Catatan oleh: Laila Ilmida, mahasiswi P A I FTK UINSA
_Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh_
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
Kepada yang terhormat bapak Yahya Aziz selaku dosen pengampu public speaking kelas C dan
teman-teman yang dirahmati Allah. Amin allahumma aamiin..
Marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah yang maha ghofur, yang sayangnya tiada
terukur. Meskipun tadi pagi cuma sarapan bubur, cuma kitanya saja yang kurang bersyukur.
Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi agung Muhammad SAW. Yang
telah menuntun kita dari jalan yang sesat menuju jalan yang selamat yakni adinul islam wal iman.
Pada kesempatan kali ini, Izinkan saya untuk membawakan pidato yang berjudul “Makna
Persahabatan Sesama Manusia”
Teman-teman, sudah pahamkah arti dari persahabatan?
Pasti kebanyakan dari kita mengartikan sahabat itu orang yang selalu ada disaat apapun, disaat
suka maupun duka. Betul tidak?
Ternyata arti sahabat itu jauh lebih dari itu. Sahabat adalah orang yang senantiasa megingatkan
kita ketika salah, bukan yang hanya membenarkan perkataan atau tindakan. Karena itulah hakikat
persahabatan. Bukan sahabat namanya jika ia mengajak Anda kepada keburukan, melainkan ia
yang selalu mengingatkan Anda dalam kebaikan.
Hadirin yang berbahagia,
Apakah teman-teman di sini memiliki seorang sahabat?
Yaaa, hampir setiap orang di dunia ini memiliki sahabat, sahabat adalah orang yang mampu
menerima kelebihan dan kekurangan kita, yang mampu mengubah kesedihan menjadi
kegembiraan, mampu mengubah kegelapan menjadi terang. Kita pun sebagai makhluk sosial
membutuhkan itu semua. Membutuhkan sahabat untuk saling bertukar pikiran, mencurahkan isi
hati dan saling berbagi.
Seperti apa kata Rasul,
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat
siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Makna hadits tersebut adalah seseorang akan berbicara dan berperilaku seperti kebiasaan temanya.
Karena itu beliau mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak teman kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya,
bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita dakwahi.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah ditanya, “Berapa orangkah sahabat sejatimu?” Jawab beliau,
“Aku tidak tahu. Tunggulah nanti ketika aku sedang kesulitan, lalu lihatlah berapa orang yang
masih setia bersamaku. Itulah sahabat sejatiku.”
Lihat, betapa agungnya nilai seorang sahabat dimata Allah, Rasulullah, dan Khalifah Allah. Bisa
kita lihat sahabat nabi yang sampai detik ini namanya masih disebut-sebut, didoakan, dan
diteladani.
Rasulullah Saw bersabda : “Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu
teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-geriknya
teringat mati. Sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan
sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap tetangganya.” (HR. Hakim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim). Untuk
memfasilitasi hal ini, Allah SWT memberikan keutaamaan kepada seseorang untuk memberikan
syafaat kepada sahabatnya yang lain, agar mereka bisa sama-sama masuk surga dan berkumpul
kembali. Hasan Al- Bashri berkata, “Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman.
Karena mereka memiliki syafaat pada hari klamat.” (Ma’alimut Tanzil).
MasyaAllah semoga persahabatan kita bermanfaat sampai akhirat.
Sebelum kita akhiri pidato kali ini mari bersama-sama sholawat tibbil kullub……
Cukup sekian pidato yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf
_Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh_