Penulis : Arif.
Beberapa Hari di Lombok NTB,Salah satu hal yang paling Saya sukai adalah Menziarahi Makam Para Auliya’illah dan Para Ulama.Di Desa Bengkel Kecamatan Labuapi terdapat Makam Seorang Ulama Besar Nusantara bernama Tuan Guru Shaleh Hambali.Ia lahir pada 1896 M di Desa Bengkel.Karena Beliau lahir di Desa Bengkel maka Umat lebih familiar menyebut Beliau dengan sebutan Tuan Guru Bengkel.
Di Makam Ulama Besar Yang Hampir 10 Tahun Menuntut Ilmu di Makkah Al Mukarramah ini terdapat Tulisan Menarik sebagaimana dapat Kita baca di Pintu Masuk Menuju Makam Beliau “Amalkan segala pelajaran dan petunjuk yang kamu peroleh dari saya dan usahakan agar pengetahuanmu bertambah dengan menuntut ilmu pada ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah “.
Kiprah Keummatan Tuan Guru Bengkel dimulai pada saat Beliau menjadi Rais Syuriyyah NU NTB pada 1953 hingga 1963.Selama hidup Hingga Wafatnya,Ratusan Tokoh Besar Bangsa ini pernah Mengunjungi dan Berziarah ke Makam Beliau.
Hanya Satu yang terlupa dari Perjalananku ke Lombok.Saya belum sempat Berziarah ke Makam Tuan Guru Ahmad Tretetet,Seorang Ulama Nyentrik dan unik.Makamnya berada di Kota Mataram NTB.Beliau sendiri adalah Putra dari Ulama Besar Nusantara yaitu Tuan Guru Umar Kelayu Lombok Timur yang menjadi Guru Para Ulama Nusantara lain di Tanah Suci.Di Tanah Suci ini pula Tuan Guru Shaleh Hambali muda pernah menuntut ilmu kepada Ayahanda Tuan Guru Tretetet selain Berguru pada Ulama lain yang ada di Tanah Suci.
Anda Perhatikan dan Teliti…,Dari Menziarahi Makam Para Ulama Besar Nusantara ini dapat Kita ambil pelajaran penting bahwa betapa Kukuhnya Guru Guru dan Para Ulama Kita baik yang ada di Tanah Suci maupun di Tanah Air mengajarkan Ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah kepada para Santrinya.Bumi Lombok hingga Pulau Bali dimana di Kabupaten Jembrana terdapat Makam KH.Ahmad Al Hadi Assamarani, Cucu Mahaguru Para Ulama yaitu Syaikh Sholeh Darat Semarang,Sanad Keilmuan yang berpegang teguh pada rumusan ketauhidan ala Imam Abul Hasan al Asy’arie dan Imam Maturidi, Fiqh ala Syafi’i,Tasawwuf ala Imam Junaid Al Baghdadi dan Imam Ghazali tetap terjaga dengan baik dari generasi ke generasi.dari dahulu hingga saat ini.
Memang benar bahwa dahoeloe kala ketika para Santri Santri Jawi menuntut ilmu di Tanah Suci,pernah terjadi sebuah Huru Hara Politik dimana Sebuah Suku Bengal kemudian mengambil alih kekuasaan dengan sokongan Seorang Ahli Agama yang pandangan pandangannya dikenal rigid dan keras serta cenderung kasar.dari Huru Hara ini pula Tanah Suci yang mulanya kondusif bagi Pengajaran Agama bagi para Santri Santri yang berasal dari berbagai belahan Dunia kemudian berubah.Banyak pula kisah Kemudian terjadi dimana Beberapa Santri Santri Jawi yang awalnya saat di Tanah Air mengambil ilmu dari para Ulama,kemudian silau dan kagum dengan Ajaran dan Metode Baru.Beberapa diantara Mereka ada pula yang karena keranjingan membaca karya Abduh yang menitik beratkan pada tawaran Modernisasi Pemikiran Keagamaan lalu tertarik dan beberapa yang lain bisa jadi perlahan lahan mulai terseret arus gerakan pemurnian yang ditawarkan faham yang lahir dari perselingkuhan penguasa suku sang pemberontak dengan tokoh Agama yang kaku tersebut.
Beruntungnya Kita,ada pula Para Santri Santri Jawi yang masih keukeuh memegang teguh ajaran Guru Gurunya tidak mudah terseret oleh Tawaran Modernisasi ala Abduh dan di sisi lain tidak tergoda dengan tawaran pemurnian ala Tokoh Rigid diatas.
Dari Lombok ada nama Maulana Tuan Guru Zainuddin Abdul Madjid,Tuan Guru Shaleh Hambali dan Para Tuan Guru yang lain.Dari Bali ada nama KH.Ahmad Al Hadi.Dari Banyuwangi ada nama KH.Shaleh Lateng.Mereka Mereka semua adalah Ulama Ulama Besar Tanah Air yang bertahun tahun menuntut ilmu di Tanah Suci namun Fiqrah,Amaliah dan Ubudiyahnya tetap tersambung dan sama dengan apa yang diajarkan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’arie.