
Catatan Arif Ketua Pondok Baca Nahdliyin Banyuwangi.
Apa Dampak yg mungkin akan diterima dari Kegiatan Pendirian Pojok Baca Nahdliyin yg digagas pd awalnya oleh Rekan Rekan Muda kalangan NU Kultural ? Dan apa pula Efek yang akan dituai dari Tersebarnya Buku Buku milik Kami ?
Jawab : Dampak dan Efeknya adalah Tumbuhnya Fikiran Fikiran kritis dan berani menggugat kemapanan yang telah lama ada dan bahkan terlanjur menjadi Sebuah Mitos yang mengakar.Dan Secara Pribadi, Hal ini tentu amat sangat Kami sadari.Kami sadar sesadar sadarnya !
Era 90 an usai Almukarrom Kyai Said Aqil Siradj menyelesaikan Studinya di Arab Saudi,Beliau menjadi Sosok yang mampu mengguncang Jagad Pemikiran dan Tradisi di kalangan Warga NU yang telah mapan.Ia ( pd saat itu ) menginginkan Re-Definisi atau Pemaknaan ulang atas Konsep Ahlussunnah Wal Jamaah.Beliau pd saat itu menggugat Definisi Ahlussunnah Wal Jamaah yang cenderung dipersempit menjadi Hanya sekedar Mengikuti Garis Aqidah yang diajarkan oleh Imam Abu Hasan Al Asy’arie dan Imam Maturidi,Dalam Fiqh Hanya berpegang pada Madzhab Hanafi,Syafii,Maliki dan Hanbali.Sementara Dalam Bidang Tasawuf mengikuti Garis dari Imam Al Ghazali dan Junaid Al Baghdadi.Beliau dengan berdasarkan pada Kajian Kesejarahan menggugat keyakinan tersebut.Ada beberapa Kontradiksi dari keyakinan yang cenderung telah mapan itu.Misalnya tentang Sosok Imam Maturidi yang Beliau anggap minim Referensi dan karyanya.Sementara Sifat wajib 20 Allah milik Imam Abu Hasan Al Asy’arie Beliau pertanyakan sebagai Rumusan yang sulit untuk diyakini dan dikenal oleh kalangan Umat Islam saat ini. Dengan Nada Getir,Beliau bertanya bahwa apakah Anak Anak Muda NU yang kini menuntut Ilmu di lingkup Kampus Non Agama akan dicap sebagai Seseorang yang keluar dari Ahlussunnah Wal Jamaah Hanya karena Mereka saat ini tak lagi hafal pada sifat wajib 20 Allah rumusan Abu Hasan Al Asy’arie ? Kyai Said Aqil Siradj pun mempertanyakan apakah Ahlussunnah Wal Jamaah itu adalah Sebuah Madzhab ( yang cenderung statis ) ataukah Manhajul Fiqroh ( Dinamis ) ?
Dan Hari ini, Kami sebagai Bagian dari Pojok Baca Nahdliyyin mendapat pertanyaan yang agak liar dari Apa yang selama ini cenderung sangat dijaga dan dihormati oleh Warga NU.Harus diakui,Efek dari Teriakan Teriakan Habib Rizieq beberapa waktu lalu terutama ketika momen momen kontestasi Politik yang kerap menghajar Tokoh Tokoh Besar NU ( Lihat di Youtube Video tentang Ucapan Habib Rizieq pada Gus Dur dan Kyai Said ) menjadi sebuah Bahan pertanyaan sekaligus pula renungan bagi Warga NU.Dengan Nada Getir Salah Seorang Ustadz yang TPQ nya Kami jadikan sebagai Basecamp Pojok Baca Nahdliyin Kami bertanya… ” Padahal Dahulu Gus Dur lah yang membela kalangan Habaib ketika Mantan Ketua MUI Almarhum KH.Hasan Basri pernah mengeluarkan Statement yang agak menohok kedudukan para Habaib.KH.Hasan Basri yang Basisnya dari kalangan Muhammadiyah mengatakan bahwa Nasab Rasulullah telah terputus karena Beliau tidak mempunyai Garis Keturunan Lelaki.Ini artinya, Para Habib ( Habaib ) yang selama ini diyakini oleh Kalangan Muslim Tradisional mempunyai Garis Keturunan yang tersambung hingga pada Baginda Nabi, tidak mempunyai legitimasi teologis yang kukuh.Dan Gus Dur pada saat itu justru mengeluarkan Statement yang membela kalangan Habaib.Tapi anehnya, kenapa saat ini Kalangan Habib malah mencela Gus Dur ?
Dari Topik pertanyaan Pertama, Pertanyaan demi pertanyaan yg Diajukan pun menjadi lebih liar sekaligus getir.Pak Ustadz ini melanjutkan pertanyaannya ” Saya membaca Buku karyanya Martin Van Bruinessen.Martin menulis bahwa sesuai Data Sejarah, Lembaga resmi yang mengajarkan Ilmu Ilmu Agama yang pertama di Tanah Air adalah Pesantren Tegalsari Ponorogo.Ada beberapa Kitab yang diajarkan di Pesantren tersebut dan Salah satunya adalah Kitab Fathul Muin yg ditulis oleh Syaikh Zainuddin Al Malibari pd abad ke 14.Malibari atau Malabar kini berada di Daerah Kerala,India.Ini artinya, Dakwah Islam awal di Negeri ini sebenarnya diawali oleh Mereka mereka yg berasal dari Daerah yang banyak dipengaruhi oleh Persia.Lalu,Dimana Posisi Orang Hadramaut Yaman ? Bukankah kalangan Habib Habib di Negeri ini semua berasal dari Hadramaut Yaman ? Bila Habib Habib yang berasal dari Hadramaut Yaman itu diklaim sebagai satu satunya kelompok yang paling sahih mengklaim sebagai Dzurriyat Nabi, Lalu Bagaimana pula dengan Keturunan Raja Idris di Maroko,Fatimiyyah di Mesir, Assad di Syria yg juga mengklaim sebagai Dzurriyat Nabi ? Apakah kalangan Habib yang Darahnya berasal dari Hadramaut Yaman mau mengakuinya? Bukankah Rabithah Alawiyyah sebagai Wadah resmi pencatat Nasab dari Garis Keturunan Nabi baru lahir pd 1928 ? Padahal Walisongo sendiri yang diakui pula Nasabnya tersambung pada Baginda Nabi telah ada di Negeri ini jauh sebelumnya ?
Entah mau membela Habib dengan Hujjah apalagi bila Akar Rumput ternyata terus menerus mempertanyakan sekaligus mengkritisi mereka ☕😊
Slowly but sure,Kewarasan akan lahir di Bumi ini