SIDOMEKAR FESTIVAL
Sabtu-Minggu, 8-9 Desember 2018
Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember
Kita sering tidak menyadari bahwa sesuatu yang kita miliki itu sangat berharga, sampai kita kehilangan. Itulah kondisi yang seringkali terjadi peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di bumi nusantara ini. Kabupaten Jember pun mengalami situasi tersebut.
Karena itulah, maka Sidomekar Festival diselenggarakan dalam rangka menyuarakan isu cagar budaya dan melestarikan berbagai peninggalan bersejarah, sekaligus untuk mengangkat aneka potensi yang ada di Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember.
Sidomekar Festival merupakan perhelatan seni budaya dan cagar budaya yang diselenggarakan secara swadaya dan mandiri oleh masyarakat dan Pemerintah Desa Sidomekar, bekerjasama dengan Pergerakan HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya). Festival ini juga bertujuan sebagai launching bagi kegiatan wisata Desa Sidomekar berbasis masyarakat, yang tengah dikembangkan oleh Pemerintah Desa Sidomekar dan disupport oleh Pergerakan HIDORA.
Desa Sidomekar memiliki beragam potensi seperti potensi situs kerajaan Majapahit Beteng Boto Mulyo, Pabrik Gula Semboro, serta potensi alam yang indah berupa persawahan, kebun, dan sungai, dan hasil bumi berupa jeruk Semboro yang terkenal sampai ke luar Jawa Timur.
Dalam Sidomekar Festival akan ditampilkan aneka musik dan tari tradisional, musik dan tari kontemporer, kolaborasi seniman antar bangsa, pameran pertanian, bazaar kuliner dan UMKM produk Desa Sidomekar dan desa-desa lain, serta field trip wisata Desa Sidomekar keliling Pabrik Gula Semboro dan lahan pertanian tebu serta kebun jeruk milik warga desa, dengan menggunakan transportasi lokomotif dan lori kuno yang dimiliki oleh Pabrik Gula Semboro.
Selain seniman-seniman dari Desa Sidomekar dan Kecamatan Semboro, acara ini juga dimeriahkan oleh para seniman dan budayawan Kabupaten Jember, seniman dari berbagai daerah di nusantara, dan seniman mancanegara, yang juga akan tampil berkolaborasi untuk memberi dukungan serta menginspirasi seniman-seniman Desa Sidomekar.
Terkait tema pelestarian cagar budaya, dalam rangkaian acara Sidomekar Festival juga akan dilaksanakan seminar dan bedah buku “Sejarah keberadaan Beteng Boto Mulyo” yang akan dihadiri oleh sejarawan, arkeolog, dan komunitas pemerhati sejarah dari Jember dan dari luar Jember.
————–
SEKILAS DESA SIDOMEKAR
Desa Sidomekar berada di kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur, sekitar 35 km sebelah barat kota Jember. Desa ini memiliki berbagai potensi unik dan langka yang masih tersembunyi, sebagian di antaranya sangat membutuhkan perhatian, bahkan perlu diselamatkan.
Desa Sidomekar memiliki tujuh perdukuhan yaitu: Perdukuhan Semboro Pasar termasuk Kendalan, perdukuhan Semboro Kidul termasuk Semboro Kulon, Semboro Kamaran termasuk Loji Lingkungan PG Semboro, Semboro Lor termasuk Mucukan (barat), Semboro Tengah termasuk Semboro Beteng, Semboro Besuki dan Semboro Babatan Sidodadi.
————-
SEKILAS BETENG BOTO MULYO
Beteng Boto Mulyo merupakan salah satu situs peninggalan kerajaan Majapahit yang memiliki masa kejayaan di abad 13-15. Berbagai temuan yang berada di Desa Sidomekar ini kurang mendapatkan perhatian dari pihak-pihak terkait, bahkan banyak yang hilang, dicuri, tidak terurus, dan terbengkalai.
“Beteng” adalah bahasa Sansekerta, yang artinya “benteng”. Peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit ini pertama kali ditemukan mulai sekitar tahun 1908, berupa temuan puing-puing bangunan kuno setinggi 2,5 meter dengan batu bata berukuran besar. Tahun 1939 ditemukanlah sumur kuno, tahun 1956 dan 1958 ditemukan tombak pusaka dan keris pusaka, dan banyak lagi temuan-temuan selanjutnya sampai hari ini.
