Banyuwangi, 10/05/2023-Mbah Guru Rifai, demikian akrab dipanggil oleh para pendukungnya. Pria kelahiran Lumajang 60 tahun yang lalu, meniti karir pekerjaan sebagai seorang guru sejak 1986. Setelah purna tugas Mei 2022 lalu, tertarik masuk dunia politik atas dorongan kawan-kawan seprofesi dan masyarakat yang mengenalnya. Sementara itu MGR sendiri juga ingin sisa umurnya bermafaat untuk masyarakat. Di benak mantan Kasek SMA Negeri ini, sekalipun bukan barang lama, baginya dunia politik praktis adalah panggung baru. “…saya mesti berdaptasi dengan dunia politik praktis. Sekalipun bukan barang lama, tapi bagiku hal baru”, terang mantan Kasek fenomenal itu merendah.
Kurang lebih 18 tahun MGR berkiprah sebagai seorang kepala sekolah, tentu kenyang pengalaman. Tidak hanya pengalaman dalam hal birokrasi pemerintahan saja. Di sela-sela kesibukan dinasnya, MGR masih juga sanggup mengabdi di Ormas NU dan Lembaga Pendidikan Maarif NU kurang lebih 15 tahun.
Tidak hanya itu, di lingkungan guru, BGR dikenal sebagai aktivis PGRI bidang advokasi profesi guru. Pembelaan MGR terhadap profesi guru dalam menjalankan tugas di lapang sangat luar biasa. “…tak terhitung berapa guru yang sudah kami bela lewat LKBH dan Advokasi Profesi Guru di Banyuwangi. Guru dalam menjalankan profesi dilindungi oleh UU. Guru dalam menjalankan tugas, pertama harus aman dan nyaman. Tidak boleh ada gangguan apalagi ancaman sekecil apapun. Siapapun yang berupaya mengganggu tugas profesi guru, akan saya lawan”, tegasnya. Dan itu terbukti, kata beberapa guru yang pernah menyaksikan kiprah beliau itu. MGR menjadi salah seorang saksi saat PGRI memperjuangkan UU Guru dan Dosen. Dan dia selalu hadir di garis depan saat memperjuangkan nasib guru, khususnya GTT dan PTT. Bersama-sama dengan pengurus PK PGRI, Husin Matamin, S.T., dkk. waktu itu.
Masih tentang kiprah sosial Mbah Guru, diketahui ternyata alumni Komisariat PMII Fkip Unej era 80an ini juga yang menggagas berdirinya organisasi yang mewadahi panti-panti asuhan anak yatim di Banyuwangi. Ada 60 panti asuhan di Banyuwangi yang menjadi anggota Asosiasi Panti Asuhan (ASPA). Organisasi nirlaba itu diketuai oleh BGR. “ saya mengabdi di lembaga nirlaba itu 10 tahunan.
Di sela-sela waktu di luar dinas, saya sempatkan berbagi mengurus yayasan anak-anak terlantar dan yatim. Alhamdulillah sampai sekarang lembaga sosial yang kami gagas itu masih berjalan di bawah pembinaan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemkab. Banyuwangi”.
Masih seputar aktivitas di luar dinas MGR, selain aktif di dunia pengabdian sosial, lelaki yang akrab dijuluki Kasek Coboy itu, juga sempat dipercaya menggagas pendirian sekolah oleh Ponpes Bustanul Makmur Genteng. Berdirinya SMP Unggulan Bustanul Makmur Genteng di kompleks Ponpes Bustanul Makmur II satu di antara karya yang dimotori oleh MGR. “konsep pendirian SMP Busntanul Makmur itu asli berasal dari pemikiran kami. Waktu itu ketua tim pendiriannya diserahkan ke saya. Tahun 2003 mulai operasional dan tahun 2005 menjadi sekolah swasta dengan lulusan terbaik Jawa Timur”, jelas BGR.
Memang tipe orang yang tak mau diam, sosok MGR dikenal juga sebagai dosen yang inspiratif. Bergabung dengan civitas akademika STAI Ibrahimy (sekatang IAI Ibrahimy) merintis layanan pendidikan D2 PGMI, penyetaraan Akta IV bagi sarjana non-pendidikan, pendirian SMA NU Genteng, Kantor MWC NU Genteng, tidak lepas dari peranan MGR. Tidak hanya itu, pembina PMII itu juga sempat menjadi relawan sebagai dosen di Uniba, Staida Blokagung yang dijalani kurang lebih 6 tahun.
Hadiah atas kerja keras MGR dalam menjalankan mengabdian dinasnya, sempat mendapatkan apresiasi sebagai kepala sekolah berprestasi oleh Dirjen Pembinaan SMA Kemendikbud tahun 2008. Menteri Pendidikan Nasional Prof. Bambang Sudibyo, M.B.A., memberi hadiah kepada BGR untuk mengikuti sort course non-degree di Turkey selama sebulan.
Kemudian berikutnya pemerintah provinsi memberikan hadiah kunjungan dan studi tiru ke sekolah-sekolah terbaik di Bangkok, Malaysia dan Singapura. “bersyukur dan sangat bersyukur saya bisa mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan nasional dan internasional bidang pendidikan.
Tidak ada yang sia-sia dari kerja keras. Mudah-mudahan pengalaman saya nanti bisa bermanfaat kepada mansyarakat Banyuwangi jika saya ditakdirkan menjadi wakil rakyat kelak di Pileg 2024”, ungkap-harap MBR optimis. Selanjutnya MGR berserah atas ikhtiarnya itu, “…semua saya kembali ke masyarakat Mas sebagai penentu atas pilihannya dan selanjutnya takdir Tuhan yang Mahapenentu. Apapun yang akan terjadi nantinya, terdilah saya akan terus berikhtiar dan tetap mengalir.
Tidak ada lawan di hadapan saya dan tidak ada siapapun yang akan saya kalahkan. Saya hanya butuh dukungan para pihak untuk bisa menjadi wakil mereka di kursi parlemen. Terima kasih”, dengan santun Mbah Guru Rifai mengakhiri wawan-cakap dengan awak media, Menaramadinah. Selamat berjuang Mbah Guru!