
Penulis : Arif Pojok Nahdliyin Banyuwangi.
Pada 2009 PKNU ( Partai Kebangkitan Nasional Ulama ) mengikuti Pemilu Pertamanya.Sebagai Partai Yang berdiri akibat Konflik internal yang terjadi dalam tubuh Partai Kebangkitan Bangsa,PKNU kemudian lahir dan mengikuti Pemilu Untuk Pertama kali.
Tidak main main Personalia Atau Jajaran Kepengurusan PKNU ini.Diisi oleh Barisan Para Kyai sepuh Tanah Air,PKNU sangat percaya diri bisa memenangkan Pemilu.Ketua Partai ini dijabat oleh Chairul Anam, Mantan Aktifis Senior Organisasi Kepemudaan NU,GP Ansor dan Sekretaris Dewan Syura Partai dijabat oleh Alwi Shihab,Sang Mantan Ketua PKB.
Gelaran Pemilu 2009 pun digelar dan hasilnya ternyata sangat mengejutkan.PKNU yang pada awalnya sangat Percaya diri bisa meraih suara mayoritas Umat Islam khususnya Suara Nahdliyyin yang sebelumnya melabuhkan pilihan Politiknya ke PKB, Ternyata harus Gigit jari.PKNU hanya meraih suara sebesar 1.527.593 atau 1,47 % Suara Sah Nasional dan otomatis dengan Raihan Suara yang amat minim tersebut,PKNU Kemudian Terlikuidasi.Ironis….!!!
Yang menjadi Pertanyaan Kita kemudian adalah : Dengan Jajaran Top Figur Para Kyai sepuh Se Tanah Air dan Foto Mereka dipajang dalam Spanduk atau Baliho yang berjejer, Menjadi Tertarikkah Hati Calon Pemilih yang Notabene mayoritas Umat Islam dan lebih khusus lagi Warga NU ? Jawabannya adalah Tidak Sama sekali !!! Raihan Suara PKNU yang hanya mencapai 1,47 % Membuktikan hal tersebut !!
Belajar dari Pengalaman PKNU diatas, Kita pun dapat memahami bahwa Pilihan Politik Warga NU ternyata memang sangat Dinamis.Simbol Simbol Berbau ke Kyai an atau Simbol ke NU an yang terpajang dalam Aneka Spanduk Partai Politik,sama sekali tidak berkorelasi dengan Raihan Suara.Dalam Bidang Aqidah atau Amaliah Ibadah, Orang NU bisa saja Taqlid pada Kyai.Tapi dalam Pilihan Politik, Warga NU bisa saja berubah menjadi Mujtahid yang punya Nalar politik yang amat sangat berbeda dengan Kyai Mereka ????
PKB harus belajar banyak dari Sejarah Mereka sendiri.Kerap menyeret nyeret nama NU atau Menggoreng Goreng nama Kyai dalam Gelaran Politik bukanlah langkah yang tepat.
Seandainya ( Sekali lagi Seandainya ) Sang Ketua Umum PKB atau Mas Panglima Santri kemudian dalam Perjalanan Politiknya terjerat Hukum, Tidakkah hal ini akan lebih mendegradasi Martabat Para Kyai yang sebelumnya Mendukungnya ? Mari ajarkan Umat untuk bersikap Gentleman ! Ajarkan Umat untuk Tahu bahwa Pilihan Politik Mereka murni didasari oleh Kapasitas dan Integritas Calon Pemimpin dan bukan dilatari oleh Sentimen Politik yang mengatasnamakan Kyai A atau Kyai B !
Demikian…