Resmikan Rumah Adat Osing ditandai dengan On The Spot tema Gandrung

Banyuwangi-menaramadinah.com, Angkat Kultur Budaya Osing Banyuwangi, bertempat di Jl. Raya Ijen Dusun Kenjo Desa Kenjo Kecamatan Glagah Banyuwangi, telah dilaksanakan acara tasyakuran dan peresmian Umyah Osing (Rumah Adat Suku Osing Banyuwangi) yang diberi nama “Umyah Osing Panggung ” yang ditandai on the spot dengan model gandrung Naya ( Cicit gandrung wanita pertama ” mbah Semi” ) dan ngopi bareng diakhiri makan tumpeng serakat bersama-sama komunitas budaya Forum Perupa Banyuwangi, Perupa Lesbumi, Kopat , dan komunitas- komunitas lainnya, Minggu (27/08/2023), diramikan dengan musik akustikan.

Banyuwangi merupakan kabupaten terbesar yang berada di Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Banyuwangi dihuni oleh berbagai suku dan etnis, karena pada masa kolonialisme Belanda, mereka mendatangkan orang asing serta suku lain untuk bekerja di perkebunan Banyuwangi.

Pembuatan rumah adat Osing “Umyah Osing Panggung ” diinisiasi Kent Ali yang mengadopsi dari rumah tradisional Suku Osing Banyuwangi, sedangkan pendirian rumah osing tersebut dikerjakan selama berbulan-bulan.

Dalam sambutannya, Kent Ali sebagai tuan rumah mengatakan, “rumah adat Osing merupakan salah satu wujud identitas masyarakat Banyuwangi. Dengan didirikannya Umyah Osing Panggung diharapkan dapat mengangkat Kultur Budaya masyarakat Banyuwangi dan merupakan kewajiban kita untuk mewarisi dan melestarikan budaya lokal dan akan menjadi kekuatan bagi eksistensi budaya lokal itu sendiri walaupun diterpa arus globalisasi”, jelasnya.

Selanjutnya Kent Ali Banyuwangi menambahkan, “semoga dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Banyuwangi khususnya seminan dan budayawan yang hari ini hadir , marilah kita bersama-sama menjaga dan merawat rumah adat ini agar dapat difungsikan dengan baik demi memelihara adat budaya yang telah diwariskan oleh leluhur”, pungkasnya.

Kegiatan tersebut dihadiri maestro pelukis S. Yadi K, Harianto Koi dan puluhan pelukis dari FPB , Taufik Wr. Hidayat Ketua Lesbumi, Fatah Yasin Noor dari Lentera Sastra , budayawan Aekanu Hariyono, arkeolog Titin Fatimah serta Wowok Meirianto ketua Kopat dengan jajaran pengurusnya, juga tampak hadir owner kopi nongko sesigar Kenong Sinar Lintang, Aden Janakim Syahlana, Raden Mas Hari Momo dari Kalimasada institut , Kjn. Ilham Panji Blambangan , Riboet Kalembuan , tampak pula Agus Rahmatullah yang terlihat mendokumentasikan momen ini sesuai pesenan si empunya acara Kent Ali.

Dilansir dari forum diskusi sejarah blambangan ; pewaris kultural Blambangan masa lalu dan pembentuk identitas Kabupaten Banyuwangi yang sekarang adalah Suku Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi yang bukan orang Jawa maupun orang Bali sebelum Belanda mendatangkan pekerja dari luar Banyuwangi. Suku Osing atau Using Banyuwangi layaknya suku-suku lainnya, memiliki warisan budaya dan keunikannya sendiri.
Budaya Suku Osing mencakup acara adat, bahasa Osing, pola permukiman, pola pertanian, kesenian, tradisi, pakaian adat, dan arsitektur. Salah satu warisan arsitektur Suku Osing Banyuwangi adalah Rumah Adat Osing.
Rumah Adat Osing adalah rumah yang terbuat dari kayu dan bambu. Kayu yang digunakan biasanya adalah kayu bendo dan kayu cempaka yang kuat, serta mudah ditemukan di Kabupaten Banyuwangi, namun kayu-kayu tersebut diatas sudah sulit ditemukan , maka Kent Ali membuat Konsep Rumah Adat Osing Banyuwangi dengan menggunakan bahan baku kayu kelapa.
Aturan adat tersebut membuat pola perumahan Rumah Osing tidak beraturan. Bagian depan rumah Osing tidak selalu menghadap ke jalan seperti pada rumah-rumah pada umumnya.
Rumah Adat Osing termasuk sederhana dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu diganti kayu kelapa yang masing-masing memiliki makna filosofis patut dipertanyakan.(Rishje*)