Catatan Arif Ketua Pondok Baca Nahdiyin Banyuwangi.
” Pembungkaman adalah hal penting dari apa yang saya alami.Pemecatan Seseorang dari Universitas juga merupakan salah satu cara untuk membungkam seseorang dan membuatnya diam.Seseorang yang dicopot dari bidang dan keahlian yang Ia kuasai juga merupakan cara untuk membungkam seseorang.Pada akhirnya,Pembunuhan terhadap seseorang yang memiliki perbedaan pendapat dengan Orang lain pun juga merupakan cara untuk membungkam hak berfikir dan berbicara seseorang.Mereka dengan berbagai cara berusaha untuk mengenyahkan orang lain yang berbeda ” ( Nasr Hamid Abu Zayd ).
Ucapan diatas dikemukakan oleh Seorang cendekiawan Muslim dari Mesir bernama Nasr Hamid Abu Zayd.Beliau sebelumnya adalah seorang Dosen kajian Islam dan Al – Qur’an di Universitas Kairo.Seorang Ulama yang produktif dalam menuangkan gagasan gagasan yang Beliau miliki menjadi karya karya tulis yang luar biasa.
Pada akhir tahun 1992,Sebuah Tim penilai dan promosi dari Universitas tempat Beliau bernaung menolak mempromosikan Beliau menjadi Guru Besar di tempat dimana Beliau mengabdi.Berawal pada saat Beliau mengajukan beberapa karya ilmiahnya sebagai syarat untuk mendapat gelar Profesor,Beberapa orang yang berada dalam Tim penilai mengatakan bahwa karya karya Ilmiah dari Nasr Hamid Abu Zayd amat lekat dipengaruhi oleh pemikiran Marxisme yang jelas menurut mereka bertentangan dengan Agama islam.Berdasar hal tersebut,Mereka pun menolak mempromosikan Nasr Hamid Abu Zayd.
Cacian hingga stempel Kafir pun disematkan pada Beliau.Bahkan Ancaman pembunuhan pun juga Beliau terima.Akibat tekanan yang Begitu kuat yang diterimanya di Negerinya sendiri,Beliau memilih tinggal di Belanda dan menjadi Dosen tamu di berbagai Universitas terkenal di Negeri kincir Angin tersebut.
Tahun 1992,Seorang pemikir Kritis dari Mesir bernama Farag Fouda harus mengalami nasib yang begitu tragis.Beliau dibunuh oleh Sekelompok Orang yang menilai karya karyanya dianggap menghina Islam.
Di Iran,ada nama Abdul karim Soroush,Fazlur Rahman di Pakistan hingga Abdullahi Ahmed an Naim pun harus merasakan akibat yang hampir sama seperti kisah tragis diatas.Pemikiran pemikiran kritis mereka ibarat sebuah Godam Raksasa bagi sekelompok Orang yang ( Tampaknya ) begitu Enggan mempergunakan Akal mereka dan lebih memilih menelan mentah mentah Dogma yang mereka terima….😊
Di Indonesia,kasus yang serupa pun pernah terjadi.Ide Sekularisasi Cak Nur ( Alm.Prof.Nurcholis Madjid ) hingga Pribumisasi Islam nya Gus Dur ( Alm.KH.Abdurrahman Wahid) dianggap sebagai ancaman yang menakutkan oleh sekelompok kecil orang.Pemikiran mereka disebut telah menyimpang sedemikian jauh dari nilai nilai dan norma Agama oleh segolongan Orang yang Lucunya….,Wajah Mereka Hari Ini kulihat di berbagai Pemberitaan Berteriak Teriak sembari mengumandangkan Takbir menuntut Kyai Imaduddin Al Bantani menghentikan Pemikiran dan Ceramahnya yang dianggap Menghina dan Menista Kaum Baalawi,Sebuah Klan asal Yaman yang selama ini menganggap dirinya sebagai Keturunan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Kaum Baalawi ini atau yang kerap disebut sebagai Habib,berdasar Kajian Kepustakaan dan Keilmuan yang dilakukan oleh Kyai Imaduddin bukanlah bagian dari Keturunan Baginda Nabi.
Nampaknya,Kajian Kyai Asal Banten ini terasa amat sangat memukul Mereka.Selama Ratusan Tahun Kaum Baalawi atau Para Habib ini begitu ” dimanjakan dan dinina-bobokkan ” oleh Klaim sebagai Dzurriyat Nabi yang Mereka bangun dan Mereka yakini berabad abad.
Klaim tersebut hari ini seakan rontok dan hanya menyisakan segelintir Orang yang mempercayainya.Beberapa Orang setelah membaca Kajian Kyai Imaduddin pun juga masih ada yang tetap Berziarah ke Makam Para Habib yang dianggap keramat meski dalam benak Mereka kini mulai timbul tanya ” Apa Benar Makam Habib yang Kuziarahi ini Cucu Nabi “?
Pekik Takbir dengan Rona wajah penuh kebencian hingga Teriakan Caci Maki terhadap Kyai Imaduddin,Sang Kyai asal Banten ini makin mempertebal keyakinannku bahwa Sejarah akan selalu berulang.Nasr Hamid Abu Zayd atau Farag Fouda di Negeri Mesir hingga Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid di Negeri ini akan diikuti oleh Para Pembenci yang enggan menggunakan nalar sehat dan kejernihan batin yang telah dikaruniakan Tuhan.
Bagi Mereka yang membenci Kyai Imaduddin,Mengkritik Nasab Habib adalah Dosa Besar dan dianggap Merusak Aqidah.Dan Kekritisan Kyai Imaduddin terkait Nasab para Habib jelas adalah perbuatan yang merusak Agama dan wajib dilawan.
Pertanyaannya kemudian adalah : Emangnya mengkritik Nasab Habib Berdosa ? Emangnya Yakin pada Habib bagian dari Rukun Islam atau Rukun Iman ?
Afala Tatafakkarun Yaa Muhibbin ?
( Arif Al Blambangany )