H.M. Rifai, Mengenal Cangaan Kampung Unik Penuh Prestasi yang Menginspirasi

Banyuwangi, 12 Januari 2024
Dusun Cangaan, siapa yang tidak kenal. Kampung unik penuh prestasi yang menginspirasi itu masuk desa Gentengwetan, Kec. Genteng, Banyuwangi.
Kampung ini viral karena tempat belanja toko-toko grosir utama bahan pakaian, kain, gorden dan pakaian jadi. Menjadi jalanan macet saat mendekati lebaran hari raya.
“…unik secara sosiologis, antropologis. 1.

Kinerja masyarakatnya bagus. Kemandirian tangguh secara ekonomi. Boleh dikata Dusun Cangaan tidak ditemukan pengangguran. Kreatif dan produktif. 2. Tradisi dan nilai keagamaan terjaga. 3. Semangat gotong royong, kompak dan kepedulian sesama warga terpelihara. 4. Pemudanya sehat dari sisi pergaulan. 5. Egalitarian.

Uniknya Kampung Cangaan menurut pakar dan pengamatan sosial pendidikan H.M. Rifai karena sifat egalitarian tokoh-tokohnya. Cangaan memiliki sejarah panjang. Konstruksi sosial budaya di Cangaan melibatkan tokoh-tokoh agama yang mumpuni. Tetapi tidak dibangun tradisi feodal. Kelas-kelas sosial tidak ditampakkan apalagi dikondisikan. Warga Cangaan melihat ketokohan seseorang dari prestasi, kealiman (keilmuan), dan kepribadian (akhlak). Egalitarian masyarakat Cangaan dilihat dari cara menempatkan seorang dari keahliannya, prestasinya. Makanya sekalipun di Cangaan banyak seorang dari keturunan keluarga seharusnya ‘darah biru’ dalam praktik sosial tidak ada keistimewaan atau diistimewakan”, ujar pria asal Jenisari itu.

Panggilan ‘sakral’ dari generasi keturunan tokoh agama misalnya sebutan ‘Gus’ dan ‘Ning’ tidak populer. Malah panggilan yang merakyat seperti Cak, Man, Kang … misalnya Cak Bakar, Man Mbat, Man Adak, Man Us, Cak Furkon, Kang Hasan, dst. Warga menyebut para sepuh dengan sebutan Kiai itu sebatas memberikan penghargaan dan bukan pengkondisian dari keluarga, misalnya Kiai Kholil, Kiai Abas, Kiai Masyhuri, Kiai Afandi, dst.
H.M. Rifai menilai kultur yang dibangun oleh beliau terdahulu positifnya mendorong dinamika sosial warga Cangaan justru akseleratif karena yang dihargai adalah prestasinya, kealimannya bukan asal-usulnya.

Lebih dari itu pensiunan Kasek SMA itu memuji kekompakan dan kepedulian terhadap sesama menumbuhkan sikap sosial yang konstruktif. Persoalan sosial Cangaan harus selesai dengan kekuatan sendiri. Tidak perlu dan berusaha untuk tidak merepotkan pemerintah. Kaum dhuafa dan anak yatim selesai dengan kekuatan gotong royong. Pendidikan diniyah gratis-tis. Ustad dan guru-guru ngaji dari kader sendiri tanpa meminta bayaran atau bisaroh.

Prestasi, peduli dan sportivitas warga Cangaan itu, menurut H.M. Rifai sebagai keunggulan dan khazanah yang mampu mendorong Dusun Cangaan dinamis, maju dan menjadi sumber inspirasi kampung-kampung lain.
Husnu Mufid Jurnalis Menaramadinah.