Catatan Nabila Chusna dkk, Yahya Aziz & Saefullah Azhari ; Mahasiswi/wa PAI & Dosen FTK UINSA.
Inilah catatan kecil kelompok kami dalam riset penelitian buku :
1. Andien Rahwandira Sumarno (06040121089)
2. Bryna Azarine Rozyan (06040121097)
3. Nabila Chusna (06040121117)
4. Nur Hidayah Firdaus Sa’arani (06040121119)
5. Prova Imam Musthofa (06020121065)
Ke 5 mahasiswi/wa ini dibimbing langsung oleh Yahya Aziz & Saefullah Azhari Dosen FTK Uinsa dalam riset penelitian buku pada kuliah “Materi Public Speaking”.
Tema penelitian kami adalah : Siapakah Sejatinya Manusia ?
Siapa sejatinya manusia adalah intisari dari buku: Menyelami Kebebasan Manusia
Penulis: Dr. Machasin
Penerbit: Pustaka Pelajar Offset
Tahun: 1996
Kota: Yogyakarta
ISBN: 979-8581-45-8
Buku yang berjudul Menyelami Kebebasan Manusia membahas mengenai manusia di dalam filsafat
pendidikan yang bertujuan mencari konsep-konsep yang mengarahkan manusia terhadap kebebasan yang ada diantara hidupnya.
Buku ini terdiri dari enam bab yakni:
– BAB I: Kedudukan Manusia di antara Makhluk yang lain.
– BAB II: Tanggung Jawab Manusia atas Perbuatannya
– BAB III: Petunjuk Allah untuk Keberhasilan Manusia
– BAB IV: Kekuasaan Allah
– BAB V: Pengetahuan dan Ketentuan Allah atas Perjalanan Kehidupan di Dunia
– BAB VI: Campur Tangan Allah dalam Perjalanan Kehidupan di Dunia
BAB I: Kedudukan Manusia di antara Makhluk yang lain
Bab ini membahas mengenai Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang berasal dari bahan pokok air dan tanah. Air dan tanah yang dipakai pun bukan berasal dari sumber yang tercemar, melainkan diambil dari sumber intisari pada tanah atau sering disebut sebagai sulalah. Istilah sulalahdigunakan untuk tahap pertama penciptaan janin, yang merupakan hasil fertilisasi sperma dan ovum. Selain berbicara pada penciptaan bahan pokok diatas, ternyata Allah SWT telah memberikan setiap yang bernyawa dengan ruh. Kata ruh dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa ruh adalah roh yang membuat hidup badan. Tanpanya, maka tubuh manusia akan tidak terisi dan seluruh fungsi pada tubuh tidak akan pernah berfungsi.
Kesucian manusia membuahkan sebuah aspirasi khusus yang diberikan Allah SWT. Manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Nabi Adam a.s. Kemudian, Allah SWT memerintahkan kepada seluruh makhluk ciptaannya yakni iblis dan malaikat bersujud kepada manusia. Namun, Iblis berkeras untuk sujud karena menganggap dirinya lebih sempurna dibandingkan manusia. Iblis pun diusir dari surga, namun sebelum pergi Iblis memohon kepada Allah untuk dipanjangkan umurnya agar dapat menyesatkan dan menyeret manusia untuk masuk ke dalam neraka bersama. Allah SWT mengabulkan permintaannya dan menyatakan bahwa yang dapat disesatkan hanyalah pengikut iblis saja.
Godaan Pertama Iblis tertuju pada Nabi Adam a.s dan Istrinya Siti Hawa. Iblis berhasil membuat kedua insan ini diturunkan ke bumi dan terpisah oleh jarak dan waktu. Nabi Adam a.s adalah khalifah di bumi, beliau diberikan kepercayaan khusus dari Allah sebagai pengelola seluk beluk bumi. Akan tetapi, sebelum pengangkatan tersebut, malaikat menolak usulan dengan beralasan bahwa jika mengangkat seorang manusia khalifah di bumi akan memiliki potensi terjadinya kerusakan hingga pertumpahan darah. Kemudian Allah SWT berfirman bahwa khalifah di bumi tidak selalu berakhiran buruk. Justru manusia memiliki potensi kreatif yang bisa menuntut mereka menjadi seorang khalifah. Manusia diberikan oleh Allah pengetahuan atas nama-nama dan bisa menyebutkan konsep hingga fungsi dan tujuan nama dari benda tersebut.
Sesuatu yang dipercayakan Allah kepada manusia adalah Amanah Allah. Pengertian dalam amanah ini ditafsirkan dengan banyak hal, salah satunya berpendapat amanah adalah tugas-tugas keagamaan, seperti sholat, zakat, dan lain sebagainya. Hal-hal yang seperti ini diemban oleh manusia karena mereka telah menyanggupinya. Manusia sanggup memilih sendiri bentuk ketaatannya kepada Sang Pencipta dengan caranya sendiri. Namun, perlu diingat bahwa tetap akan selalu ada sifat-sifat tertentu yang menghalanginya untuk bisa istiqomah pada pilihan tersebut.
