Kupatan’ di Langgar Simbah H.Rohmad Dsn. Sumbergayam.

Kediri-Menaramadinah.com Jum’at Wage, 28 April 2023. ‘Kupatan’ adalah tradisi mengakiri hari raya Idul Fitri dengan berdoa bermasa di musholla atau ‘Langgar’ dengan cara berkeburi makan bersama dengan hidangan khas: Ketupat, lontong, cepeng dan lepet, kegiatan ini sampai saat ini masih berlaku di masyarakat.

Tak terlewatkan mushola/Langgar di lingkungan Nur Habib, Jurnalis Menaramadinah, Rt49 Rw 11 Dsn. Sumbergayam, Ds. Kepung Kec Kepung, mengadakan kegiatan kupatan, sebelum matahari terbit sudah ada warga yang datang dengan membawa ketupat.

Tak terlewatkan mushola/Langgar di lingkungan Nur Habib, Jurnalis Menaramadinah, Rt49 Rw 11 Dsn. Sumbergayam, Ds. Kepung Kec Kepung, mengadakan kegiatan kupatan, sebelum matahari terbit sudah ada warga yang datang dengan membawa ketupat. Adat yang sudah berlaku di masyarakat dalam kupatan adalah hari ketujuh lebaran, biasanya diikuti oleh orang laki-laki dewasa dan anak-anak laki-laki saja. Setelah berkumpul semuanya salah seorang sesepuh atau kiyai memimpin doa, baru ‘ambeng ketupatnya’ di bagi, nah baru di santap bersama sama. Ini momen yang sangat menyenangkan, makan sambil bercengkerama ‘mengasikan’ sekali.

Dibalik tradisi yang sudah turun-temurun dan melekat erat di masyarakat ini ada beberapa hikmah yang bisa di petik antara lain:
1. Silaturahmi dengan warga sekitar, selalu terjaga.
2. Saling mendoakan, untuk semua nya.
3. Selalu mensyukuri nikmat Allah yang terutama berupa makanan dalam hal ini ketupat dan lainnya.
4. Melestarikan dan mengajarkan budaya ‘kriya ayaman ketupat, dan lepet’ juga kuliner khas rendang atau lodeh yang lezat.
5. ‘Kupatan’ adalah kearifan lokal masyarakat Indonesia atau Nusantara, yang sangat kaya raya dengan budaya ‘simbolik’.

Menurut hemat penulis ‘kupatan’ memang tidak ada di masa atau zaman Nabi Muhammad Saw, bahkan sampai sekarang belum pernah ada orang Arab yang mengadakan kegiatan kupatan seperti di sini. Kalaupun di Mekah, Madinah, ataupun luar negeri apakah Amerika, Eropa, Afrika dan lainnya, ada kemungkinan besar adalah Masyarakat Indonesia wabil khususnya NU, yang ada di luar negeri tersebut.

Kita orang Indonesia bangga dengan budaya Nusantara. Penulis juga sangat bangga menjadi orang NU. Terus maju Indonesia, jaya Nusantara, bertambah berkah Nahdhatul ulama.
Nur Habib, membuat catatan unik ini.