Berkurban Demi Cinta dan Demi Kebahagiaan Hakiki

 

Catatan Khutbah Idul Adha 1444 H oleh Ustad Makrif Asrori.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذي خَلَقَ آدَمَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ وَاسْجُدْ لَهُ الْمَلَإِكَةُ الْمُسَبِّحِيْنَ اْلأَطْهَار. فَسَجَدُوْا اِلَّا اِبْلِيْسَ اَبَى واسْتَكْبَرَ. فَبَاءَ بِاللَّعْنَةِ وَالصَّغَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ مُكَوِّرُ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيِىُّ الْكَرِيْمُ الْمُصْطَفَى الْمُخْتَارُ. الشَّفِيْعُ لِمَنْ يُصَلِّى عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ النَّارِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى نُوْرِ اْلأَنْوَارِ. وَسِرِّ اْلأَسْرَارِ. وَتِرْيَاقِ اْلاَغْيَارِ. وِمفْتَاحِ بَابِ الْيَسَرِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَعَلَى اٰلِهِ اْلأَطْهَارِ. وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ.

أَمَّابَعْد:أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ عِيْدِ الأَضْحَى اَلأَكْبَرِ فَكَثِّرُوا إِلَى اللهِ بِالْإِسْتِغْفَارِ وَالْأَذْكَارِ. فَقَدْ قَالَ تَعَالَى: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرْ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ

Kaum muslimin rahimakumullah,

Di pagi hari yang bahagia dan damai ini, kita dan kaum muslimin lainnya di belahan bumi ini berduyun-duyun menuju masjid, mushalla, dan lapangan untuk memenuhi panggilan Allah Yang Maha Agung dan Maha Besar, dengan seruan takbir, tahmid, dan tasbih. Sebagai hamba Allah yang beriman, marilah kita membesarkan Allah, karena Allah Maha Agung dan marilah mensucikan Allah karena Allah Maha Suci. Dan karena Allah itu Maha segala-galanya, maka marilah kita senantiasa bertakwa kepada-Nya.

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلهِ الْحَمْدُ

Shalat Idul Adha dan ibadah Qurban yang kita rayakan hari ini tidak lepas dari peristiwa yang dialami oleh Nabiyullah Ibrahim AS, yaitu peristiwa penyembelihan dan pengorbanan Nabi Ismail AS putra tercinta Nabi Ibrahim AS. Peristiwa ini diabadikan oleh Allah di dalam Qur’an surah ash-Shaffaat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّى أَرَى فِى الْمَنَامِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى. قَالَ يَا أَبَتِى افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ.

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim), Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu?” Ismail menjawab: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Dari ayat ini tergambar dengan jelas betapa berat pengorbanan dan ujian yang dihadapi Ibrahim bersama dengan keluarganya. Bertahun-tahun dia mendabakan kehadiran sang putra belahan jiwa, tak henti-hentinya siang malam memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai keturunan sebagai penerus perjuangan, akhirnya di usianya yang sudah tua, Allah mengabulkan doanya tersebut dengan lahirnya seorang bayi laki-laki yang elok dan tampan yang diberi nama Ismail. Dengan demikian betapa besar cinta yang tercurah pada sang putra Ismail belahan jiwa, namun karena kecintaan dan keimanan Nabi Ibrahim dan istrinya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada sang anak, maka ketika Allah SWT memerintahkan untuk mengorbankan Ismail AS, Ibrahim AS melaksanakan penyembelihan Ismail melalui tangannya sendiri, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Peristiwa besar ini oleh Allah diabadikan sepanjang masa, yaitu dengan disyariatkannya shalat “Idul Adha” dan Ibadah “Qurban” atas umat Nabi Muhammad pada 10 Dzulhijjah. Allah berfirman dalam surat as-Shaffaat ayat 108:

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْآخِرِيْنَ

“Dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (umat Muhammad).”

Sebagai hamba Allah yang baik, kita tidak sekedar melaksanakan ibadah qurban tersebut secara ritual dan rutinitas belaka, tetapi kita berupaya untuk menggali dan memahmi makna lebih dalam dari ibadah qurban yang telah dijalankan oleh Nabi Ibrahim AS.

Pertama, Nabi Ibrahim AS. diuji Allah SWT dengan perintah untuk mengorbankan sesuatu yang dicintainya yaitu Ismail AS. Karena perintah tersebut datangnya dari Allah, maka dengan penuh kesabaran dan keikhlasan Ibrahim mau melaksanakan perintah tersebut. Hal ini memberikan pelajaran, bahwa anak tercinta bukanlah sesuatu yang berarti jika Tuhan telah memintanya. Tak ada sesuatu apapun bahkan diri sendiri, yang dinilai tinggi dan berharga jika dihadapkan dengan perintah Allah SWT, tidak ada sesuatu yang lebih penting jika dihadapkan dengan urusan Allah SWT. Akhlak agung Nabi Ibrahim, yang semestinya diteladani kaum muslimin ini tercermin pula di dalam firman Allah dalam surat al-An’am ayat 162-163:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)

Kedua, ketika Ibrahim menghujamkan pedang ke leher dan menggerakkannya untuk menyembelih sang putra Ismail sebagai Qurban, tiba-tiba seekor domba dijadikan penggantinya.