Pada tahun 1957, dilakukanlah pemugaran situs beteng sesuai dengan bentuk bangunan aslinya, yang selesai pada tahun 1958, dan diresmikan oleh Bupati Jember pada tahun 1959. Kemudian situs Beteng ini menjadi ramai dikunjungi orang.
Selain pondasi batu bata, sumur tua, pusaka tombak dan keris, masih banyak temuan-temuan lain di sekitar beteng, seperti alu dan lesung batu, lumpang, batu pipisan, batu gunjik, kalung manik-manik, pahoman (pedupaan), serpihan batu andesit, terakota, batu akik merah, kotak, mata uang logam mata uang China, dan lain-lain.
Sayangnya pada tahun 1968, pasca peristiwa G30S/PKI, terjadi pengrusakan besar-besaran dan aksi vandalisme pada bangunan beteng oleh sekelompok mahasiswa yang menunggangi gerakan massa. Tembok-tembok benteng dijebol dan dirobohkan, pohon beringin besar ditebang dan ditumbangkan, bahkan patung Dewa Syiwa diambil dan dibuang ke Sungai Menampu.
Pengrusakan pada Situs Beteng terus berlanjut hingga sekarang, walaupun kini tidak pada skala masif dan aksi vandalisme. Namun bongkahan batu bata beteng kualitas tinggi berukuran besar itu pelan-pelan raib digondol maling, atau dibawa orang untuk berbagai keperluan, serta beralih kepemilikan ke tangan para kolektor.
Selain situs Beteng Boto Mulyo, masih banyak situs bersejarah lainnya di seputar Kabupaten Jember yang kondisinya juga hampir sama, rusak, kurang perhatian, dan kurang terawat, seperti situs-situs di Kecamatan Patrang, Kecamatan Arjasa, Kecamatan Jelbuk, Kecamatan Sukowono, Kecamatan Gumukmas, Kecamatan Mayang, Kecamatan Wuluhan, Kecamatan Puger, Kecamatan Kencong, dan di Kecamatan Sumbersari.
Menyikapi kondisi tersebut, warga Desa Sidomekar merasa perlu untuk menyuarakan pada dunia mengenai keberadaan situs Beteng Boto Mulyo, agar bisa mengajak berbagai pihak berpikir bersama dan melakukan langkah-langkah melindungi serta menyelamatkan situs Beteng Boto Mulyo serta situs-situs bersejarah lainnya di Kabupaten Jember, dan bagaimana mengemas potensi ini menjadi sesuatu yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.
————–
SEKILAS PABRIK GULA SEMBORO
PG (Pabrik Gula) Semboro di Desa Sidomekar mulai dibangun pada tahun 1921 oleh HVA (Handles Veriniging Amsterdam) sebuah perusahaan swasta dari negeri Belanda, dan mulai beroperasi pada tahun 1928, dengan kapasitas produksi 24.000 kwintal tebu tiap 24 jam.
Kini PG Semboro dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara XI yang memiliki 16 unit usaha pabrik gula, dengan kontribusi sekitar16-18% terhadap produksi gula nasional. Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang dikelola petani sekitar melalui sistem kemitraan.
Tahun 1942-1945 kegiatan di PG Semboro sempat terhenti akibat pendudukan Jepang, PG Semboro dijadikan pabrik soda. Sesudah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 hingga akhir 1949 PG Semboro dijadikan pabrik amunisi untuk mensuplai persenjataan para pejuang.
Sejak tahun 1950 PG Semboro diaktifkan kembali sebagai pabrik gula sampai dengan berakhirnya penguasaan bangsa asing pada 1957, pada waktu itu perusahaan-perusahaan asing diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, keberadaan PG Semboro sangat membantu perekonomian masyarakat Desa Sidomekar, karena rata-rata karyawan pabrik adalah warga Desa Sidomekar, dan tebunya juga ditanam serta dikelola oleh masyarakat Desa Sidomekar.
Selain produksi gula, PG Semboro jugamemiliki potensi wisata berupa agrowisata dan wisata lokomotif uap kuno. Dengan menaiki lokomotif dan lori, pengunjung bisa menikmati keindahan alam, tanaman tebu, jeruk, rambutan, salak, dan tanaman pangan, serta menyaksikan puing-puing bekas pabrik gula dan bangunan peninggalan Belanda.
Lokomotif uap kuno yang tersisa di PG Semboro ber-merk Orenstein & Koppel (tahun 1908, 1909, 1921, 1926, 1927, 1928, 1929), Ducroo & Brauns (tahun 1926), Borsig (tahun 1908) , dan Jung – Jungenthal (tahun 1961).
