Kisah Perjuangan Anak Pung

DI MATA NEGARA SEHARUSNYA SEMUA SAMA

Kediri – menaramadinah.com : Negara menjamin pendidikan setiap warga adalah bentuk dasar dari Undang-undang yang disepakati bersama. Namun kehidupan berbangsa dan bernegara tidak semudah berkomentar dalam bentuk diskusi atau wacana. Dalam pantauan wartawan MM ini ada beberapa kesenjangan antara generasi penerus bangsa Republik Indonesia dan generasi pewaris bangsa.

Semisal kehidupan anak-anak yang bernama alias Monyong (18) Grandong (18) dan Joker (15) masing-masing berasal dari daerah yang sama yakni Kabupaten Bojonegoro. Traveling kesana kemari dengan mengandalkan kaki dan tekad stop kendaraan bak terbuka. Mungkin anak-anak yang seperti ini tidak hanya berasal dari daerah Bojonegoro saja tapi bisa jadi dari daerah Kabupaten lainnya di Jawa Timur bahkan diluar Jawa Timur juga banyak pemuda yang katanya generasi penerus bangsa ini mencari jadi diri dengan berpenampilan “gelandangan”.

Agus Jepun (35) warga kelurahan Pagu Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri pemerhati anak-anak terlantar dan anak-anak yang mencari identitas ini mengatakan (Senin 3/12) , “Sebenernya sudah banyak lembaga sosial yang didirikan oleh pemerintah, namun ya namanya anak-anak Punk kadang hanya merasa sebagai tempat singgah saja, kuwatir dengan aturan karena mereka ingin bebas merdeka berekspresi”.

“Jadi perlu dicarikan solusi supaya anak-anak Punk bisa jadi kebanggaan di negeri ini”, kata Agus Jepun yang bersemangat untuk mendapat solusi buat mereka sambil menyuguhkan Mereka kopi dan es dikediamannya.

“2019 adalah tahun politik pasal 31, 32 dan 33 UUD 1945 harus betul-betul diwujudkan dengan politik yang memihak anak-anak penerus bangsa”, imbuhnya sambil mengepalkan tangan kanannya geram.

Dalam kesempatan baik diberi semangat sama Agus Jepun anak bernama monyong bercerita tentang kehidupannya yang yang ditinggal merantau orang tuanya hingga akhirnya hidup dijalanan. “Kulo hidup dijalan sejak usia 11 tahun Pak”, kata monyong yang nama aslinya disembunyikan sambil tengadah hampir keluarkan air mata.

Beda lagi dengan Grandong yang katanya punya pacar atau cewek dari wates penuh semangat main gitar okelele “Wah Pak pacarku marah suruh balik” , katanya sambil tertawa sambil memijat kelingkingnya karena habis digebukin anak preman lainnya hingga digebuk polisi juga semalam. Seakan kemerdekaan belum dirasakan. Kemerdekaan tanpa diatas Jajah orang lain.

Joker lebih banyak diam karena bebannya mungkin lebih berat. “Kulo (Saya) sejak kecil tanpa kasih sayang orang tua hingga akhirnya kehidupan ini yang Saya pilih”, sambil terharu ada yang mau ajak bicara dari hati kehati.

Akhirnya komentar Agus Jepun ” Tidak usah pandang teman, Jangan pandang sebelah mata, semua sama” mereka memang ada yang tidak baik tapi karena kebutuhan tuntutan hidupnya tapi banyak juga yang baik tidak mencuri dan tidak berbuat onar. Tentunya akan diberi jalan kemudahan di dunia saat ini. Dan semoga pemerintah bisa mengalokasikan kreatifitas mereka karena mereka juga bisa berkarya dan menghasilkan karya bagus. Hari 2 Desember lebih bagus dicanangkan sebagai hari Ekpresi Diri”.

Ki Pandji Mahasmara
Wartawan MM.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *