Sosok Dr. Moh Naim, M.Pd bukan asing lagi bagi Keluarga Alumni Sejarah (Kelamas) FKIP UNEJ. Begitupula dengan KA FKIP UNEJ. Seperti apakah karakter beliaunya. Berikut laporan Husnu Mufid Pemred menaramadinah.com :
Moh Naim angkatan tahun 1985 selagi menjadi mahasiswa merupakan mahasiswa yang cukup pintar. Meski tidak nomor satu seperti Kayan Swastika.
Selain cukup pintar mempunyai sikap yang santun. Sehingga dosen dosen menyukai. Demikian juga teman temannya. Oleh karena itu banyak disukai dosen dan teman temannya.
Hal tersebut menjadikan lulus matakuliah sejarah purba hingga sejarah kontemporer dengan nilai yang cukup bagus. Sehingga beliaunya wisuda tepat waktu dengan nilai yang lumayan bagus.
Sementara banyak teman teman seangkatan dan kakak tingkat sering tidak lulus matakuliah. Bahkan tragisnya banyak juga yang Drop Aut. Mengingat waktu itu banyak dosen dosen yang tidak meluluskan mahasiswa. Kurang objektif dalam memberikan penilaian baik matakuliah MKDK, MKDU, AGAMA dan Sejarah.
Boleh dibilang untuk lulus agak sulit bagi mahasiswa. Untuk mendapat nilai A atau 3 sulitnya setengah mati. Untuk mendapat IP : 3 saja hanya segelintir orang. Kebanyakan BER IP : 2.5.
Kondisi ini untuk menghindari DOP SUT (DO). Banyak mahasiswa mengambil jalur Non Skripsi. Istilahnya jalur gelundung Memang miris sekali.
Sementara Moh Naim tidak ada masalah selama masa kuliah di Pendidikan Sejarah FKIP SEJARAH UNEJ. Setiap ujian mata kuliah selalu lulus dengan nilai yang memuaskan.
Selain aktif kuliah juga aktif organisasi intra kampus dengan menduduki jabatan sebagai Ketua 1 Kelamas , Ketua Umumnya Syaiful Anam.
Tahun berikunya di Senat FKIP menjabat Ketua 1. Ketua Umumnya Nasihin. Ketua BPM nya Kayan Swastika.
Dalam berorganisasi awal mulanya ikut ngaji ngaji di PMII FKIP UNEJ. Untuk menambah wawasan ilmu keislaman. Diajak Husnu Mufid mahasiswa angkatan 84 selaku ketua III Bidang Agama.
Kemudian setelah Husnu Mufid tidak aktif di PMII FKIP UNEJ. Karena masa kepengurusan berakhir dan mendirikan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di Masjis Al Hiknah Unej bersama kawan kawan.
Saat itu pula Mas Moh Naim aktif di organisasi extra kampus yaitu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) FKIP Unej. Darisinilah ilmu organisasinya semakin mantap.
Beliau bersama Kayan Swastika membesarkan GMNI FKIP UNEJ. Kadarnya Rintis, Jamal, Erna dan sebagainya. Sejarah yang awalnya hijau dan biru jadi merah. Karena ada dosen yang mendukung keberadaan GMNI.
Boleh dibilang GMNI segenerasi Moh Naim dan Kayan Swastika hidup dan punya wibawa. Diskusi diskusi setiap matakuliah dosen yang mengajar senang. Karena mahasiswa GMNI, PMII, HMI. Karena aktif berdiskusi.
Sampai sampai dalam pemilihan ketua Kelamas terjadi kericuhan. Akibat calon dari GMNI untuk menduduki sebagai Ketua Kelamas. Mengingat sebelum ketuanya dari HMI yaitu Syaiful Anam dan Nur Huda dari PMII.
Konflik perebutan ketua Kelamas mengalami Deklok. Akhirnya para dosen menunjuk mbak Nurul Umamah sebagai Ketua Kelamas FKIP UNEJ.
Mbak Nurul Umamah ini asal Genteng Banyuwangi yang punya sikap sopan santun cukup tinggi kepada dosen dosen sejarah, pintar dan aktifis intra kampusm
Sedangkan Mac Moh Naim tenang tenang saja. Melihat kadernya tidak jadi Ketua Kelamas FKIP UNEJ.
Melihat kondisi tersebut membuat Mas Moh Naim terus belajar dan berakhir lulus dengan nilai memuaskan.
“Untuk predikat Kelulusan seingat saya di P. Sejarah mulai angkatan 82 s/d 85 pada waktu itu belum ada yang mendapat coumlaude. Paling banter sangat memuaskan,”ujar Moh Naim.
Setelah meraih gelar sarjana do PEN. FKIP UNEJ kemudian menjadi dosen di Fak Pendidikan Sejarah FKIP UNEJ.