
Pucukan atau mata keris adalah bagian ujung yang paling lancip dan tajam serta menjadi bagian paling atas pada sebilah keris. Selain melambangkan puncak persembahan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, pucukan keris menjadi simbol dari pemikiran filsafat dari kewajiban hidup para pemimpin dan manusia jawa untuk selalu belajar dan menuntut ilmu sebagai bekal kehidupan. Tuntunan ini sebagaimana termaktup dalam idiom PINTER, PIGUNA, PILAH PILIH, lan PUNJERING SUSILA. Keris harus tajam dan lancip ujungnya agar bisa bermanfaat untuk membunuh lawan. Lancip dan tajam tanpa pernah digunakan tentu tak ada gunanya. Tetapi siapa yang harus dibunuh dan harus dilukai harus dipertimbangkan matang matang dahulu. Keris tak boleh membunuh orang tak bersalah apalagi untuk menjatuhkan korban sia sia, setajam apapun keris dan siapapun yang harus dibunuh harus tetap memperhatikan nilai hukum dan keadilan serta kebenaran. Kesemuanya menjadi lambang pandangan filsafati bahwa manusia haruslah pinter, yakni pandai dan memiliki ketajaman pemikiran. Tetapi pandai saja tentu tidak ada gunanya namun juga harus PIGUNA ( memberi manfaat bagi orang lain) kepandaian juga harus membuat manusia mampu membedakan ( pilah) mana yang baik, mana yang kurang baik dan mana yang buruk bagi diri, keluarga dan masyarakat. Dengan mampu membedakan manusia akan bisa menentukan PILIH .dengan demikian ia akan mampu menjadi PUNJERING SUSILA atau teladan ketaatan terhadap hukum AGAMA, ADAT, dan pemerintahan.
Pringgo Kusumo
Koresponden MM.com