
Catatan Jeffry MD.
Reformasi dipelopori oleh beberapa tokoh seperti : Amien Rais, BJ. Habibie, Gus Dur, Megawati. Mereka tampil bagaikan Proklamator ke-2 di negeri ini. Pada waktu itu dan Hampir seluruh penghuni Republik ini mengemas harapan terhadap empat tokoh ini. Menginginkan perubahan nasib negeri ini.namun pada akhirnya sekarang banyak lontaran kata kata penyesalan.!
25 tahun lalu Presiden Soeharto terjungkal dari kursi kepresidenan yang didudukinya selama 32 tahun. Sejak itu, Indonesia memasuki episode baru yang disebut reformasi.
Meski begitu, episode baru ini tak semulus yang dibayangkan. Banyak orang kecewa karena situasi masa reformasi tak jauh beda dibanding orde baru, bahkan lebih parah. Korupsi masih merajalela, kesejahteraan rakyat stagnan, pertumbuhan ekonomi tidak stabil, dan sebagainya menjadi indikator kekecewaan itu.
Alhasil, mulai muncul romantisme masa lalu terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto.
Masa Orde Baru lebih enak dan sudah sepatutnya timbul penyesalan karena kenyataannya di masa kini kondisi lebih parah. Tak sedikit pula yang mengamini slogan ” Piye kabare enak jamanku tho? tersebut dan ingin kembali merasakan Indonesia di bawah Orde Baru.
Sukses kendalikan ekonomi
Pemerintahan Soeharto dimulai saat dia dilantik sebagai presiden oleh MPRS pada 1968. Kala itu, dia diwarisi beban kekacauan ekonomi peninggalan pemerintahan Sukarno.
Boediono lewat Ekonomi Indonesia Dalam Lintasan Sejarah (2016) menceritakan kalau kekacauan itu berupa hiperinflasi 600%, penumpukan utang luar negeri yang berujung pada kegagalan pembayaran, dan defisit anggaran yang membuat berhentinya kegiatan ekspor-impor.
Sejarah memang mencatat bahwa seluruh permasalahan ini kemudian teratasi di tangan Soeharto yang percaya sektor ekonomi adalah segalanya.
Di awal-awal kekuasaannya, dia membentuk tim ekonomi yang berisi ekonom UI lulusan Amerika Serikat. Tim itu kelak dikenal sebagai Mafia Berkeley yang beranggotakan Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Mohammad Sadli, Subroto, dan Emil Salim.
Sejarawan M.C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2008) menyebut mereka berupaya memberi masukan dan membuat resep ekonomi bagi pemerintahan Soeharto. Hasilnya adalah kebijakan ekonomi pintu terbuka.
Presiden RI Ke-2 ini dengan cepat membuka pintu masuk bagi investor asing guna memantik pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2016) menuliskan, kebijakan moneter dan fiskal yang diusulkan para teknokrat itu telah berhasil menurunkan inflasi, memperbaiki hubungan dengan lembaga donor, dan penambahan kas anggaran. Cara ini pada akhirnya efektif merehabilitasi dan menstabilkan ekonomi negara yang penuh kekacauan.
Tak heran, setelahnya puja-puji pun mengalir dari dalam dan luar negeri kepada Soeharto. Ini semua dibarengi dengan semakin derasnya dana asing masuk ke Indonesia. Praktis, karena uangnya banyak maka negara dapat menjalankan pembangunan.
Seluruh pembangunan ekonomi di era Soeharto mencapai puncaknya pada 1996. Hal ini ditandai dengan terkendalinya inflasi, peningkatan jumlah ekspor, tingginya pertumbuhan ekonomi, penurunan angka kemiskinan dan derasnya arus investasi. Bahkan, pada 1984 Indonesia dianugerahi FAO penghargaan karena keberhasilannya mencapai swasembada pangan.
Tak heran berkat ini semua Indonesia dinilai dunia internasional sebagai negara yang sukses dan disebut sebagai “Macan Asia” oleh Bank Dunia
(J.MD)