FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF KH. HASYIM ASY’ARI

Oleh : Elit Fuziawati, S. Pd
(Mahasiswa Pasca Sarjana Semester 1 STAI Al-Azhary Cianjur Th. 2023-2024).

KH. Hasyim Asy’ari merupakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam pendidikan serta perjuangan di Indonesia. Beliau merupakan tokoh penting yang memiliki dzuriyah (keturunan) dan murid-murid yang sampai saat ini selalu eksis dalam keadaan dan kebutuhan masyarakat baik dalam bidang pendidikan, bidang politik, dan bidang lainnya. Tentu KH. Hasyim Asy’ari memiliki pandangan berfikir dalam mengajarkan akhlak dan keilmuan khususnya pendidikan Islam dengan metode yang lembut juga tegas yang hingga saat ini teladan beliau terus menjadi contoh bagi pemuda pemudi muslim di Indonesia.

KH. Hasyim Asy’ari yang lahir pada hari Selasa Kliwon, 14 Februari 1871M/24 Dzulqaidah 1287 H di Gedang, Jombang, Jawa Timur. Ayah beliau bernama Kiyai Asy’ari yang menikah dengan putri gurunya, Kiyai Ustman di Pesantren Jombang, ayah KH. Hasyim Asy’ari merupakan ulama besar asal Demak, Jawa Tengah. KH. Hasyim Asy’ari merupakan putra ketiga dari sebelas bersaudara dan merupakan turunan ke delapan dari penguasa Kerajaan Islam Demak, Jaka Tingkir, Sultan Panjang yang merupakan keturunan Brawijaya VI, penguasa Kerajaan Majapahit. Dan KH. Hasyim Asy’ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M/7 Ramadhan 1366 H yang semasa hidup beliau di sebut oleh para santrinya Hadroh Syaikh (Tuan Guru Besar).

Pada biografi singkat beliau di atas, tentu beliau merupakan keturunan yang mulia dan terpandang, serta pengajaran aqidah dan akhlak oleh orang tua beliau sangat di perhatikan dan juga beliau memiliki guru yang luar biasa sehingga beliau menjadi seseorang yang memiliki akhlak budi pekerti mulia menjadi suri tauladan bagi seluruh santri/murid dan masyarakat hingga orang-orang saat ini yang selalu mengetahui nama dan jasa beliau. KH. Hasyim Asy’ari hingga menjadi tokoh berpengaruh yang biografi dan kisahnya diangkat ke layar kaca yang berjudul ‘Sang Kiyai’ yang dibintangi oleh Adipati Dolken dan Ikranagara pada tahun 2013.

Dalam film tersebut di perlihatkan bagaimana KH. Hasyim Asy’ari mendidik para muridnya serta berbaur dengan masyarakat yang ada di lingkungan pondok pesantren oleh akhlak dan pemikiran beliau yang kritis dengan ketawadhuan, keikhlasan, dan yang paling di pelopori beliau yaitu resolusi jihad agar memiliki rasa cinta terhadap tanah air sendiri yaitu Indonesia.
Beliau pun selain mendirikan serta memimpin pondok pesantren Tebu Ireng di Jombang, KH. Hasyim Asy’ari pula mendirikan suatu organisasi keagamaan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam di Indonesia bahkan hingga detik ini, yaitu Nahdatul Ulama (NU) yang bertarikat Ahli Sunnah wal Jamaah dan menganut madzhab Syafi’iyah. Organisasi ini resmi didirikan KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M.

Teori pemikiran terhadap pendidikan Islam di Indonesia yaitu mengutamakan terhadap karakter (akhlak) agar menjadi manusia yang santun, ikhlas, dan berani terhadap segala sesuatu yang menindas terhadap bangsanya. KH. Hasyim Asy’ari juga menulis beberapa kitab karangan beliau diantaranya kitab Adab al-‘Alim Wa al-Muta’allim (kitab tentang etika yang harus dimiliki oleh guru dan murid), kitab ar-Risalah al-Jami’ah (kitab berisi ulasan berbagai persoalan tentang kematian, tanda-tanda hari Kiamat, serta penjelasan seputar konsep sunah dan bid’ah), kitab al-Qalaid fi Bayani Ma Ya Jibu Min al-‘Aqaid (menjelaskan tentang akidah wajib dalam Islam), dan karangan kitab-kitab lainnya.

Dengan pemikiran yang beliau miliki serta keilmuan dan ketawadhuan beliau, KH. Hasyim Asy’ari juga merupakan seorang ulama skaligus pejuang Indonesia yang berpengaruh besar terhadap kemerdekaan di Indonesia dengan mengajarkan dan mengajak para santrinya agar ikut berjuang dalam hak merebut kembali tanah air milik pribumi dari penjajahan. Hingga puncaknya yaitu pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1945 KH. Hasyim Asy’ari dan para santrinya ikut terjun berperang melawan penjajah dan pada tanggal 22 Oktober 1945 KH. Hasyim Asy’ari menyerukan ‘Fatwa Resolusi Jihad Nahdatul Ulama’ agar seluruh lapisan masyarakat, khususnya menyerukan pada kiyai dan santri agar mencintai tanah air dan semangat dalam mempertahankan kemerdekaan yang akan direbut lagi oleh para penjajah. Dan pada tanggal 22 Oktober juga diperingati sebagai Hari Santri Nasional untuk mengenang jasa KH. Hasyim Asy’ari sebagai pelopor Resolusi Jihad dan perjuangannya dengan santri seluruh Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

KH. Hasyim Asy’ari dalam perjuangannya pernah di sandera dan di siksa oleh penjajah Jepang dan tidak sedikit para santri yang syahid di medan perang dengan para penjajah tersebut. Maka dari itu, pemikiran filsafat KH. Hasyim Asy’ari dalam Pendidikan Islam serta perjuangannya patut ditiru dengan ketawadhuan beliau, akhlak yang mulia, pemikiran kritis, dan semangat daya juang tanpa pamrih untuk membela dan mempertahankan tanah air yang tidak sepatutnya dikuasai oleh orang-orang dzalim yaitu penjajah yang ingin menguasai budaya warisan kita.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah wawasan terhadap tokoh-tokoh pejuang terdahulu, kritik dan saran dapat diberikan karena masih banyak kekurangan dalam penulisan artikel ini.***