Surabaya-menaramadinah.com-Ana (Asiseh), seorang mahasiswa CBL S1 PGSD FKIP, menceritakan pengalamannya setelah mempelajari mata kuliah landasan sosiologi pendidikan anak bersama Bapak Sunanto. Baginya, mata kuliah ini membuka jendela baru tentang bagaimana membentuk interaksi sosial di antara siswa di sekolah dasar.
“Saya belajar tentang pentingnya membaurkan anak yang pendiam dengan yang aktif. Ini bukan hanya soal kehadiran mereka di ruang kelas, tetapi juga bagaimana memastikan mereka merasa termasuk. Anak yang pendiam rentan diisolasi dan tanpa teman,” ungkap Ana.
Pengalaman langsung Ana sebagai seorang guru juga mencerahkan. “Ada seorang murid yang jarang masuk sekolah. Saya bertanya-tanya, mencari tahu alasan di balik ketidakhadirannya. Akhirnya, saya menulis surat untuknya agar kembali ke sekolah,” ceritanya dengan semangat.
“Setelah murid itu kembali, memberikan perhatian dan dukungan menjadi kuncinya. Saya mengatakan padanya bahwa dia pintar dan perlu hadir di sekolah. Memberi motivasi dengan cara yang lembut, misalnya dengan mengelus pundaknya sambil berkata, ‘Nak, Fendi itu anak pintar, harus masuk sekolah terus ya’,” lanjutnya.
Namun, Ana tak hanya fokus pada interaksi siswa-guru. Dia juga menyoroti peran penting orang tua dalam lingkungan pendidikan. “Saya membentuk sebuah grup antara orang tua dan siswa. Ini membantu dalam menyampaikan informasi dan menjalin keterbukaan antara guru dan wali murid.”
Ana mengakhiri ceritanya dengan ucapan terima kasih kepada Bapak Sunanto, dosen mata kuliah landasan pendidikan. “Saya masih dalam proses belajar, berusaha menjadi guru yang baik dan memahami karakteristik setiap anak.”
Dosen mereka, Bapak Sunanto, pun merasa senang melihat semangat dan penerapan langsung konsep-konsep yang diajarkan pada mata kuliah tersebut. Ini menjadi contoh nyata bagaimana teori sosiologi pendidikan tidak hanya berada di kertas, tetapi juga terwujud dalam kehidupan nyata di sekolah. Husnu Mufid