Nasab Putus Ba alawi dan Barokah Kiai Tanah Jawa

NASAB PUTUS BA ALAWI DAN BAROKAH KIAI TANAH JAWA

Penulis: KH Imaduddin Utsman Al-Bantani

Banyak pesan cinta masuk ke HP penulis, agar segera menjawab beberapa bantahan dari para pendukung nasab Ba Alawi, terutama postingan video panjang Habib Rumail Assegaf dan Habib Aventador 007.

Keduanya menyajikan beberapa lembar manuskrip yang katanya menjawab terputusnya dan tertolaknya nasab Ba Alawi sebagai duriyat Nabi Muhammad Saw .

Penulis pun sebenarnya ingin segera menjawab sesegera mungkin kedua habib itu, yang menurut penulis, mereka berdualah yang yang relatif faham “mahalun niza” dari masalah ini, dibanding ketua PBNU, Pak Fakhrurazi, atau “dulur” penulis, Lora Ismail Khalili.

Sayangnya, mulai tanggal 8 Juli sampai beberapa hari ke depan, penulis masih dalam agenda safari penuh barokah memenuhi beberapa titik acara dengan para kiai Tanah Jawa: di Jatim, Jogja dan Jabar, untuk berceramah, diskusi, atau sekedar diminta mampir dan ber silaturahmi, mulai dari Pasuruan, Magetan, Lamongan, Jember, Tebuireng, Jogja, Cirebon dan Karawang. kebetulan, kegiatan di pesantren penulis masih ada pengajian pasaran sampai kedatangan santri baru tanggal 16 ke depan.

Nyaris penulis belum punya waktu untuk menjawab beberapa tanggapan dan bantahan dari Habib Rumail dan Habib Aventador.

Pagi ini penulis menyempatkan menulis, setelah semalam berdiskusi menyambung cinta di tiga titik di Jatim sampai jam 2 pagi. menginap di sebuah pesantren di Jatim, menyempatkan menulis sebentar walau dengan ketukan pintu dari luar “ditunggu kiai, sarapan dulu!”.

Intinya, penulis belum ada waktu membuat tulisan serius untuk kedua habib tersebut, tetapi penulis sampaikan bahwa penjelasan kedua habib itu belum dapat menjawab keterputusan itu. Bahkan dari manuskrip Habib Rumail, penulis sekilas dapat tambahan dukungan keterputusan nasab Ba Alawi semakin panjang menjadi 651 tahun.

Dan, dari secarik manuskrip yang di sajikan Habib Rumail tersebut, kecurigaan penulis bahwa empat nama nasab Ba Alawi adalah fiktif menjadi semakin mendekati kebenaran.

Untuk manuskrip yang ditampilkan habib aventador, penulis tidak begitu yakin manuskrip itu benar-benar ada; ia tidak menampilkan halaman pertama yang memuat judul; tidak menampikan halaman terakhir yang biasanya memuat titimangsa; lalu dalil apa yang bisa diyakini sebagai hujjah untuk manuskrip misterius seperti itu.

Waallahu Alam