Lamongan – posmonews.com : Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Karangsawo Paciran, Kabupaten Lamongan, hari ini menggelar Haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani pada Jumat siang tanggal 9 Pebruari 2024.
Haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani di PPTQ Karangsawo Paciran diselenggarakan untuk memberikan penghormatan dan rasa syukur atas jasa-jasa Syeikh Abdul Qodir Jaelani di bidang dakwah dan sufisme.
Kegiatan siang itu diawali dengan pembacaan Manaqib Jawahirul Ma’any oleh K. Minhajul Abidin, Pengasuh PPTQ Karangsawo Paciran. Saat memimpin doa manaqib dilantunkan dengan lirih dan menangis tersedu. Sehingga para jamaah pun banyak terbawa ikut meneteskan air mata. Setelah pembacaan Manaqib, para panitia membagikan puluhan nampan berisi aneka macam buah-buahan kepada jamaah.
Kegiatan sore itu dilanjutkan dengan Mauidloh Hasanah oleh KH. Alawy Ali Imron Muhammad dari Maduran, Lamongan. Dalam ceramahnya, Gus Alawy melansir dari kitab Manaqib, diriwayatkan bahwa ada seorang perempuan datang menghadap Syekh Abdul Qadir al-Jilani dengan mengantarkan anaknya untuk berguru dan mempelajari ilmu suluk.
Kemudian Syekh Abdul Qodir memerintahkan agar si anak harus belajar dengan tekun mengikuti cara-cara orang salaf dan ditempatkan di ruang khalwat.
Beberapa hari kemudian si ibu selaku orang tua murid datang menengok anaknya dan dilihat tubuhnya si anak menjadi kurus, makannya hanya roti kering dan gandum.
Si ibu kemudian masuk ke ruang Syekh Abdul Qodir dan melihat di hadapannya tulang-tulang sisa makanan daging ayam yang sudah bersih.
Ibu tersebut berkata, “Menurut penglihatan saya, tuan Syekh makan dengan makanan yang serba enak, sedang anak saya badannya kurus karena makannya hanya bubur gandum dan roti kering. Untuk itu apa maknanya sehingga ada perbedaan? “
Mendengar perkataan itu lalu Syekh Abdul Qadir meletakkan tangannya di atas tulang-tulang ayam sambil berkata, “Qumii bi idznillahi ta’ala alladzi yuhyil idhaama wa hiya ramiim (berdirilah dengan izin Allah Swt. yang menghidupkan tulang belulang yang sudah hancur).“
Lalu berdirilah tulang-belulang itu menjadi ayam kembali sambil berkokok ,
“Tidak ada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah, Syekh Abdul Qadir al-Jilani kekasih Allah.“
Syekh Abdul Qodir al-Jilani lalu berkata pula kepada ibu dari muridnya tersebut,
“Kalau anakmu dapat berbuat seperti ini, maka ia boleh makan seenaknya asal halal.”
Ibu tersebut merasa malu kepada Syekh Abul Qadir dan memohon maaf atas prasangka buruk. Dengan keyakinan yang bulat, ibu tersebut menyerahkan anaknya kepada Syekh Abdul Qodir untuk dididik.
Dalam kitab manaqib yang mengisahkan kisah dan sejarah Syekh Abdul Qadir al-Jailani pernah diceritakan godaan setan kepada Syekh Abdul Qadir.
Pada suatu malam, Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidur di sebuah rumah besar. Ia terbangun karena mimpi basah. Ia kemudian beranjak menuju tepi sungai untuk mandi. Ia kemudian kembali lagi ke tempat tersebut dan kembali tidur.
Tak disangka, ternyata ia mengalami hal yang sama berulang-ulang. Ia kembali mengalami mimpi basah selama empat puluh kali. Sadar bahwa ternyata ia sedang diuji. Akhirnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidak melanjutkan tidurnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani kemudian naik ke atas pagar rumah agar selalu terjaga. Ia menjaga agar ia tidak tidur dan tidak mengalami mimpi basah kembali.
Ternyata, hal itu merupakan ujian dari Allah karena Syekh Abdul Qadir al-Jailani sering menjaga kesuciannya. Saat ia berhadas, ia segera berwudhu dan shalat dua rakaat. Oleh karena itu, ia sama sekali tidak pernah duduk dalam keadaan berhadas.
Dalam kisah yang lain, saat Sultanul Auliyah (pemimpin para wali) ini shalat malam, tiba-tiba muncul sebuah cahaya bak penampakan Tuhan. Di balik cahaya itu ada suara tanpa rupa (hatif) yang memberikan pesan kepada Syekh Abdul Qadir. Pesan dalam sebuah cahaya itu agak mencengangkan dan menggiurkan.
“Wahai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu, sekarang aku telah memperbolehkan kamu melakukan seluruh hal yang telah aku haramkan,” ujar suara dari cahaya itu.
Bukan malah bahagia karena mendapatkan previlage dari Tuhan, Syekh Abdul Qadir malah meneriaki cahaya itu.
“Pergilah engkau wahai setan laknat,” ujar Syekh Abdul Qadir yang telah mengetahui bahwa itu semua adalah ulah setan yang akan menjerumuskan dirinya.
Diceritakan bahwa pakaian Syekh Abdul Qadir Jaelani ternyata tidak pernah dihinggapi lalat. Hal ini ternyata mewarisi sang kakek, yaitu, Nabi Muhammad SAW.
Melihat peristiwa di luar nalar ini, banyak orang yang lalu bertanya kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani, mengenai apa yang menyebabkan pakaiannya tidak dihinggapi lalat sama sekali.
Mendapatkan pertanyaan dari beberapa orang, Syekh Abdul Qadir Jaelani pun menjawab, bahwa untuk apa lalat hinggap didirinya.
Karena, menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani, didirinya ada tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dunia dan madunya akhirat. Melainkan hanya semata-mata ikhlas, karena Allah SWT.
Kegiatan ini berlangsung dengan sukses dan meriah. Peserta acara pun terlihat sangat antusias dan semangat dalam mengikuti seluruh rangkaian acara haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani. Di akhir ceramahnya, Gus Alawy menutup dengan doa yang diamini oleh para jamaah. Setelah itu, para jamaah dijamu dengan hidangan nasi dan ikan ayam jago yang sudah dibumbui.
Jamaah semburat mendekati K. Minhajul Abidin saat beliau menyebarkan uang kepada para jamaah. Sehingga beliau harus dikawal ketat oleh personel Banser NU.
PPTQ Karangsawo Paciran sendiri terkenal sebagai salah satu pesantren yang fokus pada pembelajaran dan pengajaran Al-Quran, dengan metode tahfizh di dalam pesantren. Selain itu, pesantren ini juga memiliki kajian-kajian keagamaan yang terus berkembang, termasuk acara-acara haul seperti ini yang bertujuan untuk menghormati ulama besar dan mempererat tali persaudaraan antar muslim.Kegiatan ini berlangsung dengan sukses dan meriah. Peserta acara pun terlihat sangat antusias dan semangat dalam mengikuti seluruh rangkaian acara haul Syeikh Abdul Qodir Jaelani.(Ried)