Kenapa 1 Suro dan 10 Asyuro Orang Jawa dan Syiah Tidak Menggelar Hajatan

Catatan Drs. Husnu Mufid, M PdI Sejarawan Surabaya.

Orang Jawa yang masih tetap memegang  budaya leluhur tidak akan menggelar hajatan pada saat memasuki bulan Suro. Khususnya 1 Suro dan 10 Asyuro, baik itu acara pesta pernikahan atau hal hal yang bersifat bersenang senang.

Demikian pula dengan orang orang Syiah tidak mau menggelar hajatan atau pesta pernikahan saat memasuki bulan Suro. Khususnya 1 Suro dan 10 Asyuro. Seperti pesta pernikahan atau kegiatan yang bersifat pesta.

Orang Jawa dan Syiah dibulan Syuro lebih banyak laku prihatin, menggemblemg diri secara spiritual dimakam keramat, ditempat tempat yang dianggap suci, mencuci pusaka, menahan diri tidak bersemangat senang dan melakukan kegiatan selamatan jenjang bubur Asyuro.

Mereka melakukan hal terebut karena mengetahui dan mengerti bahwa pada bukan 1  Suro dan 10 Ayuro ada peristiwa besar yang memang harus diperhatikan dan perlunya berperilaku prihatin.

Apa itu? Yaitu meninggalnya Sultan Agung Raja Mataram Islam, Dikerjakan kerjanya Sahabat Nabi Muhammad oleh Kafir Qurais. Sehingga meninggalkan Makkah menuju Madinah. Juga terbunuhnya Sayid Husain dipasang Karbala atas perintah Yajid dari Bani Umayah dan Ubaidillah Gubernur Basrah dan Kuffah.

Selain itu, karena ada peristiwa sangat besar pada tanggal 10 Muharam adalah sebagai berikut.

Diciptakannya langit dan bumi.

Diterimanya taubat Nabi Adam AS.

Diselamatkannya Nabi Musa AS dari kejahatan Firaun dan tenggelamnya Firaun.

Lahirnya Nabi Ibrahim AS dan diselamatkannya beliau dari kobaran api.

Sembuhnya Nabi Ayub AS dari penyakitnya.

Diselamatkannya Nabi Yunus AS dari perut ikan.

Diberikannya kerajaan kepada Nabi Sulaiman AS.

Berlabuhnya perahu Nabi Nuh AS di Bukit Judi.