Ustadz Taufik Segaf, Gus Qayum, Kiai Muhyiddin dan Kiai Idrus Ramli Tak Berani Debat Dengan Kiai Imaduddin

Pembicaraan tentang Nasab masih terus berlangsung hingga kini. Sekarang Pemred menaramadinah com Drs. Husnu Mufid. M PdI  wawancara khusus dengan KH. Imaddudin Ustman Al Bantani. Seperti apakah hasil wawancaranya. Berikut ini:

Bagaimana pendapat KH. Imaduddin Ustman Al Bantani memandang  diskursus tentang Nasab Habib ?

Dijawab : Diskursus nasab habib masih hangat sejak sekitar dua tahun lalu. Diskursus itu sedikit banyak telah membawa masyarakat memahami bagaimana sebenarnya keturunan Nabi Muhammad SAW. dari diskursus nasab itu masyarakat kini mengetahui bahwa orang yang megaku keturunan Nabi itu ternyata bukan hanya dari klan habib Ba’alwi. banyak klan-klan di dunia ini ternyata juga mengaku sebagai keturunan Nabi, klan Ba’alwi ternyata hanya salah satunya saja.

Di antara mereka yang mengaku sebagai keturunan Nabi di belahan dunia itu, ada yang nasabnya diterima oleh ahli nasab, ada yang ditolak, bahkan ada yang terindikasi palsu.

Menurut Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani, apakah klan Ba’alwi yang dipanggil habib itu, merupakan salah satu klan yang terindikasi palsu.

Dijawab : Pengakuannya sebagai keturunan Nabi tidak bisa diverifikasi oleh kitab-kitab nasab primer. Menurut Kiai Imad, nasab mereka tertolak oleh kitab-kitab nasab dan sejarah.

Apakah anda yakin nasab para habib itu bukan keturunan Nabi Muhammad SAW?

Dijawab : “Yakin sekali, saya sudah katakan “haqqul yaqin” bahwa para habib itu bukan keturunan Nabi Muhammad SAW.”

Apa yang membuat anda seyakin itu?

Dijawwb : “Ilmu pengetahuan. Saya yakin karena saya sudah membaca dan menelitinya. Kitab-kitab nasab dan sejarah abad 4-8 Hijriah tidak ada yang menyebut mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, padahal Ubaid leluhur mereka katanya hidup di abad 4 Hijriah. Kitab-kitab nasab sudah banyak ditulis di abad empat itu, tidak ada yang mencatat Ubed sebagai keturunan Nabi”

Bagaimana dengan manuskrip yang katanya ditemukan Gus Rumail itu?

Dijawab : “Hehehe…itu manuskrip palsu, Pak.”

Maksudnya gimana, Pak Kiai?

Dijawab : “ya begitu, katanya ada manuskrip hadits yang menyebutkan seseorang menerima hadis dari Alwi bin Ubed. Alwi bin Ubed ini fiktif, Pak. Gak ada orangnya. Bagaimana orang fiktif bisa meriwayatkan hadits. Lihat kertasnya, itu kertas garis-garis mirip produksi Sinar Mas tahun sekarang. Lalu katanya ada manuskrip menyebut Fakih Mukuddam menerima hadis dari pamannya, itu juga pasti palsu. Fakih Muqoddam ini tidak disebut oleh kitab-kitab abad ketujuh hijriah sebagai ulama, bagaimana bukan ulama bisa meriwayatkan hadis. Sosoknya yang “majhul” seperti itu ya….sulit untuk mengatakannya…sepertinya riwayat tentang ketokohannya itu fiksi belaka”.

Jika nanti ada mansukrip asli yang ditemukan bagaimana?

Dijawab : “Mustahil, Pak. Kecuali ya…itu…bikin bikin manuskrip palsu. Tetapi tidak mungkin tidak ketahuan, Pak. Bangunan sejarah mereka yang mereka tulis itu kontradiksi antara satu dan yang lainnya. Dan dari bangunan sejarah mereka yang kontradiksi antar satu dan yang lainnya itu, semuanya kontradiksi dengan bangunan sejarah sebenarnya yang ditulis para sejarawan. Kalau mereka bikin manuskrip palsu akan mudah dilacak.”

Contohnya bagaimana?

Dijawab : Contohnya mereka punya silsilah Muhammad bin Alwi itu. Mereka mengatakan Muhammad bin Alwi bin Ubed bin Ahmad bin Isa. tapi dalam kitab lainnya ditulis Ubed bin Isa bin Alwi bin Muhammad. kebalik…lalu kalau ada manuskrip sanad hadis bahwa Alwi bin Ubed menerima hadis dari pamannya, bagaimana dengan Alwi bin Muhammad dalam versi lainnya itu. Wis pokoknya susah, pak. Wong abad sembilan saja mereka masih sibuk sampai kepala puyeng mencari-cari silsilah mereka itu, bagaimana pada abad ke empat kelima tokoh mereka sudah meriwayatkan hadis seperti itu. Kalau benar abad ke 4-5 itu ada riwayat hadis begitu, mereka tidak akan susah susah bongkar pasang silsilah di abad 9 Hijriah, Pak.”

Apakah dari Rabitah Alawiyah ada yang sudah menghubungi Kiai untuk mendiskusikan atau membantah?

Dijawwb : “Saya yang sudah mengirim surat pada mereka. Saya keberatan mereka masih mengaku keturunan Nabi tetapi tidak bisa menunjukan bukti.”

Apa sudah ada jawaban?

Dijawab : “Tidak ada. Dalam surat itu saya ajak Rabitah diskusi untuk menunjukan bukti, tapi tidak ada respon. Kayaknya mereka sudah menerima bahwa mereka bukan keturunan Nabi.”

Bagaimana dengan banyaknya kiai-kiai yang membantah Kiai, seperti Gus Qoyum, Kiai Idrus Ramli, Kiai Muhyidin dll?

Dijawab : “Saya sudah minta mediator saya untuk berdiskusi live di Padasuka-TV dengan mereka semua tapi tidak ada yang mau”.