PG Semboro memiliki tradisi unik tahunan saat akan melakukan giling tebu, yaitu menikahkan dua batang tebu sebelum masuk ke penggilingan. Tradisi ini disebut Petik Tebu Manten. Kemeriahan dan kemegahannya tak kalah dengan pernikahan manusia. Bahkan, dua batang tebu yang dinikahkan juga dirias layaknya pengantin sungguhan.
Tradisi Petik Tebu Manten ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas akan dilaksanakannya penggilingan gula, dengan filosofi sebagai simbol perkawinan antara PG dan Petani agar tetap berhubungan baik, dan keberkahan panen bisa didapatkan bersama-sama.
Namun sayang, kondisi produksi PG Semboro saat ini makin menurun, karena lahan tebu yang makin berkurang, dan adanya pabrik-pabrik gula baru yang memiliki mesin lebih canggih dan modern, sehingga bisa lebih efisien dan sangat maksimal dalam produksi gula.
Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Desa Sidomekar. Banyak petani tebu yang mengeluh karena kerugian petani dalam menanam tebu tidak seimbang dengan penjualan hasil panen, dan karena dari pihak PG Semboro juga tidak mampu membeli panen tebu dari petani jika harga terlalu tinggi.
————
PERTANIAN JERUK SEMBORO
Pertanian jeruk di Desa Sidomekar dan kecamatan Semboro mulai dilakukan sejak tahun 1980-an. Dahulu pertanian jeruk menjadi salah satu tumpuan utama perekonomian masyarakat Desa Sidomekar, bahkan dikenal sampai ke luar Jawa Timur, dengan sebutan Jeruk Semboro. Jeruk Semboro memiliki rasa yang khas, manis, segar, dan berair banyak, sangat cocok dimakan di siang hari yang panas.
Sifat tanaman jeruk yang relatif cepat berbuah, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi, daya adaptasi yang luas, serapan pasar yang cukup tinggi, merupakan beberapa pertimbangan warga Desa Sidomekar untuk memilih jeruk sebagai tanaman yang diusahakan.
Namun kini, pertanian Jeruk di desa Sidomekar mulai tidak bisa diharapkan memberi hasil optimal bagi masyarakat desa. Hal ini disebabkan penguasaan pasar oleh tengkulak. Banyak petani jeruk melepas hasil panennya kepada para tengkulak dan pedagang besar dengan harga yang sangat rendah akibat ketidakberdayaan mereka terhadap penetrasi pasar.
Ini merupakan masalah yang sering terjadi pada berbagai produk pertanian di desa-desa di Indonesia. Para tengkulak dengan semaunya mempermainkan harga di pasaran.
————-
Sekilas Pergerakan HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya)
HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya) adalah sebuah komunitas pergerakan, bukan ormas, dan bukan pula bagian dari partai politik. HIDORA terdiri dari berbagai komponen masyarakat yang bergabung dengan sukarela. Baik dari kalangan pengusaha, dosen, mahasiswa, pelajar, seniman, jurnalis, pegawai negeri, petani, nelayan, dll.
HIDORA berbasis di Kabupaten Banyuwangi, dan telah melakukan aktivitas-aktivitas pendampingan di desa-desa di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Jember, dengan konsep melestarikan alam, lingkungan hidup, serta budaya, melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, seperti pengembangan wisata desa, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan ekonomi warga desa melalui UMKM.