BAB II: Tanggung Jawab Manusia Atas Perbuatannya
Bab ini membahas mengenai setiap perbuatan yang dikerjakan oleh manusia memiliki konsekuensi, akan tetapi banyak yang melupakan atau tidak menyadari akan hal tersebut. Mereka akan diberikan ujian kehidupan dan kebebasan semasa hidupnya, melainkan hal tersebut tak terlepas dari balasan dari Allah sesuai dengan apa yang diperbuat. Dan apabila ia berbuat baik maka Allah akan memberi karunia-Nya yang berupa syafa’at, akan tetapi jika hati manusia telah terkunci sehingga tidak dapat menerima petunjuk dari Allah maka mereka tidak akan dapat beriman. Dan Allah telah menentukan kepastian-Nya yang telah dikehendaki. Dari buku tersebut dapat menjadi pengingat bagi manusia bahwa setiap perbuatan yang mereka kerjakan akan ada konsekuensinya dan kelak diakhirat akan dipertanggungjawabkan.
BAB III: Petunjuk Allah untuk Keberhasilan Manusia
Bab ini membahas mengenai Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat muslim. Secara umum, sikap manusia terhadap perintah dan larangan Allah sebagaimana tersebut di dalam al-Qur’an, terbagi menjadi dua: menerima dalam arti menjalankan perintah dan meninggalkan larangan, dan menolak dalam arti tak mengindahkan perintah dan melanggar larangan. Untuk memudahkan penyebutan, selanjutnya keduanya akan disebut dengan sikap positif dan sikap negatif.
Apabila manusia ditimpa bahaya ia akan berdoa kepada Allah dalam keadaan berbaring, duduk, dan berdiri. Namun setelah Allah hilangkan bahaya itu dari padanya, ia akan kembali melalui jalannya semula seolah-olah ia tidak pernah berdoa kepada Allah untuk menghilangkan bahaya yang pernah menimpanya.
Allah memerintahkan hambanya untuk beriman kepada-Nya dan beribadah hanya kepada-Nya. Allah juga melarang manusia melakukan perbuatan yang tidak baik dan akan mengazab para pelakunya di akhirat. Perbuatan yang tidak baik tersebut yakni seperti: mencuri, membunuh, meminum-minuman keras, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa siapakah orang-orang yang berhasil dan yang tidak dalam kehidupannya di dunia ini. Orang yang berhasil adalah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Sedangkan yang tidak berhasil adalah mereka yang meninggalkan apa yang diperintahkan dan melakukan apa yang dilarang Allah.
BAB IV: Kekuasaan Allah
Pada bab ini mencertikan mengenai kekuasaan Allah terhadap mahluk ciptaannya, yaitu Manusia. Satu hal yang jelas manusia adalah makhluk yang kehadirannya di dunia ini tidak terjadi karena kehendak dan kekuasaan manusia itu sendiri, tetapi manusia dilahirkan dalam kehidupan ini oleh sesuatu dari luar dirinya.
Manusia diciptakan Allah yang tidak hanya “menciptakan” lalu “pergi” tetapi Allah menciptakan manusia untuk membimbing dan mengajari hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui. Walaupun, kemudian setelah dewasa manusia mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk membuatnya lupa kepada kejadiannya sendiri.
Dapat dikatakan bahwa apapun perbuatan yang diberikan Allah terhadap umatnya baik itu berupa kenikmatan ataupun sebaliknya, hal itu semua tergantung perbuatan umatnya kepada Allah. Bahwa terdapat hukum-hukum Allah yang berlaku atas mereka. Dapat dikatakan dalam setiap sikap yang mereka ambil dari perbuatan yang mereka lakukan baik kebaikan apapun keburukan memiliki konsekuensi di mata Allah.
BAB V: Pengetahuan dan Ketentuan Allah atas Perjalanan Kehidupan di Dunia
Bab ini membahas mengenai setelah menciptakan langit dan bumi, Allah bersemayam di Arsy nya. Hal ini Tidak berarti Allah tidak melakukan apa-apa lagi. Namun, Allah tetap mengatur segala bentuk aktivitas yang terjadi di alam semesta. Seperti pergantian siang dan malam, panas dan dingin, pergantian musim, bahkan aktivitas manusia sekalipun semua dalam kuasa Allah.
Sehingga sangat lumrah jika Allah mengetahui segalanya. Hal itu dikarenakan semua yang terjadi di alam semesta merupakan akibat dari kuasa Allah. Pengetahuan yang dimiliki oleh Allah berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki makhluknya.
Pengetahuan manusia terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan Allah tidak. Dengan demikian pengetahuan Allah tidak dapat disebut mendahului, menyamai atau mengikuti perbuatan makhluknya. Pengetahuan Allah tidak tergantung dari perbuatan manusia.
Dalam menjalani kehidupan manusia diberikan kebebasan oleh Allah. Namun, kebebasan manusia dibatasi juga oleh Allah. Dengan adanya sebab dan akibat atas apa yang dilakukan manusia. Manusia bebas melakukan sesuatu atas dirinya, namun manusia juga harus ingat bahwa ada batasan yang telah diberikan oleh Allah. Dalam kehidupan manusia bisa melakukan segala sesuatu selama dalam kuasanya, tapi tidak bisa melakukan sesuatu diluar kuasanya lagi. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang dibatasi ketentuan-ketentuan Allah atas dirinya sebagai makhluk.
BAB VI: Campur Tangan Allah dalam Perjalanan Kehidupan di Dunia
Kelebihan Buku:
Bahasa mudah dipahami sehingga dapat memahamkam pembaca, bahasa yang digunakan tidak memojokkan pihak lain, dan sang penulis menyampaikan mengenai berbagai macam keadaan yang dialami oleh manusia.
Kekurangan Buku:
Dalam buku tersebut lebih banyak ayat Al-Qur’an daripada menggambarkan secara ilustrasi.
Barakallah….