Wanita itu … ibarat air … ( kata kakekku)
Kala duduk bercengkrama dengan kakek, iseng2 aku bertanya : ” kek, apa sih rahasianya sehingga rumah tangga kakek nenek bisa langgeng sampai hari ini ?” .
Sambil tersenyum dan menatapku penuh kasih sayang kakek menyahuti : ” cucuku, wanita itu ibarat air “. ” wanita itu ibarat air, apa maksudnya kek ?” tanyaku penasaran.
Kakek lalu mengambil kendi air yang ada didepan kami, beliau berseru : ” kesinikan tanganmu, tengadahkan seperti ini !”.
Aku pun menuruti perintahnya, kakek menuangkan air kendi ke tanganku. Setelah air ditanganku penuh beliau berkata : ” sekarang coba renggangkan jari jemari tanganmu !”.
Aku menuruti perintahnya dan airpun mengalir jatuh dari sela2 jemariku . Masih belum memahami maksudnya aku patuh saja kala kakek memintaku menengadahkan tanganku sekali lagi, dan sekali lagi beliau menuang air dari kendi ke telapak tanganku . ” Sekarang coba engkau genggam erat2 air di tanganmu itu “. Sambil bengong aku menuruti perintahnya, dan lagi air bercucuran jatuh dari tanganku kala aku meremasnya. ”
Sekarang , apakah engkau memahami maksud kakek ?” . Aku menjawab sambil menggelengkan kepalaku : ” tidak sama sekali, aku masih belum faham maksud kakek “. Lagi2 tersenyum, kakek menjelaskan : ” cucuku … wanita itu ibarat air ditanganmu tadi, coba engkau perhatikan kala engkau merenggangkan jari jemarimu, air menetes jatuh dan kala engkau mencoba menggenggamnya erat2 airnyapun menetes jatuh, cucuku .. wanita itu bila engkau biarkan, tidak engkau perhatikan, bebas berbuat semaunya maka engkau tidak akan dapat mengendalikannya, begitu pula bila engkau berlaku keras terhadapnya, mengurungnya, membelenggunya dengan tujuan menguasainya, ia akan lepas dan pergi darimu, tidak ada kehidupan yang bisa berjalan bila engkau memaksakan kehendak … air tadi hanya akan tetap bersamamu bila engkau bersabar merapatkan jari2 mu walaupun engkau lelah dan bersusah payah, begitu pulalah wanita itu … ia akan ada disisimu dan engkau akan selalu ada dalam hatinya bila engkau berlaku sabar dan berjuang bersusah payah untuknya … nah, sekarang apakah engkau faham ??”.
Aku mengangguk memahami, namun jauh dilubuk hati aku bergumam : ” sungguh sulit sekali “….
Miftah Junaidi dan Sholeh
Jurnalis Citizen