwa perubahan dalam perilaku konsumen bisa berdampak besar pada usaha kecil. Bagi para pedagang pernak-pernik ospek, adaptasi dan inovasi menjadi kunci untuk tetap bertahan di tengah tantangan yang ada. Meskipun tahun ini tidak seberuntung tahun-tahun sebelumnya, semangat untuk terus berusaha dan mencari peluang baru tetap menjadi modal utama dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah.
Sumber : Qi Jawara