وَفَدَيْنَاهُ بِذَبِحٍ عَظِيْمٍ

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor (domba) sembelihan yang besar.” (Surah as-Shaffaat ayat 7)

Hal ini memberikan isyarat bahwa Allah sedemikian kasih kepada manusia sehingga korban manusia tidak diperkenankan.

Dalam kehidupan kita di abad modern ini, nilai-nilai peristiwa korban tersebut sering terlupakan. Masih cukup banyak praktek yang mengarah kepada pengorbanan manusia lainnya, walaupun hanya untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak terpuji, bahkan kadang keji semata-mata untuk memenuhi ambisi dan kerakusan duniawi. Rasulullah bersabda:

اَصْلُ جَمِيْعِ الْخَطَايَا حُبُّ الدُّنْيَا

“Pangkal dari segala kesalahan dan dosa adalah kecintaan terhadap dunia.”

Ibadah kurban yang dilaksanakan Ibrahim AS. seharusnya mampu memberikan peringatan bagi manusia, bahwa berkorban tidak boleh manusia atau harga diri manusia, tetapi seharusnya sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam diri manusia, semacam rakus, ambisi yang tak terkendali, menindas, menyerang, tidak mempedulikan nilai-nilai hukum, tidak mempedulikan halal-haram, serta norma-norma kebaikan apapun. Sifat-sifat demikian itulah yang harus disingkirkan dan dijadikan qurban (untuk kedekatan) diri kepada Allah SWT. Itulah sebabnya Allah menyatakan di dalam al-Qur’an surah al-Hajj ayat 37 yang artinya:

لَنْ يَّنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ 

“Daging dan darahnya sekali-sekali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaanlah (dengan membunuh sifat-sifat kebinatangan) yang dapat mencapainya.”

Jama’ah Idul Adha rahimakumullah,

Ketiga, ibadah kurban juga memberikan pelajaran kepada umat Islam bahwa nilai manusia di sisi Allah tidak semata-mata ditentukan oleh ketakwaannya di hadapan Allah, tetapi juga ditentukan oleh ibadah sosial dan kepekaannya kepada sesama, Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 112:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.”

Dengan demikian sejauh mana seseorang mampu memberikan manfaat kebaikan kepada orang lain dan sejauh mana seseorang mencintai orang lain, sangat menentukan nilai seseorang di hadapan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَنْ تُؤْمِنُواحَتَّى تَحَابُّوا اَفَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ اِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابُّوا اَفْشُواالسَّلَمَ

“Kami sekalian tidak akan masuk surga, kecuali jika kalian beriman kepada Allah, tetapi kamu sekalian belum dikatakan beriman (yang masuk surga), jika kamu tidak saling mencintai di antara sesama, apakah kamu sekalian mau saya tunjukkan kepada suatu perbuatan, jika kamu mengerjakannya maka kamu sekalian telah saling mencintai? Tebarkan salam.”

Melalui hadis ini, Rasulullah secara tegas menyatakan bahwa syarat utama untuk selamat di akhirat dan kesempurnaan hidup (surga) adalah iman kepada Allah SWT dan kemampuan untuk mencintai sesama muslim, dan sesama manusia. Salah satu bukti cinta seseorang kepada sesamanya adalah “salam” baik melalui ucapan maupun perbuatan.

Penjabaran lebih lanjut dari hadis Rasulullah ﷺ tentang “Salam” tersebut bisa melalui ucapan-ucapan seorang muslim. Perkataan yang diucapkan seorang muslim adalah kata-kata yang benar dan jujur yang memberikan kesejukan dan keselamatan bagi orang-orang yang mendengarkannya. Allah berfirman dalam surat An-Naba’ ayat: 38

لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ اِلَّا مَنْ اَذِنَ لَهُ الرَّحْمٰنُ وَقَالَ صَوَابًا

“Mereka (ahli surga), tidak akan mengucapkan sesuatu kecuali atas izin Allah, dan bila berkata maka kata-katanya benar.”

Selanjutnya, seorang muslim yang baik, akan terlihat melalui tingkah laku dan perbuatannya, serta usaha-usaha yang ia jalankan senantiasa memberi manfaat dan memberi rasa aman bagi orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia ialah ia yang paling bermanfaat kepada sesamanya.”

Demikian khutbah kami sampaikan, semoga Allah SWT membimbing kita menjadi terbaik di hadapan Allah dan sesama, sehingga kita bisa selamat dunia dan akhirat. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ للهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ،

وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

 

KHUTBAH KEDUA IDUL FITRI DAN IDUL ADHA

 

اَللهُ أَكْبَرُ x 7 اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً لاَ إِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ لِلهِ عَلَى اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَّ إِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلَى رِضْوَانِهِ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَاْلمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.