Kartini, Refleksi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk Capai Kesetaraan Gender

Catatan Ni Luh Putu Suciati Dosen Fakultas Pertanian Unej.

Inspirasi semangat RA Kartini sejak 120 tahun lalu sejak beliau wafat, tak pernah padam sampai saat ini, 21 April 2023. Sejatinya peringatan hari Kartini adalah mengingat semangat juang literasinya dan keberaniannya untuk menuliskan ketidakadilan yang dihadapi perempuan jawa waktu itu.

Pemikirannya tentang perempuan yang berpendidikan dan memiliki kesetaraan menjadi gagasan utamanya. Perjuangan perempuan Indonesia dari sabang sampai Merauke tidak bisa diremehkan. Mulai dari pejuang bidang Pendidikan dan literasi mulai RA Kartini, Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, Rasuda Said, Nyai Ahmad Dahlan, sampai perempuan yang mengangkat senjata Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Laksamana Hayati, Martha Cristina Tiahahu, Nyi Ageng Serang.

Sampai para perempuan yang berperan dalam era kemerdekaan RI seperti ibu negara, Ibu Fatmawati. Peran perempuan berserak pada jamannya dengan anekaragam bidang perjuangan.

Saat ini peran perempuan mewarnai pada pemerintahan pada Kabinet Indonesia, mulai Menteri Keuangan Sri Mulyani, Mentri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan, Siti Nurbaya, sampai I Gusti Ayu Bintang Darmawati sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA),Ida Fauziyah sebagai Menteri Ketenagakerjaan, dan mantan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial.

Peran para menteri perempuan tersebut sangat strategis mulai menjaga aspek ekonomi dan hubungan luar negeri yang perlu didukung oleh stabilitas kondisi sosial dan lingkungan dan pengelolaan isu-isu sensitif pemberdayaan perempuan dan anak.

Ketercapaian kesetaraan gender pada tahun 2030 menjadi janji Indonesia pada Forum Dunia untuk tujuan ke 5 SDGs (Sustainability Development Goals) yaitu mengakhiri dan menghapus segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan di manapun dan pada bidang apapun.

Berdasarkan data pada Dashboard SDGs, kesetaraan gender menjadi prioritas nasional ke 4 terkait pengembangan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan. Capaian aksi SDGs pada tahun 2021, diketahui Proporsi perempuan umur 20 – 24 tahun yang usia kawin pertama atau usia hidup bersama pertama sebelum umur 18 tahun masih 9, 23% (https://sdgs.bappenas.go.id/dashboard/). Peran para pihak terutama woman for woman harus dikuatkan untuk pengurangan perempuan yang menikah muda dan tidak berkesempatan untuk mengenyam pendidikan yang cukup.
Para penerus perjuangan kartini saat ini sedang dihadapkan pada tantangan pemberdayaan perempuan terkait stunting dan penghapusan semua praktek berbahaya seperti pernikahan dini dan pernikahan usia anak.

Seperti yang diungkapkan ketua SDGs Center Universitas Jember, Dewi Prihatini, PhD, yang mengatakan bahwa kasus stunting berawal dari keluarga dan mindset masyarakat. Sehingga salah satu yang menjadi sasaran untuk pengurangan angka stunting adalah peningkatan pengetahuan perempuan untuk merencanakan masa depannya yang dimulai dari pendidikan yang layak.

Hal senada diungkapkan oleh sekretaris SDGs Center UNEJ, Dr. Luh Putu Suciati, bahwa perempuan hadir dan berkontribusi nyata sebagai garda terdepan ketahanan pangan.

Perempuan yang berperan sebagai grower atau petani dan pengolah pangan bergizi berperan untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan kuat. Oleh karena itu perlu adanya reformasi untuk memberikan hak yang setara kepada perempuan terhadap sumberdaya ekonomi, serta akses terhadap kepemilikan dan kontrol terhadap tanah serta hak kepemilikan lain.

Mari rayakan semangat yang tak pernah padam dari RA Kartini sembari menikmati opor ayam dan ketupat lontong di hari istimewa Idul Fitri 1444 H.
Mohon Maaf Lahir Bathin. No One Left Behind, Build Forward Better.