=========
PENGISI ACARA SIDOMEKAR FESTIVAL
Pengisi Acara Kesenian Lokal:
1. Kyai Beteng (Musik Gamelan)
2. Sanggar Sekar Saraswati (Tari Remo, Tari Petik Jeruk, Tari Sekar Patriasi, Tari Kidung Asmara, Tari Api, Tari Mas Ayu Melok, Tari Semarak Jember, Tari Kemilau Nusantara)
3. Sanggar Trisno Budoyo (Jaranan Debog, Musik Gamelan Anak)
4. Perguruan Cimande (Seni Bela Diri Tradisional)
5. Persaudaraan Setia Hati Teratai (Semboro)
6. Grup Beteng Boto Mulyo (Musik Keroncong)
7. Musik Patrol (Sidomekar)
8. Abi n Friends (Jazz Tradisional)
9. SMAN 2 Tanggul (Campursari)
10. Fak. Hukum UNEJ (Musik Janter)
==============
Pengisi Acara Seniman Nusantara:
1. Aly Gardy (Situbondo) dawai karmawibangga
2. Kak Aziz Franklin (Malang) musisi sapek
3. Ghuiral Safaragus (Jember) etnic music
4. Hewodn Mas Raden (Tuban) bamboo etnic music
5. Bobby Setiawan (Malang) Unen-Unen Rengel
6. Caca Nini Mranggi (Yogyakarta) Penari Difabel
7. Udiks Bejo (Banyuwangi), musisi dawai
8. Mbah Yon (Banyuwangi), suling etnik
9. Alex Richard (Jember), musisi dawai
10. DR. Tengsoe Tjahyono (Malang), sastrawan
=============
Pengisi Acara Seniman Mancanegara:
1. Gerrit Jesco Ruven (Jerman), pemain gamelan
2. Tamara Biddle (USA), capoeira dance
3. Arsenii Grekhov (Rusia),
4. Eleanor C. Jones (USA)
5. Abdul Samea (Libya)
6. Hanem Alhusaen (Mesir)
7. Ahmed Hasan Abkar (Yaman)
8. Abdullah Moh. Ahmed Al Ansi (Yaman)
9. Mubarak Yahya Mubarak Altarabi (Yaman)
10. Mamudzon Khalimov (Tazikistan)
11. Yang Zhihao (China)
12. Taimbak Kumar Ashutosh (India)
13. Slawomir Dudek (Poland)
14. Tae Yoon Yoon (Korea Selatan)
15. Thuchanon Puenudom (Thailand)
=================
Seminar “Sejarah Beteng Majapahit”
Minggu, 9 Desember. 2018
Mulai jam 08.00
Narasumber:
1. Dwi Cahyono / Sejarawan, Arkeolog, Dosen Ilmu Sejarah Uneversitas Negeri Malang (dari Malang)
2. Zainoel Amand / Ketua Forum Bhattara Saptaprabhu (Ekspedisi, Eksplorasi, diskusi dan telaah sejarah) (dari Jember)
3. Setiyo Hadi (Pemilik Mueseum Bumi Poeger Persada) (dari Kencong – Jember)
=============
JADWAL KEGIATAN SIDOMEKAR FESTIVAL
Sabtu, 8 Desember 2018
?10.00: Kirab Budaya dilanjutkan Pembukaan Sidomekar Festival & Launching pasar tradisional oleh Bupati
?11.30: Performance Seni Budaya
?15.00: Performance Seni Budaya
?19.30: Pemutaran Video Dokumenter Beteng Boto. Mulyo
?20. 00: Performance kesenian lokal, nusantara, mancanegara (kolaborasi)
Minggu, 9 Desember 2018
?08.00: Seminar Sejarah Beteng Boto Mulyo
?10.00: Field trip Wisata Desa Sidomekar dan PG Semboro
?13.00: Performance Seni Budaya
?20.00: Santunan Anak Yatim
?20.15: Performance Seni Budaya
?21.00: Launching Wisata Desa Sidomekar oleh Kadisparbud Jember
?22.00: Puncak performance kesenian lokal, nusantara, mancanegara (kolaborasi)
=============
KONTAK PERSON
Untuk informasi selengkapnya, silahkan menghubungi:
▪Kepala Desa Sidomekar
Sugeng Priyadi, Hp: 081249664427
▪Kaur Litbang Desa Sidomekar
Misdarik, Hp: 082302284771
▪Ketua Panitia Sidomekar Featival
Aditya Ihsan, HP: 081233470688
▪Humas Panitia Sidomekar Festivsl
Ikhwal, HP: 081615384907
▪Wakil.Ketua Pergerakan HIDORA
Bachtiar Djanan, HP: 081334495491
==================
==================
==================
Bagi sahabat-sahabat dari kalangan pers yang berminat melakukan liputan kegiatan Sidomekar Festival, dipersilahkan mendaftarkan diri kepada panitia, akan disediakan fasilitas akomodasi berupa tempat menginap di rumah-rumah warga, dan konsumsi selama acara berlangsung, yang semuanya dipenuhi secara bergotong-royong oleh warga desa Sidomekar.
Jika berminat, mohon untuk segera mendaftarkan diri:
Contact Person:
Nurul Widad +62 857-4850-7972
SIDOMEKAR FESTIVAL
Sabtu-Minggu, 8-9 Desember 2018
Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember
Terima kasih
Tyas
Koresponden MM.com