Nganjuk, Menaramadinah.com-Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk (Kopling) menggelar diskusi sejarah dalam program Literatour #2. Diskusi yang dikemas menjadi sarasehan on the spot ini dilaksanakan di Bumi Majapahit, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto pada Minggu, 16 Juli 2023.
Program Literatour #2 ini diikuti oleh beberapa anggota Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk dan siswa Sekolah Menulis Nganjuk angkatan ke-7. Hadir juga salah satu pendiri Kopling, Heru Widayanto atau yang lebih dikenal dengan nama pena Heru Sang Amurwabumi sebagai narasumber atau guide tour pada program tersebut. Program ini digelar sebagai upaya penggalian sumber informasi sejarah berdasarkan data ilmiah.
Program Literatour #2 Komunitas Pegiat Literasi Nganjuk ini dilaksanakan di beberapa situs Trowulan yang diyakini merupakan pusat Kotaraja Kerajaan Majapahit. Situs sejarah yang pertama dikunjungi adalah Candi Brahu di Dusun Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan.
Narasumber Literatour #2, Heru Widayanto menyebutkan bahwa Candi Brahu telah dibangun jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri, tepatnya pada masa kejayaan Sri Maharaja Mpu Sindok dari Kerajaan Medang era Jawa Timur yang juga pendiri Dinasti Isyana.
“Mengacu pada bukti otentik empat buah lempeng tembaga yang bernama Prasasti Asalantan, disebutkan bahwa toponimi Wrahu atau Brahu adalah sebuah bangunan suci yang didirikan pada masa Mpu Sindok, penguasa Kerajaan Medang sebagai penetapan sima atau pembebasan pajak pada wilayah tersebut,” ungkap Heru Widayanto yang dirangkum redaktur Kopling pada Minggu, 16 Juli 2023.
Tak hanya di Candi Brahu, sarasehan on the spot dalam program Literatour #2 juga digelar di situs Bajang Ratu yang terletak di Desa Keraton, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Bajang Ratu dibagun dari terakota yang berbentuk menyerupai gapura mengarah ke selatan dan utara.
Situs Bajang Ratu yang sering disebut candi oleh masyarakat umum ini, faktanya merupakan sebuah gapura paduraksa yang memiliki atap tertutup. Lazimnya sebuah gapura merupakan akses jalan menuju ke sebuah tempat yang diagungkan. Bisa sebuah bangunan suci, bisa juga istana atau keraton.
Narasumber mengutarakan bahwa sampai hari ini, para ahli sejarah belum bisa menyimpulkan di mana letak keraton atau istana Majapahit.
“Kita hanya diwarisi sebuah peta interpretasi sebaran situs Trowulan yang menjadi pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit, tetapi di mana letak istana itu sendiri belum diketahui,” tutur Heru Widayanto, “jika mengarah pada toponomi Desa Keraton yang merupakan letak Gapura Bajang Ratu ini berada, mungkin bisa jadi, istana atau keraton Majapahit berada di sekitar sini. Tapi itu hanya praduga yang belum bisa dibuktikan dengan data ilmiah,” pungkasnya.
Setelah melakukan sarasehan di dua situs arkeologi di Trowulan, perjalanan berlanjut ke Pusat Informasi Majapahit (PIM), dulu bernama Museum Majaahit. Seperti museum pada umumnya, Pusat Informasi Majapahit tentu menyimpan benda-benda purbakala peninggalan Kerajaan Majapahit.
Literatour #2 diakhiri dengan jalan-jalan di situs Kolam Segaran yang terletak tepat di depan lokasi Pusat Informasi Majapahit. *Vyda