Surabaya-menaramadinah.com-Pendidikan menghadapi tantangan yang tidak mudah. Apalagi selalu ada kesenjangan “abadi” yang harus dapat dijembatani. Orang tua maupun guru itu menempuh pendidikan/bersekolah di masa lalu. Kemudian berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut mereka membimbing anak maupun muridnya di waktu sekarang, untuk menghadapi kebutuhan dan tantangan di masa mendatang.
“Oleh karena itu kita harus keluar dari bingkai, kita harus berani menerobos agar dapat menyiapkan sekolah masa depan bagi anak-anak kita,” Profesor Dr. H. Muchlas Samani, M.Pd, guru besar emeritus Universitas Negeri Surabaya dalam acara pertemuan walimurid baru, The News Academic Session 2023-2024, di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya, Sabtu (8/7) siang.
Menurutnya, perkembangan teknologi semakin cepat sehingga mengakibatkan perubahan yang cepat pula, lalu anak-anak kita akan menghadapi masalah hidup yang semakin dinamis dan kompleks. Oleh karena itu benar yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib, ratusan tahun silam, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.”
Konseptor sekolah alam SAIM itu, menjelaskan bahwa ujung dari tujuan bersekolah ada dua. Pertama, mampu memecahkan masalah secara kreatif dan bermoral (solving problem creatively and ethically). Kedua, dapat menjalani kehidupan dan bekerja sama secara harmonis (living and working together in harmony).
“Maka pendidikan ke depan harus mengembangkan capacity based education dan life based learning. Yaitu mementingkan kemampuan dasar dan kemampuan belajar mandiri. Mata pelajaran hanyalah sebagai alat untuk mencapainya, bukan tujuan. Siswa belajar memecahkan masalah secara kreatif dan secara etis. Itu yang penting,” kata Prof Muchlas.
Selain itu, lanjutnya, keterampilan sosial juga perlu diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. Teknologi informasi dan bahasa internasional menjadi media belajar utama mengingat mereka akan menjadi warga dunia, bukan sekadar warga lokal Indonesia.
Ketua Umum Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Kependidikan itu menambahkan, ada sejumlah keterampilan yang wajib dikuasai oleh siswa untuk menghadapi tantangan hidup yang akan mereka jalani saat mereka dewasa, yaitu sekitar 20 tahun ke depan. Mereka harus memiliki keterampilan sebagai warga dunia, memiliki kreativitas dan inovasi, punya technology skills, serta interpersonal skills.
Sementara itu narasumber Prof. Dr. Seger Handoyo, Psikolog dan Guru Besar Psikologi Universitas Surabaya, membahas masalah tumbuh kembang psikologi. Dikatakan, sekolah sangat berperan untuk melatih anak agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Apalagi kehidupan zaman modern yang menurutnya mudah berubah dan sulit diprediksi. Mirip roller coaster.
Resiliensi, daya kebertahanan anak perlu juga dikembangkan, agar tidak mudah menyerah. “Kalau anak minta bantuan, janganlah langsung ditolong. Tetapi kembalikan dulu kepadanya, kalau menurutmu solusinya bagaimana? Atau kita membantu alatnya saja agar dia tidak mudah menyerah,” kata Prof. Seger yang juga merupakan walimurid SD SAIM itu.
Sementara itu Dr. H. Moh. Sulthon Amien, M.M, Ketua Badan Pembina Yayasan Insan Mulia, menyarankan agar para orang tua memberikan tanggung jawab nyata kepada anak-anaknya, walaupun mereka masih sekolah. Anak harus dilatih, dilibatkan dalam kegiatan kerja di perusahaan keluarga, agar ketika dewasa menjadi manusia yang sukses. “Jangan baru lulus baru dilibatkan kerja. Regenerasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat, seperti yang sudah saya terapkan sendiri di keluarga saya,” kata owner usaha Mulia Grup itu.***
Teks foto: Dr. H. Moh. Sulthon Amien, M.Sc, dalam acara The News Academic Session 2023-2024 di SAIM Surabaya, Sabtu (8/7) siang.