
Catatan : Gus Miskan.
Operasi Klandestin kini terus bergerak masif, benturan diantara kita semuanya tidak tahu sumbernya dari mana.
Mulai dari cebong – kampret, kadrun-yaman, wali – habib, rasis agama sampai golongan hingga hari sepertinya yang disasar adalah lembaga yudikatif.
Akibat putusan MK semua menyasar pada Jokowi, loyalis Jokowi dipecah, begitu juga loyalis PDIP dipertentangkan satu sama lain.
jajaran BIN sudah waktunya mengawasi NGO asing dan para aktivis yang bekerja pada NGO asing, karena di titik ini sumber awal terjadinya kerawanan sosial, apalagi NGO yang menerima hibah asing sangat berpotensi melakukan barter data.
Banyak kejanggalan yang terjadi pada dinamika sosial pada hari ini. Jika kita melihat hubungan antar ketua umum partai dan dukungan politik yang diperoleh Jokowi hingga 85%, namun melihat dinamika akar rumput dan sebagian warga partai berkuasa (PDIP) ada yang mengumpat Jokowi dg kalimat tidak tahu diri dan segala macamnya, sementara Jokowi dan Megawati sebagai elit partai berkuasa mereka baik2 saja.
Ada apa ini !!!
Indikator komunikasi politik sementara ini dalam kondisi baik baik saja, salah satunya adalah dimana ketiga pasangan capres masih bisa berkumpul satu meja bersama Presiden, itu artinya kontestasi capres tidak perlu disikapi berlebihan hingga kita harus berantem.
Mereka (para capres cawapres) adalah saudara sebangsa, begitu juga para pemilih bisa memilih sesuai selera masing masing tanpa harus melakukan diskriminasi pada capres lain, biarkan mereka berjalan mengalir berdasarkan suara hati nurani mereka, kita adalah saudara jangan mau diseret pada lingkaran konflik.
Kontestasi capres bukan perang juga bukan menghadapi musuh, tapi lebih pada memilih pemimpin diantara saudara sebangsa yang lebih baik dari yang baik.
Tragedi MK harus diwaspadai jangan sampai kita terpancing, karena melalui pintu ini bisa jadi mereka (operasi inteligen dengan metode klandestin) akan mudah membakar Indonesia melalui pemilu 2024.
Mari kita lawan dan waspadai politik adu domba, kondisi ini persis pengalaman era Seokarno saat2 menjelang berakhir masa jabatannya, begitupun saat ini menjelang berakhirnya masa jabatan Jokowi masyarakat harus super hati hati, jangan sampai tragedi Soekarno terulang kembali.
Kalau dulu objeknya adalah PKI, hari ini objeknya adalah agama dan hukum.
Hati hati dan waspadalah…!!!
Salam,
Miskan Turino.